Ayah dan Memori Tentang Hutan di Kala Itu
"Beruntung sekali kalian sekarang, pulang sekolah sudah ada makanan terhidang.. Dulu aku pulang sekolah, masuk hutan dulu, cari sagu diparut lalu masak untuk makan siang.."
Begitulah kata-kata yang pernah kuingat saat kecil dulu sekitar tahun 90an. Kami yang pulang sekolah kadang masih mengeluh dengan lauk yang terhidang di atas meja. Lalu Bapak berkata seperti dialog di atas untuk membuat kami lebih menghargai rezeki.
Berbicara tentang hutan, Bapak adalah orang yang dekat dengan alam. Bahkan kami sekeluarga pernah dibawanya merasakan pengalaman berkemah di dalam hutan di kaki Gunung Leuser. Selain itu Bapak memang sering pergi sendiri ke Hutan semacam bertafakur dengan alam.
Sagu, kata yang paling aku ingat. Kenapa sagu? Kenapa tidak makan nasi?
Nasi Bukan Makanan Pokok Indonesia
Apa? Ternyata nasi bukan makanan pokok Bangsa Indonesia. Menurut Prof Nadirman Haska (Peneliti Sagu Indonesia) sagu adalah makanan pokok Nusantara jauh sebelum beras atau nasi masuk ke tanah air.
Buktinya? Dari relief yang terdapat di Candi Borobudur tentang palma kehidupan yaitu ada kelapa, lontar, aren dan sagu.
Secara Antropologi pun, Masyarakat Jawa menyebut nasi dengan sebutan Sego. Sementara Masyarakat Sunda menyebut beras dengan sangu. Dan keduanya, dari bahasa asli Sagu. Menurut Beliau, kita memang makan sagu sebelum beras/nasi sekarang ini menjadi makanan pokok di Indonesia.
Kabar baiknya, sagu yang ada di Indonesia ini 95 % adalah sagu yang tumbuh secara alami. Bukankah ini adalah potensi yang besar untuk menggantikan kembali beras/nasi menjadi makanan pokok karena harganya pun semakin mahal?
Sayangnya, dari cadangan sagu yang ada baru 5% saja dijadikan bahan makanan yang dimanfaatkan oleh orang Indonesia. Biasanya sagu diolah menjadi makanan lezat Nusantara seperti Papeda, Siomay Bandung dan juga makanan favorit saya yakni Pempek Palembang.
Pempek memang terbuat dari Sagu. Makanya ketika memakannya, bapak pun bernostalgia dengan makanan masa kecilnya yang sebagian besar adalah sagu. Bukan beras seperti sekarang.
Jangan anggap sepele makanan tradisional yang satu ini. Pempek mengandung karbohidrat dari Sagu sebagai pemenuhan kebutuhan energi harian. Selain itu karbohidrat juga berperan dalam mengatur peristaltik usus dan mencegah terjadinya oksidasi lemak yang tidak sempurna.
Gizi dalam pempek bukan itu saja, namun karena mengandung ikan, tentu pempek mengandung nutrisi yang tinggi dari banyaknya manfaat ikan. Selain protein, mengandung asam amino yang tinggi yang mendukung kecerdasan anak bangsa.
Maka tak berlebihan bila menyebut Pempek sebagai kuliner tinggi nutrisi.
Masyarakat sudah semakin tergantung pada makanan pokok berupa nasi. Maka angka impor semakin tinggi, selain impor beras ada bahaya kesehatan yang membayangi masyarakat dari ketergantungan akan nasi.
Nasi yang dikonsumsi berlebih dapat menyebabkan kegemukan. Hal ini bisa merembet pada kasus obesitas di Indonesia. Kasus obesitas di Indonesia selalu mengalami kenaikan setiap tahunnya.
Lalu, bagaimana agar hutan menjadi solusi atas masalah harga pangan yang tinggi (beras), kasus obesitas dan juga angka impor beras yang tinggi?
1. Masyarakat didorong agar tidak fokus terhadap satu jenis pangan pokok saja, sehingga kita tidak perlu impor karena dapat menuju swasembada pangan rakyat .
