Tentang TB Paru Pada Anak
Masih ingat cerita Alzam yang masuk IGD karena kejang tanpa demam saat akhir Maret 2019?
Kalo belum boleh baca Anak Kejang Tanpa Demam.
Rawat inap termasuk masuk IGD dan ICU yang terjadi akhir Maret lalu menyisakan PR buat saya dari dokter anak yang menangani Alzam. Saya harus membawa Alzam untuk cek EEG (Elektroensefalograf) untuk mengetahui kemungkinan Alzam menderita Epilepsy.
Secara EEG bukan test yang murah, akhirnya kami mengajukan BPJS buat Alzam, karena sakit itu MAHAL. (Inap kejadian lalu 2 hari 1 malam menghabiskan 4 juta).
Setelah kartu BPJS di tangan, dimulailah pengembaraan panjang akan akses ke layanan kesehatan.
Dimulai dari ke faskes tingkat 1 yakni di puskesmas GD 1. Alhamdulillah saat datang ke sana, saya melihat aroma puskesmas ini telah berubah menuju lebih baik.
Singkat cerita, kami diberi rujukan untuk ketemu dokter di RS Bunda Thamrin. Pergi lah ke sana di Sabtu siang. Ternyata baru saya pahami, setiap rumah sakit beda peraturan dan kebijakan tentang layanan BPJS. Buat masyarakat Medan pemakai BPJS di RS Bunda Thamrin, ada namanya jam daftar layanan yang terletak di dekat parkiran motor. Setiap Senin-Jumat dilayani daftar mulai pukul 8 pagi hingga jam 3 sore. Sementara Sabtu hanya sampai pukul 1 Siang.
Jadi fix ya, saya jauh dari domisili Bandar Setia ke Bunda Thamrin yang hampir 1,5 jam perjalanan akhirnya harus kembali di Senin.
Biar gak sia-sia, saya mengecek nama dokter anak yang terdaftar di situ, Wah ada dr. Fachri.
Jadi sebelum kami pindah rumah, dulunya suka ketemu dr. Fachri untuk konsultasi dan membawa anak berobat. Beliau punya RS di sekitaran Jalan Mustafa, sayangnya sekarang hanya sempat buka malam saja. Di sana, rekam medis anak-anak saya semua lengkap. Saya pastikan dulu jadwal beliau di Senin mendatang. Ok saya set.
Qadarullah, Senin ketika saya mendaftar di RS. Bunda Thamrin, pegawai BPJS menginformasikan bahwa beliau digantikan oleh dr. Eka. Sempat kecewa, namun ternyata ini skenario Allah yang saya syukuri. Akan saya ketahui setelah saya jalani.
Ketemu dengan dr. Eka ternyata pembawaannya hampir mirip dengan dr. Fachri. Saya membawa semua rekam medis Alzam dari rumah sakit yang lalu menangani kasus kejang yang lalu.
Setelah beliau teliti, beliau memberi rujukan saya ke RS Hermina. Karena di sana, ada dr. Johannes atau biasa dipanggil "Dokter Jo" yang merupakan dokter specialist syaraf anak. Saran dr. Eka setelah cek EEG, saya diminta untuk membawa Alzam test Manthoux untuk cek TB Paru. Saya shock donk.. karena di RS sebelumnya, hasil foto thorax meskipun dinyatakan suspen TB Paru, namun dokter anak menghiraukan putusan tersebut karena Alzam tidak tampak batuk. Semakin banyak PR yang berseliweran di kepala saya.
Fix, saya ke hermina hari Kamis setelah bertanya jadwal dokter Jo. Suster bilang pagi, makanya kami sudah mendaftar pagi hari. Ternyata dokter Jo jadwalnya di jam 4sore. Terpaksa pulang kembali karena jeda waktu yang cukup lama.
Singkatnya sore itu Alzam diberi saran EEG, namun kami datang kembali di Kamis depannya karena sore itu sudah ramai antrian EEG. Saya pun harus memikirkan anak yang lain yang saya tinggal di rumah. Jadi, settingannya, Kamis depan saya datang jam 1 siang untuk daftar dan langsung cek EEG, kemudian jam 4 nya, ketemu dokter Jo untuk mendengar hasil dibacakan.
