Peran Keluarga dan Masyarakat dalam Menumbuhkan Budaya Literasi
Keluarga Kumpul Membaca |
Orang yang hobinya menulis seperti saya, biasanya juga hobi membaca. Maka dari itu, sebelum saya menikah saya mempunyai impian ingin memiliki perpustakaan mini di rumah. Minimal sudut khusus untuk membaca. Selain itu juga berkeinginan meluangkan waktu sebulan sekali untuk belanja buku bersama anak. Hal ini tak lain dan tak bukan untuk membuat anak-anak saya agar mereka memiliki hobi membaca.
Minat membaca harus dilatih agar menjadi sebuah kebiasaan yang berkembang menjadi budaya literasi yang mempengaruhi kebiasaan masyarakat. Mengapa saya begitu ingin anak-anak saya menjadi gemar membaca? Karena banyak sekali survei yang membuat saya merasa miris.
Tahun 2013, Unesco mengeluarkan hasil survei bahwa minat baca orang Indonesia adalah peringkat 60 dari 61 negara. Dalam angka, dari 1000 orang hanya 1 yang memiliki minat baca. Sedih bukan?
Selain itu, tahun 2015 menurut Survei Perpustakaan Nasional minat baca di Bali pun termasuk rendah. Dari 28 kabupaten dan kota, di 12 provinsi yang mewakili 75 persen populasi rakyat Indonesia, hanya ada 25 persen.
Lagi-lagi di tahun 2016, bersumber dari Data World's Literate Nations 2016, Indonesia masih menduduki peringkat ke 60 dari 61 negara yang menjadi objek penelitian lembaga Central Connectius State University.
Mh..Jadi apakah kegemaran anak bangsa ini? Kita harus segera berbenah diri karena menurut data dari Survei Badan Pusat Statistik tahun 2013, orang Indonesia suka sekali menonton televisi. Angka yang cukup membuat saya sedih ternyata menyentuh 91,68%. Sementara untuk kegemaran membaca surat kabar, hanya 17.6 % saja.
Meskipun saya bercita-cita memiliki perpustakaan mini agar minat baca dan literasi anak-anak saya menjadi tinggi, bukan berarti mudah menggapainya. Kenyataan saya belum mampu menghadirkan impian tersebut di rumah saya. Asal tahu saja, saya suka merasa bawa perasaan bila melihat teman-teman menjual buku untuk anak-anak. Jangan tanya harga. Saya cukup mengelus dada.
Apakah karena belum berhasil menggapai impian membuat saya mundur memiliki cita-cita anak yang gemar membaca? Tidak. Peran keluarga, terutama ibu sangat penting dalam menumbuhkan budaya literasi pada anak-anaknya.
Apa saja yang dapat saya lakukan untuk mereka dengan keterbatasan yang saya miliki? Yuk simak beberapa tips dari saya! Ini dia..
Ibu harus memiliki minat baca
Ini adalah keharusan. Al ummu madrasatul ula, ibu adalah sekolah pertama. Ia akan menciptakan kebiasaan pada anak dengan atau tanpa kesadarannya. Saya terbiasa memegang buku semenjak anak dalam kandungan. Buku yang saya baca mulai dari tema tentang kehamilan, tentang bayi, pengasuhan hingga Al Quran. Sedari dalam rahim, saya coba memberikan kebiasaan bahwa saya harus membaca. Terkadang saya tidak hanya membaca buku dalam bentuk fisik namun juga buku digital yang dapat diakses secara gratis dari gawai.
Kenalkan anak dengan buku
Setelah anak lahir, kebiasaan baik tidak saya tinggalkan. Saya juga memperlihatkan kepada anak saya selalu membaca di rumah. Setiap kali anak bertanya, "Mama ngapain?" Saya selalu menjawab "Membaca". Hal Ini membuat anak-anak saya pun secara tidak langsung berpikir bahwa membaca bisa di mana saja dan kapan saja. Medianya pun tak hanya berbentuk fisik seperti buku, surat kabar dan majalah. Namun saya sesekali mengajak mereka membaca lewat e book.
