A to Z Antibiotik
"Mobil saya itu dari Antibiotik.." ucap seorang dokter kepada perempuan di depannya.
"Lah..kalo semua pasien dikasih antibiotik, jadinya resisten, gimana dok?" Pertanyaannya mengandung protes.
"Kan ada IDI.." jawabnya singkat.
Sungguh yang jahat adalah oknum dokter tersebut. Bukan lembaga yang baru disebutnya, yang diharapkannya akan melindungi bila kasus hukum kelak menimpanya.
Percakapan itu terjadi sekitar 14 tahun lalu, saat saya masih kuliah. Saat itu saya terbiasa ambil kerjaan part time di Sabtu atau Ahad di sebuah perusahaan alat kesehatan. Kebetulan saat itu saya mempraktekkan penggunaan alat test gula darah di depan para dokter.
Dan atasan saya, perempuan dari Jakarta itu kesel saat ngobrol sama oknum dokter yang bangga kalau mobilnya adalah reward dari perusahaan farmasi karena penjualan antibiotiknya mencapai target.
Saya merinding, sebagai manusia yang tidak mungkin tidak sakit, pasti suatu saat saya akan berhadapan dengan dokter. Saya berdoa dijauhkan dari dokter nakal itu dan juga berusaha menjadi pasien cerdas.
seiring waktu berlalu, ketika punya anak dan sedang sakit, saya biasanya membekali diri saya dengan beberapa pertanyaan yang kelak akan saya tanyakan ke dokter anak perihal penyakit dan obat yang akan dikonsumsinya.
Nah, biasanya saya mencari info dulu mengenai sakit yang diderita anak saya. Alhamdulilah dokter anak saya yang biasa, adalah dokter minim obat. Sejalan dengan prinsip saya, obat kimia memang harus minimal dikonsumsi saat tubuh tidak terlalu perlu.
Suatu hari, saya mesti ketemu dokter lain. Ketika ia meresepkan antibiotik saya kembali bertanya banyak hal. Mungkin dikarenakan saya "cerewet" beliau mempersilahkan saya keluar dulu hingga ia selesai menulis resep. Sebelum saya menebus obat, tentu saya konsultasi kembali dengan dokter yang biasa menangani anak saya. Agar saya benar-benar yakin, antibiotik yang diresepkan tersebut memang benar-benar diperlukan atau tidak.
Kapan Antibiotik diperlukan?
Antibiotik, secara umum digunakan sebagai obat yang dipakai untuk mengobati infeksi atau sakit dikarenakan oleh bakteri. Diharapkan penggunaan antibiotik bisa membunuh semua bakteri penyebab penyakit.
Namun seperti di awal cerita, ada dokter nakal yang sengaja memberi antibiotik untuk segala penyakit. Padahal virus tidak bisa sembuh atau diobati dengan antibiotik.
Ingat ya Mak, hanya penyakit oleh bakteri saja yang bisa diobati dengan antibiotik. Jadi bila si kecil batuk ringan, flu dan diare tidak ada hubungannya dengan antibiotik. Maka sebaiknya tidak perlu mengkonsumsi antibiotik.
Baca juga: Apa itu Milk Blister?
Pertama kita wajib bertanya, urgensi apa yang menyebabkan si kecil /kita wajib mengkonsumsi antibiotik tersebut.
Karena memang di lapangan ada dokter yang dikit-dikit antibiotik.
Kedua, tanya mengenai efek bila kita menghilangkan antibiotik dari resep kita. Biasanya dokter akan berkilah bila tidak dikonsumsi maka penyakit tak akan sembuh. Setelah jawaban tersebut cecar ia dengan pertanyaan selanjutnya, yakni sakit disebabkan apa? Bakteri atau virus?
Ketiga, cari second opinion. Bila dokter malas menjawab atau jawabannya kurang memuaskan, kita harus mencari orang lain sebagai penguat kita tentang antibiotik ini. Saya bertanya pada dokter yang biasa menangani anak atau apoteker terpercaya yang saya kenal. Kalau bisa, cari atau tanya pada orang yang netral, yakni yang tidak ada untung /rugi apapun terhadap keputusan mengenai antibiotik tersebut.