2. Dapat memenuhi kebutuhan gizi pangan yang beragam dan seimbang.
3. Lebih jauh, dapat menuju kedaulatan pangan.
Salah satu bahan makanan yang dapat menjadi alternatif pangan selain beras ya tentu saja sagu. Karena sejak awal makanan pokok bangsa Indonesia adalah sagu. Selain itu, hutan kita memiliki banyak sekali potensi sagu yang tumbuh secara alami. Sangat disayangkan bila tidak dimanfaatkan dengan baik. Hutan adalah sumber pangan.Hutan adalah sumber pangan
Memang, tidak mudah kembali memanfaatkan hutan secara bijak. Karena berdasarkan data yang dimiliki WALHI sampai tahun 2014 kawasan hutan yang dijadikan Hutan Tanaman Industri (HTI) mencapai 57 juta hektar dari total 132 juta hektar. Dengan demikian, dapat dilihat hutan di Indonesia telah banyak yang menjadi milik pebisnis.
Ini adalah PR yang besar. Bukan tidak mungkin, tapi kita harus bersungguh-sungguh untuk mewujudkan hutan sebagia solusi.
Ah.. Bapak.. mengenangmu sungguh membawa memori diri ini kembali ke hutan seperti dulu engkau pernah membawaku..
Kalau kamu? Memori apa yang kami punya tentang hutan?
#PulihkanIndonesia #RimbaTerakhir #WALHIXBPN #HutanSumberPangan #BlogCompetitionSeries
Disclaimer:
Tulisan ini diikutkan dalam lomba menulis dari Blogger Perempuan Network dan juga WALHI.
Sumber referensi:
https://m.detik.com/finance/industri/d-3108281/bukan-beras-ini-makanan-asli-ri-sejak-zaman-kerajaan
https://www.sarihusada.co.id/Nutrisi-Untuk-Bangsa/Aktivitas/Jelajah-Gizi/Pempek-Kuliner-Kaya-Gizi
https://m.detik.com/finance/berita-ekonomi-bisnis/d-4386820/ri-impor-beras-225-juta-ton-sepanjang-2018-ini-rinciannya
https://www.halodoc.com/5-bahaya-nasi-kalau-dimakan-berlebihan
https://hellosehat.com/infografik/fakta-seputar-obesitas-di-indonesia/
https://gc.ukm.ugm.ac.id/2017/08/pentingnya-diversifikasi-pangan-untuk-mendukung-kedaulatan-pangan-indonesia/
https://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/18/03/22/p5z7ya335-walhi-hutan-di-indonesia-telah-lama-digerus-industri
Buktinya? Dari relief yang terdapat di Candi Borobudur tentang palma kehidupan yaitu ada kelapa, lontar, aren dan sagu.
Secara Antropologi pun, Masyarakat Jawa menyebut nasi dengan sebutan Sego. Sementara Masyarakat Sunda menyebut beras dengan sangu. Dan keduanya, dari bahasa asli Sagu. Menurut Beliau, kita memang makan sagu sebelum beras/nasi sekarang ini menjadi makanan pokok di Indonesia.
Cadangan Sagu di Indonesia
Fakta sejarah di atas, didukung pula oleh ketersediaan Sagu yang melimpah di Indonesia. Indonesia punya 1,4 juta hektar lahan sagu yang tersebar di hutan Sumatera, Kalimantan, hingga ke Papua. Papua sendiri memiliki 1.2 juta ha. Luas bukan?Kabar baiknya, sagu yang ada di Indonesia ini 95 % adalah sagu yang tumbuh secara alami. Bukankah ini adalah potensi yang besar untuk menggantikan kembali beras/nasi menjadi makanan pokok karena harganya pun semakin mahal?
Sayangnya, dari cadangan sagu yang ada baru 5% saja dijadikan bahan makanan yang dimanfaatkan oleh orang Indonesia. Biasanya sagu diolah menjadi makanan lezat Nusantara seperti Papeda, Siomay Bandung dan juga makanan favorit saya yakni Pempek Palembang.