Kenalkan anak dengan perpustakaan
Karena saya belum mampu membuat perpustakaan mini, maka saya mengenalkan anak pada perpustakaan. Saya menyadari anak saya suka membaca karena saya pun sering membacakan mereka cerita melalui buku yang kami beli. Dengan datang ke perpustakaan, saya mencoba mengenalkan banyak buku mulai dari jenis-jenis buku hingga berbagai macam kegiatan yang dapat dilakukan di perpustakaan. Meskipun rumah kami sangat jauh dari perpustakaan daerah di area kami tinggal, bukan berarti kami menjadi malas untuk membawa mereka.
kamu harus tahu:Buat Kartu Anggota Perpustakaan hanya 5 menit!
Banyak sekali keuntungan yang didapat dengan mengenalkan anak ke perpustakaan. Kami bisa menghabiskan banyak waktu dengan membaca atau membacakan anak kami cerita dari buku. Menjalin bonding dengan anak-anak hingga rekreasi kecil yang berbudget minim. Asyik bukan?
Mengajak anak silaturrahim
Saya suka mengajak anak main ke rumah tetangga atau saudara yang banyak bukunya. Biasanya saya menganjurkan mereka memilih satu buku lalu membaca di sudut rumah mereka. Bukankah pergaulan akan saling menularkan kebiasaan? Kalau bisa kebiasaan baik seperti ini yang ingin kami bentuk kepada anak-anak kami.
Reward berupa buku
Saya punya kebiasaan di rumah dengan anak berupa pengumpulan "bintang". Anak-anak yang berbuat baik dan melakukan pekerjaan yang bukan tanggungjawabnya akan mendapatkan nilai atau bintang 1. Bintang itu dikumpulkan hingga menjadi point tertentu. Mereka bisa menukar dengan reward berupa kesenangan mereka. Salah satunya boleh membeli 1 buku kesukaan.
Itu beberapa tips yang saya jalankan di rumah. Kenapa saya begitu ingin anak-anak gemar membaca? Karena saya mau mereka juga melek literasi. Melek literasi tentu memiliki banyak sekali manfaat di era bebas informasi seperti sekarang.
Melek literasi membuat mereka jauh dari mengkonsumsi hoax dan juga ikut menyebarkannya. Melek literasi juga membuat mereka bisa bersinergi secara luas dengan banyak orang. Semoga mereka bisa juga menularkan energi positif ke banyak orang nantinya.
Selain keluarga terutama ibu, siapa lagi yang dapat membangun budaya literasi? Tentunya masyarakat. Bagaimana masyarakat dapat menciptakan lingkungan yang sadar akan pentingnya literasi?
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan, misalnya:
1. Pak RT/Kepling (Kepala lingkungan) dapat menjadi pemimpin bagi penggerak literasi di wilayahnya dengan berkoordinasi dengan kaum ibu. Ibu PKK atau satuan komunitas lain di lingkungan pak RT tersebut disarankan untuk menggerakkan anak-anak agar menghabiskan waktu luang di ruang baca yang disediakan secara bersama dengan pak RT.
2. Pak RT / Kepling dapat memanfaatkan fasilitas umum yang telah tersedia sebagai ruang baca. Misalnya saja teras mushalla ataupun sudut di taman bermain.
3. Pak RT/Kepling bersinergi dengan ibu-ibu mengumpulkan buku sumbangan dari warga dan memberi sebuah tempat untuk anak dapat membaca.
4. Pak RT / Kepling bekerja sama dengan masyarakat sekitar membuat sebuah kompetisi yang berhubungan dengan dunia literasi secara berkata.
Dengan begitu, InsyaAllah budaya literasi bangsa Indonesia dapat kita genjot melalui satuan lingkungan terkecil di masyarakat, selain juga dibentuk oleh keluarga.
Demikianlah beberapa tips dan masukan dari saya agar keluarga dan masyarakat berperan dalam meningkatkan budaya literasi. Semoga bermanfaat.