1. Bila ternyata kita harus mengkonsumsi antibiotik gunakanlah secara bijak. Gunakan tepat waktu dan juga disiplin.
2. Perhatikan petunjuk penggunaan. Ada antibiotik yang dikonsumsi maksimal 5 hari ada pula yang digunakan sampai habis. Tanya dengan cermat. Jangan gunakan hanya 2 hari atau ketika sudah merasa sembuh dan meninggalkan antibiotik yang harus digunakan selama 5 hari (misalnya).
3. Buang antibiotik yang bersisa. Beberapa resep antibiotik kering, biasanya akan bersisa bila kita hanya disuruh untuk menggunakan hanya 5 hari. Antibiotik yang sudah dicampur dengan air tersebut harus dibuang. Jangan digunakan kembali untuk penyakit lain.
4. Antibiotik jangan digunakan untuk orang lain. Misal, si kecil diresepkan antibiotik kemudian si kakak menderita penyakit yang sama. Jangan gunakan resep yang sama, karena kakak dan adik memiliki umur dan berat badan yang berbeda. Tentu dosis yang dibutuhkan pun berbeda.
Itulah beberapa hal yang terkait dengan antibiotik. Bijaklah dalam penggunaan obat apapun. Karena anak ataupun keluarga kita bukan tidak mungkin akan mengalami resistensi. Resistensi adalah keadaan di mana bakteri sudah kebal terhadap antibiotik dan kemudian menggerogoti tubuh pasien. Keadaan ini dapat mengakibatkan kematian.
Semoga ke depannya industri farmasi dan kesehatan tidak lagi menjadikan pasien sebagai ladang uang. Maka bijaklah kita sebagai pasien..
Kalo emak, ada cerita apa tentang antibiotik?
Ingat ya Mak, hanya penyakit oleh bakteri saja yang bisa diobati dengan antibiotik. Jadi bila si kecil batuk ringan, flu dan diare tidak ada hubungannya dengan antibiotik. Maka sebaiknya tidak perlu mengkonsumsi antibiotik.
Baca juga: Apa itu Milk Blister?
Bila Antibiotik diresepkan
Emak harus bertanya beberapa hal bila ternyata antibiotik terdapat dalam resep yang harus dikonsumsi oleh anak atau anggota keluarga.Pertama kita wajib bertanya, urgensi apa yang menyebabkan si kecil /kita wajib mengkonsumsi antibiotik tersebut.
Karena memang di lapangan ada dokter yang dikit-dikit antibiotik.
Kedua, tanya mengenai efek bila kita menghilangkan antibiotik dari resep kita. Biasanya dokter akan berkilah bila tidak dikonsumsi maka penyakit tak akan sembuh. Setelah jawaban tersebut cecar ia dengan pertanyaan selanjutnya, yakni sakit disebabkan apa? Bakteri atau virus?
Ketiga, cari second opinion. Bila dokter malas menjawab atau jawabannya kurang memuaskan, kita harus mencari orang lain sebagai penguat kita tentang antibiotik ini. Saya bertanya pada dokter yang biasa menangani anak atau apoteker terpercaya yang saya kenal. Kalau bisa, cari atau tanya pada orang yang netral, yakni yang tidak ada untung /rugi apapun terhadap keputusan mengenai antibiotik tersebut.
Beberapa hal yang harus diperhatikan!
1. Bila ternyata kita harus mengkonsumsi antibiotik gunakanlah secara bijak. Gunakan tepat waktu dan juga disiplin.
2. Perhatikan petunjuk penggunaan. Ada antibiotik yang dikonsumsi maksimal 5 hari ada pula yang digunakan sampai habis. Tanya dengan cermat. Jangan gunakan hanya 2 hari atau ketika sudah merasa sembuh dan meninggalkan antibiotik yang harus digunakan selama 5 hari (misalnya).