Fix,Kamis depan rencana dilakukan. Alzam masuk ruangan sendiri saja (saya selalu membuat mereka mandiri). Saat cek EEG tersebut, ternyata tanpa diminta tidur, Alzam sudah tertidur lebih dulu. Hampir 1 jam belum keluar, ternyata suster membiarkan ia tidur karena terlihat lelap sekali. Hihi.
Sore saat bertemu dokter Jo hasil EEG menunjukkan negatif epilepsy. Kemungkinan karena rentang waktu yang cukup lama dari 30 Maret ke Desember. Maka dokter hanya meminta saya observasi saja. Bahasa dokter yang membuat saya shock adalah Alzam hypofungsi otak, yang artinya aktivitas otaknya lambat (rendah). Namun dokter Jo hanya memberi saran untuk pemberian stimulasi mainan edukatif untuk merangsang aktivitas otaknya.
Btw, datang ke dokter specialist syaraf anak memberi tamparan keras buat saya. Saya yang terlalu banyak mengeluh karena Alzam terlalu aktif, suka jail, dan lainnya akhirnya harus bersyukur karena banyaknya orangtua pasien yang ingin anaknya cerewet dan aktif seperti Alzam.Banyak pasien anak yang kondisi nya membuat hati saya teriris. Kebanyakan mereka adalah ABK Anak Berkebutuhan Khusus.
Ya Allah indah sekali cara menegur saya.
Ya Allah indah sekali cara menegur saya.
Singkatnya, saya dikembalikan lagi ke dokter Eka. Nah, saya pikir saya harus kembali lagi ke RS Bunda Thamrin, padahal saya sudah suka di RS Hermina karena tidak terlalu hectic. Pendaftaran untuk rujukan BPJS pun bisa dilakukan di kapan saja kita mau.
Nah, ternyata hikmah yang saya dapat adalah saat suster berkata "Bu, jadwal dokter Eka hari Sabtu jam 6 sore ya.."
Ternyata dokter Eka ada juga di RS Hermina. Langsung teringat pada keluhan saya di RS Bunda Thamrin. Saya langsung teringat pada potongan Al Baqarah 216.
Itulah, hikmah yang baru saya ketahui setelah saya jalani. Mulai saat itu, saya mencoba menikmati alur cerita dan sejuta kerempongan membawa anak berobat ke rumah sakit.
"Sabtu ini bisa sus? tanya saya.
"BPJS tidak boleh berganti dokter dalam 1 pekan bu, Sabtu depan ya.."
Ok, bersabar hingga Sabtu depan. Ketemu kembali dengan dokter Eka. Kembali ia memeriksa Alzam dan tonjolan di lehernya.
"Bu, Alzam amandel nya membesar ya.. Dan saya sudah bisa nih kasih obat buat TB Paru"
Lah loh lah loh..
"Dok, saya bawa dulu ya test Manthoux" saya denial donk.
"Boleh, nanti Sabtu depan ketemu lagi ya.."
Senin 23 Desember saya bawa test di Puskesmas rujukan. Kali ini suster melakukan kesalahan karena mengirim kami ke puskesmas helvetia. Mereka gak punya test manthoux. Inisiatif saya sendiri, setelah lama mengantri, saya pun membawa Alzam ke RS Paru (BPPPP) alias BP4 daripada saya harus ke puskesmas lain yang dirujuk oleh puskesmas helvetia. Jauh banget soalnya.
Jawaban saya dapatkan ketika ke sana,
"Gak bisa bu, test manthoux kan bacanya keesokan harinya. Selasa kan sudah cuti bersama."
"Jumat?"
"Sabtu kan libur kembali"
"Senin?"
"Selasa cuti kembali"
Aaaah pengen gigit sendal karena memang banyak sekali harpitnas (hari kejepit nasional) di akhir Desember.
Sabtu ketemu dokter Eka dengan berangkot ria (kali ini tak mengeluh karena tidak diantar) dan legowo harus minum obat TB Paru, setelah saya memastikan banyak hal.
1. Saya memastikan anak saya tidak salah didiagnosa.
2. Saya pastikan obat TB Paru tidak memiliki efek samping pada anak saya.
3. Saya minta alasan dan paparan dokter kenapa anak saya dinyatakan TB Paru.
Lalu dokter menjelaskan,
TB Paru Pada Anak terjadi karena anak menghirup bakteri atau kuman Mycobacterium Tuberculosis.