#SahabatKeluarga
#LiterasiKeluarga
Selain itu, tahun 2015 menurut Survei Perpustakaan Nasional minat baca di Bali pun termasuk rendah. Dari 28 kabupaten dan kota, di 12 provinsi yang mewakili 75 persen populasi rakyat Indonesia, hanya ada 25 persen.
Lagi-lagi di tahun 2016, bersumber dari Data World's Literate Nations 2016, Indonesia masih menduduki peringkat ke 60 dari 61 negara yang menjadi objek penelitian lembaga Central Connectius State University.
Mh..Jadi apakah kegemaran anak bangsa ini? Kita harus segera berbenah diri karena menurut data dari Survei Badan Pusat Statistik tahun 2013, orang Indonesia suka sekali menonton televisi. Angka yang cukup membuat saya sedih ternyata menyentuh 91,68%. Sementara untuk kegemaran membaca surat kabar, hanya 17.6 % saja.
Meskipun saya bercita-cita memiliki perpustakaan mini agar minat baca dan literasi anak-anak saya menjadi tinggi, bukan berarti mudah menggapainya. Kenyataan saya belum mampu menghadirkan impian tersebut di rumah saya. Asal tahu saja, saya suka merasa bawa perasaan bila melihat teman-teman menjual buku untuk anak-anak. Jangan tanya harga. Saya cukup mengelus dada.
Apakah karena belum berhasil menggapai impian membuat saya mundur memiliki cita-cita anak yang gemar membaca? Tidak. Peran keluarga, terutama ibu sangat penting dalam menumbuhkan budaya literasi pada anak-anaknya.
Apa saja yang dapat saya lakukan untuk mereka dengan keterbatasan yang saya miliki? Yuk simak beberapa tips dari saya! Ini dia..
Ibu harus memiliki minat baca
Ini adalah keharusan. Al ummu madrasatul ula, ibu adalah sekolah pertama. Ia akan menciptakan kebiasaan pada anak dengan atau tanpa kesadarannya. Saya terbiasa memegang buku semenjak anak dalam kandungan. Buku yang saya baca mulai dari tema tentang kehamilan, tentang bayi, pengasuhan hingga Al Quran. Sedari dalam rahim, saya coba memberikan kebiasaan bahwa saya harus membaca. Terkadang saya tidak hanya membaca buku dalam bentuk fisik namun juga buku digital yang dapat diakses secara gratis dari gawai.
Salah satu e-book gratis yang syarat informasi |
Kenalkan anak dengan buku
Setelah anak lahir, kebiasaan baik tidak saya tinggalkan. Saya juga memperlihatkan kepada anak saya selalu membaca di rumah. Setiap kali anak bertanya, "Mama ngapain?" Saya selalu menjawab "Membaca". Hal Ini membuat anak-anak saya pun secara tidak langsung berpikir bahwa membaca bisa di mana saja dan kapan saja. Medianya pun tak hanya berbentuk fisik seperti buku, surat kabar dan majalah. Namun saya sesekali mengajak mereka membaca lewat e book.
Kenalkan anak dengan perpustakaan
Karena saya belum mampu membuat perpustakaan mini, maka saya mengenalkan anak pada perpustakaan. Saya menyadari anak saya suka membaca karena saya pun sering membacakan mereka cerita melalui buku yang kami beli. Dengan datang ke perpustakaan, saya mencoba mengenalkan banyak buku mulai dari jenis-jenis buku hingga berbagai macam kegiatan yang dapat dilakukan di perpustakaan. Meskipun rumah kami sangat jauh dari perpustakaan daerah di area kami tinggal, bukan berarti kami menjadi malas untuk membawa mereka.
Perpustakaan Daerah Sumatera Utara |
kamu harus tahu:Buat Kartu Anggota Perpustakaan hanya 5 menit!