3. Buang antibiotik yang bersisa. Beberapa resep antibiotik kering, biasanya akan bersisa bila kita hanya disuruh untuk menggunakan hanya 5 hari. Antibiotik yang sudah dicampur dengan air tersebut harus dibuang. Jangan digunakan kembali untuk penyakit lain.
4. Antibiotik jangan digunakan untuk orang lain. Misal, si kecil diresepkan antibiotik kemudian si kakak menderita penyakit yang sama. Jangan gunakan resep yang sama, karena kakak dan adik memiliki umur dan berat badan yang berbeda. Tentu dosis yang dibutuhkan pun berbeda.
Itulah beberapa hal yang terkait dengan antibiotik. Bijaklah dalam penggunaan obat apapun. Karena anak ataupun keluarga kita bukan tidak mungkin akan mengalami resistensi. Resistensi adalah keadaan di mana bakteri sudah kebal terhadap antibiotik dan kemudian menggerogoti tubuh pasien. Keadaan ini dapat mengakibatkan kematian.
Semoga ke depannya industri farmasi dan kesehatan tidak lagi menjadikan pasien sebagai ladang uang. Maka bijaklah kita sebagai pasien..
Kalo emak, ada cerita apa tentang antibiotik?
Sekarang kalau jadi pasien merasa jadi barang. Baik di rs atau di klinik praktek. Itu beneran disuruh keluar sama dokternya, karena mbak tanya-tanya? Padahal bertanya salah satu hak pasien
BalasHapusah memang karakter dokter beda2. ada yg aneh begitu, biasanya dokter kuno yg merasa beliau sangat dibutuhkan. kalau dokter yg 'gaul' beliau mau bercakap2 dg santai dda ladeni setiap pertanyaan kok
HapusMantap kali lah tulisan antibiotik ini, semantap template barunya.
BalasHapusKapan tukernya nih template cha... cantek cantek
Sudah hampir jarang sekali ada dokter yang mau menjelaskan..saya sendiri kalau minum antibiotik anjuran dokter, selalu saya tambahkan yakult
BalasHapusBener banget mba, suka agak parno sama dokter yang suka dikit2 antibiotik. Alhamsulillah dokter anakku juga ga gampang ngasih antibiotik, pernah anakku sakit trus terpaksa konsul ke dokter lain, dan ternyata anakku dikasih antibiotik untuk orang dewasa. Duh langsung patah hati aku mba :( btw, terimakasih sharingnya ya mba :)
BalasHapusSelama ini aku kalau pakai antibiotik memang yang di resepkan, beruntungnya adalah dokter anakku gak pernah dikit-dikit antibiotik tapi kalau sudah indikasinya mengharuskan aku lebih baik nurut sih.
BalasHapusWah, aku kadang di kasih obat suruh abisin ya sudah lah
BalasHapusHarusnya kita pun faham ya kak
Tq tq
beda-beda dokter, berbeda treatment. Ada yang langsung ngasih antibiotik ada yang engga. Tapi saya lebih milih gak pake antibiotik kalau gak parah-parah banget
BalasHapusBermanfaat banget tulisannya Mbak, saya jd lebih paham...:)
BalasHapusDokter anak langganan termasuk tipe anti antibiotik..minim kasih obat malah. tapi kalau sudah ketemu dan di tul-tul pakai stetoskop kok ya anakku berangsur membaik. Padahal kadang cuma 1 atau 2 macam obat plus vitamin kwkw
BalasHapusmemang penggunaan antibiotik ini banyak yang menyalahgunakan, kasihan kalau anak-anak yang kena akibatnya
Terus tentang oknum dokter yang bilang mobilnya hasil dari antibiotik, ku pernah denger juga sendiri. Si oknum minta anak medrep ganti semua ban mobilnya ke merk premium sambil janji target apa gitu..duh!