Pempek Palembang
Saat saya kecil, Pempek belum dikenal sekali seperti sekarang ini di Medan yang gerai penjual Pempek bisa dengan mudah dijumpai. Pempek Palembang tidak sengaja diicip saat keluarga kami diberi makanan oleh tetangga yang asli Sumatera Selatan. Saat lidah bersentuhan dengan Pempek yang mayoritas terasa gurih ikan, kami sekeluarga langsung jatuh cinta pada panganan ini. Apalagi ketika kuah cuko berpadu dengan daging Pempek.Pempek memang terbuat dari Sagu. Makanya ketika memakannya, bapak pun bernostalgia dengan makanan masa kecilnya yang sebagian besar adalah sagu. Bukan beras seperti sekarang.
Jangan anggap sepele makanan tradisional yang satu ini. Pempek mengandung karbohidrat dari Sagu sebagai pemenuhan kebutuhan energi harian. Selain itu karbohidrat juga berperan dalam mengatur peristaltik usus dan mencegah terjadinya oksidasi lemak yang tidak sempurna.
Gizi dalam pempek bukan itu saja, namun karena mengandung ikan, tentu pempek mengandung nutrisi yang tinggi dari banyaknya manfaat ikan. Selain protein, mengandung asam amino yang tinggi yang mendukung kecerdasan anak bangsa.
Maka tak berlebihan bila menyebut Pempek sebagai kuliner tinggi nutrisi.
Hutan Adalah Solusi
Tahukah, sepanjang 2018 Indonesia melakukan impor beras sebesar 2,25 Juta Ton. Ini setara dengan nilai 1.03 Milyar US Dollar. Tahun 2018 lalu adalah impor terbesar dibanding tahun sebelumnya.databoks.co.id |
Masyarakat sudah semakin tergantung pada makanan pokok berupa nasi. Maka angka impor semakin tinggi, selain impor beras ada bahaya kesehatan yang membayangi masyarakat dari ketergantungan akan nasi.
Nasi yang dikonsumsi berlebih dapat menyebabkan kegemukan. Hal ini bisa merembet pada kasus obesitas di Indonesia. Kasus obesitas di Indonesia selalu mengalami kenaikan setiap tahunnya.
hellosehat.com |
Lalu, bagaimana agar hutan menjadi solusi atas masalah harga pangan yang tinggi (beras), kasus obesitas dan juga angka impor beras yang tinggi?
Kembalilah Pada Diversifikasi Pangan
Diversifikasi pangan memiliki banyak sekali manfaat. Di antaranya:1. Masyarakat didorong agar tidak fokus terhadap satu jenis pangan pokok saja, sehingga kita tidak perlu impor karena dapat menuju swasembada pangan rakyat .
2. Dapat memenuhi kebutuhan gizi pangan yang beragam dan seimbang.
3. Lebih jauh, dapat menuju kedaulatan pangan.
Salah satu bahan makanan yang dapat menjadi alternatif pangan selain beras ya tentu saja sagu. Karena sejak awal makanan pokok bangsa Indonesia adalah sagu. Selain itu, hutan kita memiliki banyak sekali potensi sagu yang tumbuh secara alami. Sangat disayangkan bila tidak dimanfaatkan dengan baik. Hutan adalah sumber pangan.Hutan adalah sumber pangan
Memang, tidak mudah kembali memanfaatkan hutan secara bijak. Karena berdasarkan data yang dimiliki WALHI sampai tahun 2014 kawasan hutan yang dijadikan Hutan Tanaman Industri (HTI) mencapai 57 juta hektar dari total 132 juta hektar. Dengan demikian, dapat dilihat hutan di Indonesia telah banyak yang menjadi milik pebisnis.
Ini adalah PR yang besar. Bukan tidak mungkin, tapi kita harus bersungguh-sungguh untuk mewujudkan hutan sebagia solusi.
Ah.. Bapak.. mengenangmu sungguh membawa memori diri ini kembali ke hutan seperti dulu engkau pernah membawaku..
Kalau kamu? Memori apa yang kami punya tentang hutan?