Banyak sekali keuntungan yang didapat dengan mengenalkan anak ke perpustakaan. Kami bisa menghabiskan banyak waktu dengan membaca atau membacakan anak kami cerita dari buku. Menjalin bonding dengan anak-anak hingga rekreasi kecil yang berbudget minim. Asyik bukan?
Mengajak anak silaturrahim
Saya suka mengajak anak main ke rumah tetangga atau saudara yang banyak bukunya. Biasanya saya menganjurkan mereka memilih satu buku lalu membaca di sudut rumah mereka. Bukankah pergaulan akan saling menularkan kebiasaan? Kalau bisa kebiasaan baik seperti ini yang ingin kami bentuk kepada anak-anak kami.
Salah satu perpus mini milik tetangga |
Reward berupa buku
Saya punya kebiasaan di rumah dengan anak berupa pengumpulan "bintang". Anak-anak yang berbuat baik dan melakukan pekerjaan yang bukan tanggungjawabnya akan mendapatkan nilai atau bintang 1. Bintang itu dikumpulkan hingga menjadi point tertentu. Mereka bisa menukar dengan reward berupa kesenangan mereka. Salah satunya boleh membeli 1 buku kesukaan.
Itu beberapa tips yang saya jalankan di rumah. Kenapa saya begitu ingin anak-anak gemar membaca? Karena saya mau mereka juga melek literasi. Melek literasi tentu memiliki banyak sekali manfaat di era bebas informasi seperti sekarang.
Melek literasi membuat mereka jauh dari mengkonsumsi hoax dan juga ikut menyebarkannya. Melek literasi juga membuat mereka bisa bersinergi secara luas dengan banyak orang. Semoga mereka bisa juga menularkan energi positif ke banyak orang nantinya.
Selain keluarga terutama ibu, siapa lagi yang dapat membangun budaya literasi? Tentunya masyarakat. Bagaimana masyarakat dapat menciptakan lingkungan yang sadar akan pentingnya literasi?
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan, misalnya:
1. Pak RT/Kepling (Kepala lingkungan) dapat menjadi pemimpin bagi penggerak literasi di wilayahnya dengan berkoordinasi dengan kaum ibu. Ibu PKK atau satuan komunitas lain di lingkungan pak RT tersebut disarankan untuk menggerakkan anak-anak agar menghabiskan waktu luang di ruang baca yang disediakan secara bersama dengan pak RT.
2. Pak RT / Kepling dapat memanfaatkan fasilitas umum yang telah tersedia sebagai ruang baca. Misalnya saja teras mushalla ataupun sudut di taman bermain.
3. Pak RT/Kepling bersinergi dengan ibu-ibu mengumpulkan buku sumbangan dari warga dan memberi sebuah tempat untuk anak dapat membaca.
4. Pak RT / Kepling bekerja sama dengan masyarakat sekitar membuat sebuah kompetisi yang berhubungan dengan dunia literasi secara berkata.
Dengan begitu, InsyaAllah budaya literasi bangsa Indonesia dapat kita genjot melalui satuan lingkungan terkecil di masyarakat, selain juga dibentuk oleh keluarga.
Demikianlah beberapa tips dan masukan dari saya agar keluarga dan masyarakat berperan dalam meningkatkan budaya literasi. Semoga bermanfaat.
#SahabatKeluarga
#LiterasiKeluarga
Kartu perpusda anak² saya udah expired, insyaallah mau perpanjang lg lah krn baca tulisannya Bu Icha ini. Thanks for sharing yaa.
BalasHapusWah enak sekarang kak.. Cuma 5 menit langsung jadi ♡
HapusPerpustakaan daerah menjadi tujuan utama jika sedang waktu kosong.
HapusIya mba harumpuspita , bermanfaat sekali mengisi waktu luang dengan membaca ya..
HapusMemang kudu banget mengampanyekan smangat gemar membaca.
BalasHapusSupaya generasi Indonesia makin majuuuu
Sedih ya kan bun..