Hapusyah begitu lah bisnis. selalu ada celah yg dimanfaatkan oleh oknum. saya sih selalu baca2 dulu, hihu. apa isi obatnya baru dikasihkan anak
Hapusaku udah lama ganti dokter anak, sedih juga anak anak kudu makan antibiotik tiap berobat ama dokter ini, akhirnya solusi tepat adalah .. ganti dokter!
BalasHapusinformatiff banget mba jd banyak tau deh tentang penting gaknya konsumsi antibiotik..memang sering banget kalau berobat selalu dikasih antibiotik ternyata kita harus kenali penyebabnya dulu ya
BalasHapusKalau boleh aku tambahkan, ada beberapa golongan antibiotik yang menyebabkan alergi. Jadi buat yg sensitif harus hati hati
BalasHapusYang harus diperhatikan, memang kadang banyak orang awam yang masih berpikir, obat itu bisa digunakan ke banyak orang dengan sakit yang (menurut mereka) sama gejalanya.
BalasHapusBukan hanya orang awam di pelosok, bahkan di kota-kota besar juga masih ada yang berpikiran kayak gitu loh.
Lebih miris lagi kalau obat yang merekan gunakan itu antibiotik
Dan lebih sedih lagi, oknum-oknum dokter kayak gitu ya, meskipun juga mereka kadang sulit menghindar dari hal demikian, butuh idealis tingkat dewa, secara hampir tiap hari mereka bakal ditungguin sales obat hahahaha.
HapusSemoga masih banyak dokter yang punya idealis tinggi ya :)
Senang sekali, sekarang ortu semakin paham tentang antibiotic
BalasHapusDulu, setiap berobat ke dokter. Pasti anak saya diberi antibiotic
Saya jadi ingat sama dokter anak untuk anak pertama saya dulu. Dikit2 antibiotik. Setelah baca2 dan paham, saya pindah dokter
BalasHapusUntuk anak, aku rada parno dengan antibiotik. Apalagi dokter di sini, kalo diperiksa ke sana, selalu ngasih antibiotik. Takut deh anak kebal jadinya terhadap antibiotik. Sekarang, aku lebih milih ngasih perlindungan tubuh yang maksimal biar anak gak gampang sakit. Jadinya memperkecil kemungkinan dikasih antibiotik. Kalo sampai sakitnya parah, baru deh dikasih antibiotik.
BalasHapusPengalaman yang sama saat saya 6 tahun yang lalu di sebuah klinik, saya sampai menangis dengan umur pernikahan jalan dua tahun untuk membesarkan dua putra saya. Saya berfikir bagaimana bisa tata cara dan adab dokter senior yang sangat mengecewakan. Alhamdulillah saya mendapat solusi tepat buntuk selanjutnya fokus. Allahu Akbar.
BalasHapusPernahhh beberapa kali ketemu dokter yang demen banget ngasoh antibiotik. Apa pun sakitnya, antibiotik obatnya:'(
BalasHapusUntung akhirnya ada klinik swasta deket rumah dengan dokter-dokter yang hati-hatiiiii banget ngeresepin antibiotik.
Saya baru tahu penyakit yang disebabkan virus tak perlu antibiotik.
BalasHapusIya sih, di tempat saya juga asal ada demam pasti dikasih antibiotik. Jika ditanya ini itu nampak kesal dokter atau tenaga kesehatannya.
Memang kita harus aktif cari info sendiri ya mbak, salah satunya dengan membaca seperti ini.
Saya juga termasuk orangtua yang mikir kasi antibiotik ke anak. Tapi kalo batuk tak kunjung sembuh selama beberapa hari dan ada indikasi infeksi bakteri, mau nggak mau ya harus dipakai juga. Sedihnya baru minggu lalu anak saya kena pertusis dan selama 8 hari dikasi antibiotik yang ternyata nggak cocok untuk bunuh bakteri nya. Intinya harus cari second sampai third opinion terkait antibiotik ini.