#PulihkanIndonesia #RimbaTerakhir #WALHIXBPN #HutanSumberPangan #BlogCompetitionSeries
Disclaimer:
Tulisan ini diikutkan dalam lomba menulis dari Blogger Perempuan Network dan juga WALHI.
Sumber referensi:
https://m.detik.com/finance/industri/d-3108281/bukan-beras-ini-makanan-asli-ri-sejak-zaman-kerajaan
https://www.sarihusada.co.id/Nutrisi-Untuk-Bangsa/Aktivitas/Jelajah-Gizi/Pempek-Kuliner-Kaya-Gizi
https://m.detik.com/finance/berita-ekonomi-bisnis/d-4386820/ri-impor-beras-225-juta-ton-sepanjang-2018-ini-rinciannya
https://www.halodoc.com/5-bahaya-nasi-kalau-dimakan-berlebihan
https://hellosehat.com/infografik/fakta-seputar-obesitas-di-indonesia/
https://gc.ukm.ugm.ac.id/2017/08/pentingnya-diversifikasi-pangan-untuk-mendukung-kedaulatan-pangan-indonesia/
https://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/18/03/22/p5z7ya335-walhi-hutan-di-indonesia-telah-lama-digerus-industri
Wah aku baru tahu lho mba, ternyata dulu bukan nasi ya makanan pokok indonesia itu tapi sagu ya. Aku jadi pengen makan sagu soalnya udah lama banget nggak makan sagu. Ngomong-ngomong tulisannya lengkap mba dan me gedukasi. Sukses ya 🙂
BalasHapusAamiin , makasih banyak Mba
HapusAku baru tau setelah baca tulisan ini kalo nasi bukanlah makanan pokok indonesia.
BalasHapusAnyway soal hutan, aku pernah jaman ikut pramuka dulu brg2 kyk kemah. Tpi ga tahan lama krn semua peserya takut gelap.
Makasih Mba udah ikut komen di sini ☺️
HapusIni informasi baru bagi saya. Baru tahu bahwa sagu adalah makanan pokok utama orang indonesia dahulu. Baru berasa datangnya kemudian. Tapi sekarang kalau gak makan nasi, kayak gak terasa kenyangnya
BalasHapusHihihi orang bilang itu perut orang Indonesia ya bang
HapusAnak pesisir juga kah mba? Sama kita. Saya sampai sekarang pun masih harus menembus hutan mangrove jika ingin berkunjung ke kampung ibu saya. Meski sebagian besar lahannya sudah ditanami sawit, tapi hutan mangrovenya masih sangat luas. Semoga tetap lestari.
BalasHapusSaya asli Medan kak Mutia. Ayah saya dulu orang pesisir tanjung balai
HapusWah, orang pesisir juga namanya itu kalo dari Tanjung Balai. Saya orang Pasaman Barat, kabupaten perbatasan antara Sumbar-Sumut. Mungkin mba tahu nama daerah Natal, nah kampung ibu saya itu 4-5 jam dari Natal. Semoga mangrove-mangrove di Sumatera tetap lestari ya mba.
HapusIya Mba, Aamiin..
HapusSaya kira kak Mutia orang Aceh loh..
Jadi bayangin pempek saya
BalasHapusSaya baru tahu kalau awalnya masyarakat Indonesia makan sagu dan bukan beras.
Memang kepedulian untuk mengembalikan fungsi hutan meski disosialisasikan. Mengingat hutan adalah sumber pangan
Iya Mba Dian.. bener
HapusTernyata oh ternyata, sebenarnya sagu itu makanan pokok ya. Jadi gimana ceritanya kak kok jadi berpindah ke beras ya?
BalasHapusJadi orang India membawa beras ke Indonesia melalui perdagangan kak..
HapusSaat di Makassar, tetangga saya ada orang Palopo, Mbak Icha. nah, setiap pulkam, oleh-olehnya salah satunya sagu. Dan inilah saat yang kami tunggu-tunggu, acara Kapurung atau Papeda hahaha.
BalasHapusDi rumah juga suka buat ongol-ongol. Dan baca tulisan Mbak Icha, jadi pengin kapurung. Di sini tidak ada sagu asli, Mbak hehehe.