Hapusmasak peringkat ke 60.
padahal kalo ada bbw orang2 pada rajin beli. Takutnya cuma beli doank untuk gengsi tapi gak dibaca ya..
wah cha.. dah selesai tulisan inih... diriku baru dapat inspirasi nih... doakan
BalasHapusmakasih juga buat icha, karena sarannya aku baca tulisan "orang itu", jadi dapat inspirasi de..
Terimakasih kembali kak vivi ♥
HapusSemangat kakak
Sepakat sekali, membumikan literasi harus dimulai dari rumah, terutama dari keluarga karena bagaimana pun juga keluarga organisasi masyarakat yang paling kecil, setelah itu baru menularkannya pada lingkungan.
BalasHapusBener kang Ali. Dimulai dari rumah.
HapusAku juga punya cita-cita bikin perpustakan corner di rumah sendiri yang bisa buat baca pribadi dan masyarakat sekitar nantinya mbak. Jadi inget sosok dek Thia yg sejak kecil udah dikenalkan sama literasi oleh ornagtuanya, hhuuu
BalasHapusMakasih untuk sharingnya yahh mbak
Sama-sama mba khairur Rohmah ♡
HapusKak, btw remaja dan wanita Indonesia itu pada suka baca lohh,
BalasHapusTapi baca novel hihi
Terbukti dari aplikasi wattpad banyak penulis baru ya walaupun sorry to say isinya seringkali tidak ada pembelajaran, hanya kisah romansa, dan yang itu pun kala mereka self publishing banyak yang mau loh kak, heran juga Una 🤔
Goodluck kak icaaa, semoga juaraaaa
Aamiin..
HapusMakasih una ♥
Semoga segera punya perpusatakaan sendiri ya mba. Biar sekeluarga makin rajin baca buku yang kaya akan manfaat. Aamiin.
BalasHapusAamiin, Ini sedang usaha mba ♥
HapusSaya juga hobi membaca. Bahkan waktu kecil kutu buku adalah julukan saya. Tapi ini kok sepertinya belum nular ke anak saya. Harus lebih semangat lagi ini.. Tfs...Saya juga hobi membaca. Bahkan waktu kecil kutu buku adalah julukan saya. Tapi ini kok sepertinya belum nular ke anak saya. Harus lebih semangat lagi ini.. Tfs...
BalasHapusKayaknya musti diusahakan ya mba Sapti. Kalo gak dibiasakan dari kecil nanti udah besar jadi susah buat membiasakannya lagi.
HapusMemang benar sekali, Mbak Icha.
BalasHapusOrang yang suka menulis, pasti suka membaca. Tapi yang suka membaca, belum tentu suka menulis atau bisa menulis.
Hanya memang zaman now, minat membaca anak-anak kurang dibandingkan zaman dulu. Makanya terpengaruh internet juga. Jadi memang peran orang tua, termasuk Ibu dalam meningkatkan minat baca anak-anak wajib sekali. Dan bisa juga kalau ada anak ulang tahun, dikasih kado buku saja, Mbak hehehe.
Bener mas Bambang. Hadiah ultah dikasih buku anakku yo demen, hehe
HapusMenumbuhkan minat baca anak sejak kecil ya kk. saya juga hobi baca dan mencari tahu jika ada yang dirasa kurang jelas. Salam literasi. Note nanti kalo punya anak mau nularin juga. atau lebih dari emaknya
BalasHapusHarus ya kan kak syafriana ♡♡
HapusDi rumah saya sudh ada sudut sudut baca, di teras rumah sedang direncanakan untuk membuat perpustakaan mini. Kebetulan saya dan istri hobi baca buku dan akan kami tularkan ke anak anak kami pastinya
BalasHapusIya mas erfano. ? Bagus sekali..
Hapussebenarnya kunci menumbuhkan minat baca yang paling penting adalah jauhkan anak dari gadget hehe
BalasHapusSalah satunya emang mas. Anak saya tidak bebas pegang gadget.