Setiap orang punya bakat kena TB Paru karena bakteri ini ada di udara bebas, hanya saja tergantung dari daya tahan tubuh personal.
*Pada tahap paparan, si anak bisa saja tidak batuk lama dan berulang. Namun garis besarnya adalah Perkembangan Anak terhambat. Maka berat badan Alzam terus turun di kisaran 15 atau 14 koma.
*Anak yang kena TB Paru tidak berbakat menularkan penyakitnya ke anak lain seperti TB Paru orang dewasa. Saya masih harus banyak bersyukur karena gak kebayang interaksi Alzam dengan 4 anak saya yang lain.
*Anak yang kena TB Paru juga tidak menampakkan gejala berat seperti orang dewasa, misal:
Batuk berdahak hingga berdarah.
Demam tinggi
menggigil dan berkeringat di tengah malam
Tanggal 28 Desember lalu saya diberi resep untuk Alzam hingga 3 pekan mendatang dan ketemu dokter Eka kembali di 21 Januari 2020.
Inilah tulisan terakhir saya di 2019.
selamat datang 2020, saya akan banyak mengurangi mengeluh dan menikmati segala proses dan ketetapan Allah.
Terimakasih untuk membaca tentang TB Paru Pada Anak yang lebih banyak tsurhat nya, hehe.
".....Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui"
Itulah, hikmah yang baru saya ketahui setelah saya jalani. Mulai saat itu, saya mencoba menikmati alur cerita dan sejuta kerempongan membawa anak berobat ke rumah sakit.
"Sabtu ini bisa sus? tanya saya.
"BPJS tidak boleh berganti dokter dalam 1 pekan bu, Sabtu depan ya.."
Ok, bersabar hingga Sabtu depan. Ketemu kembali dengan dokter Eka. Kembali ia memeriksa Alzam dan tonjolan di lehernya.
"Bu, Alzam amandel nya membesar ya.. Dan saya sudah bisa nih kasih obat buat TB Paru"
Lah loh lah loh..
"Dok, saya bawa dulu ya test Manthoux" saya denial donk.
"Boleh, nanti Sabtu depan ketemu lagi ya.."
Senin 23 Desember saya bawa test di Puskesmas rujukan. Kali ini suster melakukan kesalahan karena mengirim kami ke puskesmas helvetia. Mereka gak punya test manthoux. Inisiatif saya sendiri, setelah lama mengantri, saya pun membawa Alzam ke RS Paru (BPPPP) alias BP4 daripada saya harus ke puskesmas lain yang dirujuk oleh puskesmas helvetia. Jauh banget soalnya.
Jawaban saya dapatkan ketika ke sana,
"Gak bisa bu, test manthoux kan bacanya keesokan harinya. Selasa kan sudah cuti bersama."
"Jumat?"
"Sabtu kan libur kembali"
"Senin?"
"Selasa cuti kembali"
Aaaah pengen gigit sendal karena memang banyak sekali harpitnas (hari kejepit nasional) di akhir Desember.
Sabtu ketemu dokter Eka dengan berangkot ria (kali ini tak mengeluh karena tidak diantar) dan legowo harus minum obat TB Paru, setelah saya memastikan banyak hal.
1. Saya memastikan anak saya tidak salah didiagnosa.
2. Saya pastikan obat TB Paru tidak memiliki efek samping pada anak saya.
3. Saya minta alasan dan paparan dokter kenapa anak saya dinyatakan TB Paru.
Lalu dokter menjelaskan,
TB Paru Pada Anak terjadi karena anak menghirup bakteri atau kuman Mycobacterium Tuberculosis.
Setiap orang punya bakat kena TB Paru karena bakteri ini ada di udara bebas, hanya saja tergantung dari daya tahan tubuh personal.
Beda TB Paru anak dengan dewasa yang harus saya tau adalah..
*Pada tahap paparan, si anak bisa saja tidak batuk lama dan berulang. Namun garis besarnya adalah Perkembangan Anak terhambat. Maka berat badan Alzam terus turun di kisaran 15 atau 14 koma.
*Anak yang kena TB Paru tidak berbakat menularkan penyakitnya ke anak lain seperti TB Paru orang dewasa. Saya masih harus banyak bersyukur karena gak kebayang interaksi Alzam dengan 4 anak saya yang lain.