Kita taunya beli tepung sagu di Minimart ya mas Bambang
HapusNah komentar Mas Bambang ini mirip seperti yang saya bilang kapan hari itu ya ... dan kapurung itu memang ngangenin hehe.
HapusYup bener wong palembang sudah mengunakan sagu sejak zaman sriwijaya bahkan secara khusus sagu dan aren disebut dalam prasasti peresmian Taman Hutan Raya Sriwijaya Ksetra
BalasHapusPempek itu selalu cocok di perut dan lidahku kak Dona.. gak peduli pagi siang sore malam.. hihi
HapusWah, iya bener juga ya mbak, di jawa menyebutnya sego, tapi di daerah situbondo (bahasa madura) nyebutnya "nasek" sih, lebih ke adaptasi dari Indo, but apapun itu, saya belum pernah nyoba sekalipun sagu, hahahhaa next semoga keturutan
BalasHapusMas Faisol pernah gak makan ongol-ongol dari sagu?
HapusAtau pempek
saya juga belum pernah makan sagu.
Hapuskecuali makanan yang mengandung tepung sagu, kek mpekmpek itu.
tulisan mba icha bagus sekali, semoga menang ya...
Aamiin, kak Vivi juga kak..
HapusSemoga kita blogsum kumpul di Bogor ya, Aamiin
Orang Jepang, Korea dan China, selain aneka mie, yang aslinya pemakan nasi kali ya? Hmm,, mulai melirik sagu nih buat bahan cemilah rumahan. Ikut mendukung ah, hutan sebagai sumber pangan kita
BalasHapusJepang saat perang di indo kak, masuk ke hutan dan kehabisan bahan pangan. Mereka akhirnya makan sagu dan bertahan hingga 3 tahun sampe mereka pulang ke jepang
HapusOo dari masa pendudukan Jepang yaa... Menu makanan orang² negeri sakura itu pun banyak yg dari sagu. Kl kita bikin kembang loyanglah, hunting sagu hehe
HapusWah malah Icha baru tau kembang loyang dari sagu. Lebih enak ya dari pada tepung beras kak?
HapusHutan menyajikan sumber daya alam yg luar biasa ya Mbaaa.harus kita jdikan bahan syukur senantiasa
BalasHapusIya Mba Nurul..
HapusMeskipun ini pr yang berat bukan tidak mungkin asal kita sungguh-sungguh ya Mba
Belum lama ini suami saya pun bilang begitu, Mbak: bahwa makanan pokok orang Indonesia dulunya adalah sagu. Dan saya bengong dong membayangkannya.
BalasHapusNah sekarang ketemu tulisan ini lagi ... Fix, memang demikian ya. Dan sekarang kita tak terbiasa memakan sagu sebagai makanan pokok.
Eh, kalau di Sulawesi Selatan, di daerah Bugis masih ada sih yang makanan pokoknya sagu. Nama makanannya kapurung. Sagunya dicemplungin bulat-bulat (sagu yang sudah dimasak), bersama dengan sayur-mayur, ikan, dan rempah-rempah.
Wah kayak bubur gitu ya Mba?
HapusEnak banget pasti udah dicampur semua..
Sagu ini bagus lho tapi sayangnya di negara kita tdk dibiasakan, karena nasi masih dianggap makanan utama. Sedih ya ...
BalasHapusSagu juga bagus buat pencernaan ya Mba
HapusKu suka sekali dengan hutan, tapi jangan yang rimba belantaranya, ya. Hihi.
HapusHutan adalah sumber kehidupan, di mana makanan untuk nutrisi dan oksigen tersedia. Sayangnya, yaitu, tangan-tangan tamak menjamah dan menjarahnya.
Semoga dg banyaknya seruan untuk kembali ke alam dan menjaga hutan sumber kehidupan ini kembali sehat dan berdaya, ya, kak.
Btw, baru tahu loh kalo pempek yang sebenarnya itu pake tepung sagu.