BalasHapusKadang ada dokter yang asal ngasih antibiotik terus kalau saya nanya kenapa pake antibiotik beliau suka ga mau jelasin dan malah bilang udah lah bu yang pentingnya anaknya sehat kembali, hiks
BalasHapusMakasih info dan tipsnya mba. Aku baru tahu kalau antibiotik ini enggak bisa digunakan untuk semua penyakit dan beda usia beda antibiotiknya karena perbedaan usia, berat badan dan lainnya. Nanti kalau ketemu dokter pas lagi berobat, aku juga mau nanya ah kalau dikasih antibiotik :)
BalasHapusbeneran ngeri ya. waktu anak saya sakit beberap kali diresep antibiotik juga gak pernah saya kasih minum. seminimal mungkin minum obat kalau panas dan sebagainya
BalasHapusKedua anak saua setiap ke dokter pasti diberi anti biotik. Jujur saya sebenarnya sangat ragu untuk memberikan anti biotik. Mereka suruh ngabisin. Anak anak kan kalo sama obat pada takut ya, jadi ngasihnya maksa pake perlu dipegangin segala. Sedih aku tu.
BalasHapusLihat-lihat sakitnya juga mba. Kalo batuk pilek udah seminggu lebih gak sembuh, biasanya dokter akan kasih antibiotik. Makanya saya pribadi juga kalo anak-anak saya batuk pilek, saya tungguin dulu tuh ampe 10 hari kadang. Heuheuheu. Usaha dulu obat sendiri di rumah. Kalo gak bisa juga baru deh ke dokter.
HapusKalo mau sehat dan awet sehatnya (gak dikit-dikit sakit) memang jurusnya adalah seminimal mungkin jauhi dokter dan obat. Hehehe. Jika pun terpaksa mengonsumsi antibiotik, kita harus disiplin. Kalo habis, ya harus dihabiskan, jangan gantung. Mentang-mentang udah merasa sembuh, trus antibiotik yg diresepin dokter langsung distop sendiri. Nah, itu tuh yg bikin kacau. Tulisannya bagus mba.
BalasHapussaya mah ibu meong. seperti halnya ke manusia, perlakuan penggunaan antibiotik ke kucing pun sama. sama pula, banyak orang yg gampang banget cekok kucingnya dg antibioti. dan edukasinya ga mudah.
BalasHapusSaya menghindari obat2 dari dokter yg keras.apalagi antibiotik yg hrs di habiskan. Kecuali kalau sakitnya gk sembuh2 br sy ke dokter. Biasany hanya membeli obat ringan di apotik.
BalasHapusMerasa sehat itulah yang membuat kita berhenti minum antibiotik sehingga kita menghentikan penggunaan nya.
BalasHapusJika sering hal ini terjadi maka tubuh jadi imun
Pemakaian anti biotik emang harus sesuai aturan ya.
BalasHapusMakanya klo anak2 sakit aku selalu cari dokter yang pro RUM
Kalau dokter dalam kerjanya udah niatnya bisnis, udah deh pasti ada-ada aja masalahnya. Tapi ya kok bangga gitu ya mobil dari jual antibiotik. Kalau dokter yang bagus, pengalaman saya sih ga gampang ngasih antibiotik. Kalau bisa bahkan yg alami dulu
BalasHapusMemang gak semua dokter gitu kak. Tpi kebanyakan iya.
BalasHapusTpi secara SOP penulisan resep dan klaim obat. Antibiotik ini pasti masuk kak. Termasuk sakit yang hanya " gejala"doang. Kita sih pinter2 milihnya dan memang perlu banyak ilmu tentang ini kak.
Apalagi obat yang diminum berkepanjangan
Kalau berobat alhamdulillah selama ini dikasih obat yang sesuai dengan penyakitnya. Jadi pernah dikasih antibiotik, dan kebanyakan juga nggak. Bener itu hanya yang karena bakteri aja baru bisa dikasih antibiotik
BalasHapusSetuju jika penggunaan antibiotik ini mesti diwaspadai dan hati-hati. Karena efek resistensinya ada dan berbahaya apalagi jika anak-anak yang kena
BalasHapusbiasanya tiap dikasih resep obat dari dokter pasti dikasih antibiotik, kadang aku gak minum sampai selesai. ternyata gak semua manusia cocok dengan antibiotik. terima kasih infonya.