*Anak yang kena TB Paru juga tidak menampakkan gejala berat seperti orang dewasa, misal:
Batuk berdahak hingga berdarah.
Demam tinggi
menggigil dan berkeringat di tengah malam
Tanggal 28 Desember lalu saya diberi resep untuk Alzam hingga 3 pekan mendatang dan ketemu dokter Eka kembali di 21 Januari 2020.
Inilah tulisan terakhir saya di 2019.
selamat datang 2020, saya akan banyak mengurangi mengeluh dan menikmati segala proses dan ketetapan Allah.
Terimakasih untuk membaca tentang TB Paru Pada Anak yang lebih banyak tsurhat nya, hehe.
Syafakallah Azzam, moga segera sehat ya nak. kalimat penutupnya semoga terwujud ya kk. Mari kita mengurangi keluhan di tahun depan dan banyakin syukur.
BalasHapusSemoga Azzam segera mendapatkan obat dan kesembuhan, ya....
BalasHapusInsyaallah dengan usaha luar biasa orang tuanya Azzam segera sembuh.
Alzam anak kuaaattt anak sehaaat hebaaattt
BalasHapussehat sehat selalu yaaa
Semoga Alzam cepat sembuh ya kak.. Alzam kan anak yang pintar dan kuat.
BalasHapusThanks for sharing. Tetap kuat menjalani jalan yang sudah ditetapkan oleh Allah ya mbak. Terus semangat, semoga si kecil sehat terus ya
BalasHapusSemoga lekas sehat ya Alzam. Terima kasih ya sharingnya, tsurhat Berfaedah ini
BalasHapusBunda peluukk, saya tahu banget perasaan Bunda yang khawatir dan menyesal saat anak sakit. Sehat itu memang anugerah ya. Dulu anak saya pernah BP dan Pneumonia, sampai masuk ICU. udah deg-degan pokoknya
BalasHapusSemoga cepet sehat ya Alzam, jd inget dulu juga saya pernah tes Mantoux utk anakku krn curiga pembantu dirumahku batuk-batuk terus. Tapi alhamdulillah negatif hasilnya. Yang sabar ya mom dikasih cobaan di akhir taun ini. Semoga dgn treatment yg tepat dan rutin bs cpt sembuh ya.
BalasHapusTes Mantoux bisa dimulai dari bayi umur berapa Mba Shin? Kok aku jadi kepikiran mau nyoba juga. Soalnya ini nenek uyutnya kembar dulu mengidap TBC. Nah, kemarin cukup lama nih interaksi kembar sama nenek uyutnya. Aku biar lega dan gak worried aja.
HapusSemoga Alzam segera diberi kesembuhan oleh Allah SWT, ya, Nak. Yang sabar dan jaga kesehatan, ya, Kak. Stamina kakak terutama harus bener-bener diperhatikan agar tangguh dalam menghadapi cobaan ini. Keep the positivity, Kak. Insyaallah Alzam segera sembuh. Aamiin ya, Allah.
BalasHapusSehat selalu Alzam, semoga ibunya pun diberi kesabaran. Saya bacanya juga ikut tegang dengan perjuangan ketemu dokter untuk memastikan agar Alzam tidak kenapa-kenapa.
BalasHapusTetap semangat ya mba. Cepat sehat utk adik Alzam... Terima kasih sharingnya, saya jd lebih tahu banyak tentang TB paru pada anak
BalasHapusSemangat, meski berat, insya Allah keikhlasan akan membuat segalanya terasa lebih ringan. Semoga segera diberi kesembuhan dan kesehatan. Sakit itu prosesnya mahal. Semoga selalu ada rezeki untuk proses penyembuhan.
BalasHapusBaca ini bikin saya harus hati-hati agar Palung pun tetap sehat. YB paru masih merupakan penyakit yang berat dan banyak dialami anak.
Semoga secepatnya diberikan kesembuhan dan kesehatan seperti sediakala yaaa, penyembuhan tb itu harus sabar ya mbak.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusSemoga Azzam diberikan kesembuhan ya mbak. Suka sekali kalimat terakhirnya, "Selamat datang 2020, saya akan banyak mengurangi mengeluh dan menikmati segala proses dan ketetapan Allah." Saya Aminkan mbak ♥️
BalasHapusSemoga lekas sembuh ya Azzam
BalasHapusAsalkan nurut dan pengobatannya tuntas, penyakit TB katanya ngga akan muncul lagi
Semoga ya
Mba, seberapa efektif vaksin BCG saat anak kita masih bayi? Apakah vaksin ini bisa mencegah TB paru juga? Saya jadi ingin tahu lebih banyak. Makasih sharingnya mba.