Thanks for share, Mbaaa. ������
Makasih kembali mba Alaika, udah mampir ke sini ♥️
Hapusooh aku baru tau kalau pempek itu terbuat dari sagu, kupikir dari tepung apa gitu dah, hehe
BalasHapuswuah iya ya, orang2 dulu harus berlelah-lelah supaya makanan terhidang di atas meja.
sekarang apa-apa serba tersedia, tinggal beli, harganya pun cukup terjangkau. yang instan seperti mie pun selalu ready setiap saat
Tapi yang instan memang kurang baik ya Mba..
HapusDi Jepara ada makanan jadul banget bernama horog-horog. Bahannya dari sagu yang diolah sedemikian rupa (4x pengukusan!) sehingga menjadi makanan pengganti nasi yang cocok dimakan dengan sate, bakso, tahu campur, bahkan kolak dan rujak. Ke Jepara tak makan horog-horog pecel atau horog-horog bakso tida akan komplit deh.
BalasHapusNoted banget Mba!
HapusSaya akan berburu kuliner Jepara berupa horog-horog
Wah, jangan lupa colek saya ya Mbak. InsyaAllah saya temani dan antar kulineran di sini.
HapusSiap mba Susi ♥️
HapusDulu-sekarang jauh berbeda ya, apa-apa serba ada dan dimudahkan. Beda dengan zaman sekolah dulu dan ketika masih kecil.
BalasHapusKala itu berjalan kaki tuk berangkat sekolah bersama adik pulangnya baru dijemput Alm. Bapak kala itu.
Ehh tapi ngomongin soal pempek, adik ibuku jago banget loh buatnya isiannya hanya parutan pepaya muda ditumis campur kuah cuka ebbi. maknyusss tenan.
Wah.. sampe ngiler saya ngebayangin ya.
HapusAnak-anakku sekarang pun mba, sekolah depan komplek aja minta dianter..
Kalo pulang baru sendiri..
Wah aku pun suka empek empek kak haha, sagu dalam bentuk makanan sering makan, tp kl sagu aja gitu blm pernah, dah biasa nasik huhu
BalasHapusIya bang Sani. Padahal banyak juga loh resep sagu yang bisa dibuat sebagai pengganti nasi.
Hapusdidaerah2 mulai hilang juga sagu ini, dan olahan sagu itu banyak banget keknya hampir tiap daerah ada olahan sagunya kalo diolah pempek juga masih ada campuran lain sih ya hehe kalo orang batak sagunya jadi ongol-ongol enak juga
BalasHapusIya mba ULI, itulah kenapa sejarah mengatakan Indonesia dulu makanan pokoknya sagu.. makanya tiap daerah sebenarnya ada olahan sagu yang khas..
HapusSetahuku pempek itu pake tepung tapioka emang merknya yang terkenal SAGU TANI. tapi sebenarnya berbeda tepung tapioka dengan sagu kk. YA walaupun kami nyebutnya tepung tapioka di sumsel itu dengan sebutan sagu. ^^
BalasHapusTapioca itu sebenarnya dari singkong.
HapusKalo resep sebenar pempek pake tepung sagu. Cuma karena sifatnya mirip sama tapioca jadinya sering dipertukarkan. Hehe
Gitu kak Dyah
Iya kak, tapi setahuku tepung tapioka. cuma kami menyebut tepung tapioka/kanji itu tepung sagu di palembang. Soalnya ini makanan saya dari orok. Hehehe....
Hapuspantesan aku hobi banget makan siomay & pempek hehehe. tapi memang nih karena udah terbiasa makan nasi, jadi gak berasa kenyang kalo belum makan nasi
BalasHapusHihi, itu yang biasa disebut orang Indonesia ya Mba..
HapusKalo gak kena nasi gak kenyang
Wah baru tahu kalau ternyata sagu itu makanan utama indonesia. Kirain hanya Indonesia bagian timur saja. Kalau jawa kirain dari dulu memang nasi..hihi...setuju mb, harusnya memang dipertahankan diversifikasi pangannya. Karena di Jogja sendiri dulu makanan pokoknya beda-beda. Misal di Gunung Kidul dulu makanan utamanya gaplek..