BalasHapusAku pun orang tua yang aliran RUM Bun. Jadi selektif banget milih dokter kalau kasus ringan di rumah tidak bisa teratasi. Sebelumnya anak saya sudah menjadi korban dirawat aja dulu, padahal setelah saya konsul dengan salah satu eyang dokter yang saklek dengan aliran rum, beliau mengatakan kasus anak saya tidak perlu di opnams
BalasHapusSaya kl berobat, minum dua sampai 3 kali obatnya udah gak saya minum lagi. Waah, kok dokternya ngomong gitu ya
BalasHapusantibiotik kadang sering digunakan tidak tepat waktu, karena ketidak pahaman tentang ilmu kesehatan ini. dan lagi, di desa bisa dibilang jarang dilakukan sosialisasi tentang hal ini
BalasHapusEngga semua dokter punya waktu untuk jelasin. Jadi kalau engga buru-buru, aku suka browsing dulu side effect obat sebelum beli. Takut juga yaa...kalua dikit-dikit antibiotic...
BalasHapusNgeri lah emang main main sama antibiotik.. anakku kadang sakit barengan dan dikasih obat sama dokter.. mereka dapet antibiotik yang sama tapi tetep ku kasih masing masing anak nggak nyampur nyampur
BalasHapusDan memang antibiotik itu harus dihabiskan. Tapi juga perlu hati2 sih jangan sampe resisten thd antibiotik. Bahaya.
BalasHapusSaya klo ke dr. Nolak mba klo direspon antibiotik alesan sy pnya lbung yg ga kuat antibiotik..
BalasHapusPernah ada dr. Marah..knp ke dr.klo ga mau direspon antibiotik? Akhirnya sy terima aja itu resep antibiotik plus saya tebus obatnya..sampe rumah tuh yg tak minum obat vitamin aja..yg antibiotik tak tumbuk buat pupuk tanaman hehehe..
Repot juga ya kak... saya kalau ke puskesmas berobat flu..ga dikasih antibiotik... seminggu flu ga reda malah nularin ke anak istri... saya ganti ke klinik, dikasih antibiotik.. 1 hari selesai flunya.
BalasHapusKaget sekaligus miris sih masih ada oknum kaya gitu yang menggampangkan kasih resep antibiotik ke pasien dengan gampang hanya karena iming-iming insentif dari perusahaan farmasinya :(
BalasHapusSebagai pasien kita harus selektif bgt pilih dokter ya mom. Cuma kalo dokternya agak pendiam gitu saya jadi segan (kemudian memilih jalan selanjutnya : pindah dokter) hehe
BalasHapusPerlu banget pastinya konsumsi antibiotik ini yah. AKu sebenarnya enggak terlalu paham aneka antibiotik dan memang belum pernah konsumsi. Harus tepat juga penggunaan pastinya yah.
BalasHapusSemoga masih banyak dokter yang ga money oriented ya. Kalo sakit ringan mah ga perlu x ya antibiotik. Tp beda dokter beda resep, ada yg suka kasih ada yg engga. Makasih sharingnya ya kak
BalasHapusternyata banyak yang harus diperhatikan sebelum kita mengkonsumsi anti biotik. karena ini juga menyangkut kesehatan. terima kasih tipsnya :)
BalasHapusSetuju, mbak. Aku juga gitu, mesti tanya2 dulu ama dokternya. Dan lebih suka obat tradisional sih sebenarnya. Kayak kunyit tuh kan antibiotik juga ya
BalasHapusWaduh selama ini aku kalo berobat disuruh minum obat yang diresepkan dokter ya udah minum sampe abis bahkan gak pernah nanya-nanya. Padahal sebaiknya kita harus lebih kritis ya..