BalasHapusAlzam anak sholeh, pasti kuat ya Nah. Pasti sembuh.
BalasHapusJangan patah semangat, Mbak. Tetap semangat menenami anak tumbuh dan berkembang, serta saat sakit.
Kamu LUAR BIASA!
Kalo ngomongin TB Paru, saya sempet kena dan sampai batuk darahnya banyak banget. Berobat jalan sampai setahun, baru dinyatakan sembuh. Dulu tuh karena saya nggak care sama diri sendiri. Pas batuk lama, masih dianggap batuk biasa. Setelah batuknya berdarah, baru tuh kerasa banget terpuruknya.
BalasHapusBuat yang lain jangan sampai kena lah. Kalau terlanjur kena, segera berobat. Kesehatan tetap harus diutamakan.
Semoga Alzam cepat sembuh ya. Anak teman saya ada yg kena TBC juga, walaupun udah vaksin. TBC kelenjar, padahal anaknya waktu itu usia 1.5 tahun. Kebayang kaan...ngasih obat tiap hari selama 6 bulan tanpa putus untuk anak usia 1.5 tahun. Perjuangan...Alhamdulillah sudah sehat sekarang.
BalasHapusHai Alzam anak sholih, lekas sehat kembali ya, Nak.
BalasHapusAteu juga dulu pernah sakit TB Paru, lho. Jaman duluuu semasa masih muda #Eh ...
Beda sama Alzam yang nggak batuk, ya. Kalau Ateu dulu batuk nggak berhenti. Sampai capek deh tenggorokan dan perutnya. Dulu selain minum obat dari dokter, Ateu juga harus rajin jalan kaki di pagi hari, berjemur di matahari pagi, banyak minum air putih, dan susu segar. Siapa tahu Alzam mau contek cara itu. Ehhh, kalau nyontek tips sehat nggak papa, lho. Beneran deh, hihihi ...
Alzam, cepat sembuh ya.. 🤗 anak kuat dan cerdas, dan mbak nya juga semoga selalu sehat, selalu dalam lindungan Allah SWT ❤️
BalasHapusSedih bacanya..
BalasHapusTb bisa sembuh jika minum obat teratur..
Cepat sehat ya Alzam
Tetap semangan dan bersyukur ya Mbak . Apapun yang terjadi memang selalu ada hikmahnya termasuk cerita dari pengobatan dek Alzam ini.
BalasHapusYah, semoga si adek lekas diberi kesembuhan. Aamiin yaa Rabb.
Eh komen aku ada typonya ternyata. Maksud saya semangat.
HapusBtw saya kalau berobat juga biasa memanfaatkan BPJS. Memang sih registrasinya agak ribet karena harus ke faskes 1 dulu untuk dapat surat rujukan dll tapi untuk pelayanannya sih saya ngga merasa ada perbedaan dengan pasien umum.
Kalau pengobatan BPJS memang melelahkan hati ya kak...sama saya juga... capek bolak balik sebenarnya tapi ya sudah ga ada pilihan... semoga dek alzam lekas pulih ya
BalasHapusAlzam anak kuat. Lekas sembuh ya pinter.
BalasHapusBtw terimakasih ya sudah menuliskan ini, saya jadi banyak tahu informasi tentang TB Paru. Resiko ada dimana saja dan bisa kena pada siapa saja. Semoga kita semua diberi kesehatan
Semoga Alzam segera sembuh, Mbak Icha. Aamin.
BalasHapusTerus semangat. Saya bisa merasakan saat berada di posisi, Mbak Icha. Tapi Insya Allah selalu ada jalan. Seperti yang Mbak Icha tuliskan, kadang ada alur kehidupan yang tidak kita sukai, tapi ternyata Allah memberikan alur itu untuk kebaikan kita nantinya. Semangat terus, Mbak Icha.
Sehat2 ya Alzam...