BalasHapusBanyak alternatif makanan pokok selain beras ya kan Mba.. hanya perlu keseriusan agar kita bisa berdaulat pangan lewat hutan
HapusNgomong-ngomong masalah sagu. Aku pernah liat tayangan orang Papua yang masih makan sagu sehari-harinya. Dan mereka jarang ada yang kena obesitas ya. Jadi sebenernya sagu itu aman justru buat tubuh ya. Jadi kepengen belajar olah makanan berbahan dasar sagu. Soalnya lagi pengen belajar mengubah mindset makan harus pake nasi
BalasHapusNah itu.. nasi itu kalorinya terlalu tinggi..
HapusAku kok kayaknya gak punya kenangan ya tentang hutan. Btw ternyata makanan pokok Indonesia dulu tuh sagu yaa. Aku baru tahu.
BalasHapusDan yaa, sebenarnya kita bisa kok gak ketergantungan nasi ya. Karena sumber karbo yg lain juga banyak. BTW, ulasannya lengkap mbak. Thanks
Iya mba, supaya jangan melulu konsumsi nasi ya kan .
HapusWah jadi pingin nyobain papeda dan sagu, kayanya enak deh
BalasHapusPemerintah emang ngga serius mengurus diversifikasi pangan. Karena berasinisasi berlangsung terus, tanpa ampun
Padahal kalo serius, bisa stop impor loh Mba .
HapusKayaknya kerjaan importir juga nih yang pengen untung besar makanya kita selalu impor melulu
Kalo fungsi hutan dikembalikan jadi sumbet pangan maka nanti orang2 bs makan singkong sagu sebagai makanan pokok dong yaaa. Lumayan yg sakit diabetes jd berkursng krn ga pd makan nasi hehehehe
BalasHapusLebih sehat juga mba. Obesitas juga bisa menurun
HapusMenjaga hutan ini sebenarnya menjaga asupan pangan di Indonesia juga ya kak. Masalah pangan ke depannya bisa makin kritis kalah kita gak jaga sumbernya tetap ada
BalasHapusHasilnya, kita rugi karena impor melulu mba. Yang untung ya importir nya
HapusAku belum pernah makan papeda, hutan aslinya sumber pangan banget ya Mba. Aku kepengen juga main ke hutan jadinya. KEmarin lewat hutan di Banyuwangi juga.Banyak keranya di sana
BalasHapusHati-hati dijaili kera mba, hihu
HapusAku ngalamin nasib kayak bapakmu Mbak. Kuno kan aku. Hahaha.
BalasHapusIyah pernah baca kalo nasi itu bukan makanan pokok Indonesia.semoga sukses ya Mbak.
Wah mba Ida, sekali-kali post donk tentang olahan sagu yang biasa dikonsumsi ♥️
HapusNah, saya malah baru tahu nih kalau dulunya makanan pokok orang Indonesia bukannya nasi tapi sagu. Malah saya kira sagu ini cuma makanan pokok orang Papua dan Palopo Sulsel saja karena keduanya terkenal dengan makanan khas Papeda dan Kapurung.tapi ternyata pempek Palembang dibuat dari sagu ya Mbak. Saya juga baru tahu soal ini.
BalasHapusIya mba Siska. Terimakasih udah singgah di mari Mba ♥️
HapusSama-sama mbak. Saya juga turut mengucapkan terima kasih nih karena sudah mendapatkan informasi menarik dari blogspot ini. Apalagi tentang sagu yang ternyata merupakan makanan asli Indonesia bukan cuma Papua saja.
HapusEh ngomongin pempek palembang dari sagu, jadi pengen pempek mbak :) dan baru tau kalo makanan pokok sebelum beras malah sagu ya. Semoga Bapaknya mbak sehat selalu ya mbak :)
BalasHapusHihi, bapak udah pergi 4 tahun lalu mba..
HapusSelalu ada rindu buat beliau..
Saya paling suka olahan sagu, banyak banget macamnya, bisa papeda, terus jajanan yang beraneka ragam.