BalasHapusDokternya mau cepat2 aja ya mengatasi pasiennya. Entah memang zamannya atau gimana. kebetulan kakak kami yg dokter pun gitu juga. Asal diminta meresep pasti gak ketinggalan antibiotiknya, hadeuhh... ikhtiar yg bs dilakukan menjaga kesehatan, rutin olga dan makan clean food.
BalasHapusbtw, template nya segerrrr, fresh
Saya sebenarnya juga malas yang dikit-dikit obat. Kalau misalnya ketahanan tubuh sendiri enggak mampu mengatasi ya berobat dan minum obat juga hingga gejalanya selesai. Tapi memang kalau tentang antibiotik ini malah Mama saya yang bawel disuruh menghabiskannya. Saya juga penasaran juga nih dengan antibiotik.
BalasHapusYa benar deh, antibiotik itu gak sembarangan dipakai ya, kalau gak bisa resisten. Makasih infonya ya, nambah wawasan
BalasHapusAku gak anti dg antibiotik kak, cuma mmg syukurnya dapat dokter yg pelit antibiotik. Namun mmg hrs dicatat mana antibiotik yg buat alergi di anak mana yg gak, trus catat antibiotik apa yg udah pernah dipake. Sayangnya aku gak seteliti itu haha. But next time harus teliti 😉
BalasHapusMemang dokter dan apoteker suka nyiyir nyuruh antibiotik nya agar dihabisin. Dulu, ketika belum tahu info begini, saya bahkan sering tidak menghabiskan antibiotik. Sekarang jadi mesti banyak2 kepo. Saya bahkan googling obat yang diresepkan dokter, buat tahu itu obat apa dan apa kegunaannya
BalasHapusAntibiotik memang lebih baik diberikan ketika benar-benar diperlukan. Untungnya dokter anakku jg RUM. Jadi memberi antibiotik sesuai kebutuhan.
BalasHapusJahat banget itu dokter. Untuk mendapatkan reward mobil, pasien diberi antibiotik meski ga perlu. Semoga aku ga ketemu sama itu dokter. Dan aku pikir selama ini, semua dokter punya hati dan baik tapi ternyata ada yang tak baik ya.
BalasHapusYa ampun mbak, masa sebegitunya banget ya. Saya kl berobat meskipun disuruh menghabiskan, ya gak saya habiskan kl saya udah merasa badan enakan.
BalasHapusKalo antibiotik emang harus di habiskan tetapi tergantung penyakitnya. Misalkan pas minum obat biasa ga mempan baru dikasih antibiotik biasa nya cuma dikasih 5 deh sama dokter
BalasHapusKalo untuk sakit biasa yg bisa sembuh dgn beli obat warung,, ga mesti minum antibiotik sih,, kalo aq udah ubah habit dengan terapi essential oil hahaha alhamdulillah
BalasHapusTapi memang sebaiknya segala obat dosis menengah ke atas harus dibarengi dengan antibiotik. Supaya lebih nampol minum obatnya ya kan
BalasHapusOh gitu, ternyata antibiotik itu bukan obat untuk segala penyakit ya. Walaupun bukan seorang lulusan kedokteran, emang harus paham gimana penggunaan tiap obat yang benar. Jangan sampai kita dibohongi oleh para oknum dokter nakal yang hanya peduli dengan uang tanpa memikirkan kelanjutan hidup pasien
BalasHapusBener banget nih, pilek aja dikasihnya antibiotik, padahal penyebab nya kan virus ya, harusnya antivirus wkwk
BalasHapusMulai melek masalah antibiotik ini semenjak nyimak dr. apin
Saya jadi ingat sama dokter dulu, ternyata antibiotik ada pro dan kontra hmmm
BalasHapusWah begitu ya ternyata. Jadi jangan dikit2 antibiotik. Paham sekarang. Btw antibiotik seringkali saya minum sampai habis. Katanya biar bakteri penyebab penyakit mati. Dari artikel ini saya juga tau kalau antibiotik sisa itu gak boleh diminum karena harus sesuai aturan minum. Terima kasih pencerahannya
BalasHapus