BalasHapusBener kadang kita kewalahan anak aktif tapi jangankan pas sakit TB atau apa, pas mereka pilek gak mau makan aja, rasanya nyesek, kita pengennya liat merea aktif lg ketimbang cuma duduk atau tertidur lemes ya...
semoga pengobatannya lancar ya, anakku dulu juga kena TB dan harus makan obat rutin, sekarang sudah sembuh dan normal kembali. Terus menjaga lingkungan yang sehat ya.
BalasHapusAda anaknya teman saya awalnya kena TB lalu menjalani pengobatan intensif selama 6 bulan itu. Setelah itu sudah dinyatakan bersih tapi tidak lama kemudian dia menderita batuk yang tiada henti hingga badannya kurus. Lalu diperiksakan lagi ke dokter ternyata kena TB paru
BalasHapusDuuuh ... Ateu ikut sedih nih Alzam sholih sakit. Bismillah ... InsyaAllah nanti segera sehat kembali ya, Nak. Rajin berenang bagus lho buat menyehatkan paru-paru. Jangan lupa minum susu segar, yaaa ...
BalasHapusAnak sulung saya sudah mengkonsumsi Rymstar (obat TB) di 6 bulan pertama kelahirannya. Meski gak kena TB Paru. Kenapa? Karena saya terkena TB Paru saat mengandung dia. Jadi sekadar antisipasi aja. Kepikiran juga sih..sekecil itu mesti minum obat.. huhuhu.
BalasHapusSalut dg kesabaran fan perjuangan ibu yg luar biasa. Semoga adek Alam lekas pulih seperti sediakala
BalasHapusAzzam, semoga lekas sembuh ya. tante lita sedih baca ceritanya. tenang aja, TB paru bisa sembuh kok, asal rutin minum obat dan ikuti anjuran dokter
BalasHapusSemoga lekas sembuh ya Azzam. Aku gak bisa bayangin gimana sedihnya kalau anak yg sakit, gak tega. Yang kuat dan sabar ya mbak. Insya Allah sembuh. Sampai jumpa tahun depan dengan update cerita kesembuhan Azzam ya..
BalasHapusSelalu ada hikmah dalam skenario-Nya ya mbak...
BalasHapussyafahullah buat Azzam.. la ba'sa thohurun..
insyaa Allah.. aamiin
Hampir mirip dengan anak saya ya, anak saya juga dulu kena TB paru. Harus berobat jalan selama 10 bulan. Alhamdulillah sekarang sudah sembuh
BalasHapusWah kasian sekali. Setau saya TB paru kudu minum obat 6 bulan berturut-turut dan tidak boleh putus. Tapi itu untuk orang dewasa. Dan ternyata beda ya dengan anak-anak
BalasHapusGet well soon yaa Bg Alzam..
BalasHapusInsyaallah diangkat semua penyakit. Sehat² badan, kuat semangat, murah rezeki..aamiin. Umminya yg sabar yaa.. Insyaallah Allah mudahkan
Anak sulung saya dulu usia 2,5 tahun juga TB paru dan harus menjalani pengobatan rutin sampai 9 bulan setelah dites mantouk dan rontgen. Alhamdulillah sudah sembuh. Betul TB pada anak tidak menular.
BalasHapusLuar biasa perjuangannya bolak balik rumah sakit, demi memberikan yang terbaik buat Alzam. Semoga segera sembuh ya dek Alzam. Tetap semangat menjalani pengobatan
BalasHapusJadi ingat ponakan saya dulu juga didiagnosa tb paru. Minum paket obatnya lumayan lama juga...tapi sekarang dah sembuh dan sehat ..
BalasHapusSemoga lekas sehat yaa Alzam. Makjleb baca cerita dengan dokter syaraf anak Mbak. :( Betul, memang seharusnya anak aktif itu disyukuri yaah artinya mereka "normal". Tinggal orangtuanya harus kuat fisik kuat mental hehe
BalasHapusYa ampun mbacanya aja akutuh udah capek dan emosi .Semoga ananda Alzam cepet sehat dan semoga mamanya diberi kekuatan lahir batin.
BalasHapusAria, anakku pertama kena TB saat usia PAUD mba. Bener2 mematahkan hati kami, terutama istri. Berat badan yang langsung turun kemudian obat2an TB yang keras dan pengobatan panjang, sepertinya sedikit banyak menyebabkan gangguan kekebalan tubuh Aria sampai skr. Jadi mudah sakit2an padahal sblm kena TB, nyaris jarang sakit kecuali demam pilek sebentar.