HapusWah iya nih anak2 belum aku bikinin kartu perpus, tapi lumayan sering ke perpus atau ke toko buku. Soalnya khawatir gk ada kesempatan balikinnya krn kondisi rumah jauh dr perpusnya. Kalau di rumah kami punya semacam pojok membaca buat anak gtu. Moga anak2 kita mencintai budaya literasi khususnya membaca ya mbak...
BalasHapusAamiin.
HapusIya mba April.
Senang sekali lihat anak2 duduk membaca ♡
Banyak bgt peran ibu ya, setelah ia membuat dirinya pintar. Baru selanjutnya ia punya tanggungjawab untuk membuat anak-anak, keluarga, dan lingkungannya menjadi pintar juga
BalasHapusBener mba Desi. Ibu itu harus pintar dan multi talented hehehe
HapusSaya jadi ingat keinginan punya perpustakaan mini, Karena saya juga sangat suka membaca buku. Buku memang sangat bermanfaat menambah wawasan. Semangat membaca memang harus ditularkan kepada anak ya
BalasHapusYes bang Andi.
HapusMudah mudahan semakin banyak orang tua yang sadar soal pendidikan literasi ke anaknya ya. Kalau bukan dari keluarga, dari siapa lagi?
BalasHapusYa mba. Mudah-mudahan begitu.
HapusMbak tips yang menarik. Kalau di Jakarta ada RPTRA yang punya perpustakaan mini, jadi lumayan deket rumah ada perpustakaan
BalasHapusWah, seru ya mba dian ♡
HapusWah, aku banget nih reward buku, mumpung buku anak zaman now kece2 bs online lagi
BalasHapusHahaha iya mba Belgie. Kadang ada promo pula ya kan
Hapusyang saya lakukan pun tak jauh dengan bunda. dan alhamdulillah udah ada perpustakaan mini di rumah
BalasHapusAlhamdulillah, seru ya mba..
HapusPeran keluarga sangat penting sekali dalam menumbuhan mninat literasi kepada anak anak
BalasHapusTentu saja donk mas..
HapusTerima kasih tips'a Mak. Berfaedah sekali..
BalasHapusAku juga hobi membaca, menulis, dan menjelajah dunia maya.
Sama-sama mas maidy
HapusMemang segala kebiasaan baik harus dimulai dari keluarga ya kak. Semoga anak2 Indonesia kelak makin tinggi minat bacanya.
BalasHapusIya Dev. Kalo bukan keluarga yang membiasakan nanti mereka gak dapet contoh dari yang lain.. ♡
HapusMenarik sekali tips-nya, Mbak..
BalasHapusSaya senang dengan "reward berupa buku", mudah diterapkan dan bermanfaat juga..
Terimakasih mba sudah berkunjung ♥
HapusIbu harus punya minat baca, saya bahkan suka banget baca. tapi anak saya lebih suka dibacain ketimbang baca sendiri..gimana ya itu?
BalasHapusGakpapa mba Nuniek. Nantinya ada masa dia lebih senang baca sendiri. Karena kebawa ke imajinasi
HapusAsyik, makin banyak yannng peduli dengan literasi makin banyak generasi bangsa yang terselamatkan masa depannya. karena literasi adalah salah satu kunci kesuksesan mereka
BalasHapusIya kak dyah ♥♥♥
HapusMantaps.
BalasHapusMakasih kakak, sudah berkunjung ♥
HapusEmang minat membaca itu harus di latih sejak dini, seperti saya yang sedang melatih kakak untuk suka dengan membaca.
BalasHapusSemangat mba umidah.
HapusSemoga si kakak juga semangat membaca ya ♥ ♥
Harus dr orang tua nya dulu rajin baca baru anaknya ngikut. Huaaaa
BalasHapusBener donk elsa ♥
HapusKalo saya liburan Lebih suka mengajak anak-anak untuk jalan-jalan ke toko buku daripada ke mall atau nonton, dan mereka saya bebaskan membeli beberapa buku bacaan kesekaannya.
BalasHapusMantab bunda. Pilihan yang tepat.
Hapus