BalasHapusKonten artikelnya sangat bagus bisa ngasih motivasi juga buat orang tua kalo anak kena penyakit ini harus tetap semangat dan memberikan support.
BalasHapusSemoga lekas sehat ya Alzam. Terima kasih ya ats sharingnya, sangat Berfaedah ini
BalasHapusSemoga Alzam segera sehat kembali. Beruntungnya BPJS masih bisa digunakan juga
BalasHapusSemangat abang Alzam.
BalasHapusSemoga segera pulih.
Tetap lincah dan aktif ya
Semoga Alzam cepat sembuh yaaa. Cepat besar dan makin pintar
BalasHapusHalo Alzam, apa kabarnya di hari pertama di tahun 2020 ini? Semoga tetap semangat yaa nak, percaya dan yakin bahwa Alzam bakal sembuh. Aamiiin...Aamiiin.
BalasHapussemangat terus kak, GWS ya
BalasHapusSemangat terus moms, semoga Bang Alzam lekas sembuh
BalasHapusSemoga si kecil segara sehat kembali ya mom. Semangat. Jangan lupa mommynya tetap menjaga kondisi tubuh juga tetap makan makanan sehat
BalasHapusTernyata peyebabnya bisa bakteri ya...
BalasHapusSekarang ALzam gmn mbak? Semoga sehat2 yaa dan orang tuanya dikuatkan utk mendukung kesembuhannya aamiin
Org kalau denger TB emang parno duluan, syukurlah ketemu beberapa dokter tepat dan bisa memastikan diagnosa ya mbak.
Ya Allah, saya sedih bacanya mbak.. kita sebagai orang tua pasti selalu mengupayakan yang terbaik buat anak-anak kita..
BalasHapusSemoga cobaan ini membawa hikmah, dan semoga Alzam kuat dan segera sembuh dari TB Paru.
Saya 3 tahun yang lalu juga sakit TB Paru, diawali dengan batuk yang tak kunjung berhenti hingga akhirnya batuk disertai muntah darah.
Selama pengobatan saya tidak putus dari obat, dan 2 minggu sekali selalu kontrol ke RS untuk mengecek perkembangan dan ambil obat. Pengobatan berjalan kurang lebih 7 bulan, virus TB paru dinyatakan bersih, dan Alhamdulillah BB saya mulai naik lagi.
Mba maaf warna fontnya ga terlalu jelas Jadi rasanya sulit banget bacanya :) btw semoga lekas sembuh ya mba anakknya Azzam insyaAlloh sembuh. Anak sahabatku juga TB tapi sekarang alhamdulilah sembuh
BalasHapusTernyata beda ya TB Paru orang dewasa dengan anak. Orang tua harus tahu informasi ini.
BalasHapusOh ya, semoga Alzam segera sembuh ya, Mbak
Syafakallah Mas Alzam, semoga segera diberi kesembuhan dan kesehatan, semoga selalu dikuatkan dan dimudahkan dalam mendampingi mas Alzam yaa mba :) terimakasih juga sudah sharing tentang TB Paru, sharingnya bikin kita lebih aware lagi dengan TB
BalasHapusMengeluh kepada Yang Maha Penguasa Alam ini sebenarnya tak masalah menurut daku, karena kita memang hanya menggantungkan harapan padanya, selebihnya adalah tawakal dan harus bangkit dengan penuh semangat. Selalu bersyukur.
BalasHapusanak ku pernah TB paru trus minum obat rutin dan berobat rutin selama 9 bulan.. tapi akhirnya sembuh.. yang penting selalu konsultasi sama dokter dan konsisten minum obat.. cepat sembuh ya dedek
BalasHapusKasian bnget ya mom kalo anak sakit semog cepet sembuh y Azzam..pengobatannya juga laancar agar bisa sembuh total
BalasHapusStay strong mbaak. Cepat sembuh juga untuk Azzam. Iya bener memang kita harus memastikan ga salah diagnosa dengan cari second opinion. Semoga lancar ya pengobatannya.
BalasHapusAnak sya pun disarankan mantoux DLL gara2 BB nya kecil, Ditambah memang terlahir prematur. Namun belum dilakukan, di Faskes 1 nya Lumayan rumit. Jadinya baru cek HB saja. Masyaallah yaa PR Kita, keep strong yaa
BalasHapus