BalasHapusBtw baca ini jadi kangen masa kecil, khususnya waktu ikut mama sekolah di Kendari, dulu sering banget kami makan papeda, dicampur air ikan nyaaammm banget :)
Nah kayak sup gitu ya Mba..
HapusSehat banget kan makan begini..
Punya pengalaman seru bersama ayah menyenangkan ya, ikut berkemah ke hutan sambil membuat masakan pasti sensasi nya beda banget.
BalasHapusNgomong-ngomong pergi kehutan.
Aku juga pernah di ajak bapakku ke hutan kala itu.
Oh ya mba,Papeda itu gimana rasanya ?
Pernah liat sih di televisi dari cara proses awal sampai menjadi bahan makanan nya, unik banget prosesnya
Aku gak pernah merasakan masakan tradisional itu mba. Bapakku yang pernah ngerasain makanan pokok dari sagu..
HapusMungkin bapak buat sagu semacam bubur gitu, nanti dimakan pake lauk ikan di sup atau sambal
Jadi ingat waktu tinggal di sumsel, sarapan pempek, makan siang pempek, makan malam ketemu pempek juga model. Nggak makan nasi bukan hal yang gimana-gimana toh kenyang aja perut. Saat itu sebelah rumah yang jualan pempek murmer + enak
BalasHapusYes Mba, aku pun bukan termasuk spesies harus makan nasi . Hehe
HapusKami di Sunda, ada lho masyarakat yg secara turun temurun sampai sekarang mereka tidak makan nasi dan keturunannya. Pokoknya makan selain dari bahna terbuat dari beras dan lainnya. Mereka membuktikan kalau tanpa nasi, mereka juga bisa hidup seperti kit secara biasa
BalasHapusKeren Mba.. sebenarnya lebih sehat, karena beras itu karbonya terlalu tinggi kalori.
Hapusjadi teringat, sebulan yg lalu buat empek empek..
BalasHapusPaman saya dulu juga pernah omongin hal ini dalam versi beda. intinya tentang makanan orang indo ga harus beras. Bisa sagu, kentang, dll.
Ya mba bener. Kalo kita kreatif, tentu kita cukup mengandalkan hutan dan juga potensi besarnya..
HapusJadi ingat dulu pas di Papua, makan bubur sagu dengan ikan tongkol kuah kuning. Itu pengalaman pertama (dan semoga bukan yang terakhir) saya mengkonsumsi sagu
BalasHapusMhh, kebayang mba, enak ya..
HapusDari dulu ternyata makanan pokok kita sagu ya. Baru tahu aku Mbak. Aku suka makan kapurung yang dari olahan sagu itu. Rasanya enak banget hehe
BalasHapusAku jadi kepo mba, kepengen nyoba juga kapurung. Indonesia timur memang kaya rasa ya..
HapusWah di tahun 90an masih ada wajib nasi kak. Jadi ingat waktu kecil mesti makan nasi. Tapi gak tau juga Indonesia bagian lain ya. Teman aku di Mentawai, justru makan Ubi doang.
BalasHapusHihi, yang susah orang Indonesia kalo keluar negeri musti makan nasi . Hahaha
Hapuswah saya 10 thn tinggal di Palembang denger nama pempek jadi ngidam hehehe..betul sumber pangan dari hutan di Indonesi banyk ragamnya ternasuk sagu hutan ini. Sehingga kebetadaan hutan harus terus terjaga
BalasHapusIya Mba..
HapusBener..
Makanan kita tuh memang harus diversifikasi alias beragam ya Kak Icha, hal ini klop banget sama pedoman gizi seimbang yang digaungkan Kemenkes.
BalasHapusYes kak Mia.. biar oenwbugap gizinya beragam.
HapusIyayah beras (nasi) kandungan gulanya tinggi, lebih sehat sagu. Aku suka tuh penganan terbuat dari sagu, banyak jenisnya. Baru tahu Pempek campuran tepung sagu, kukira tepung tapioca gitu. Makasih sharingnya tentang sagu
BalasHapusSama-sama Mba
HapusWah ternyata sagu mengingatkan ayah dan memori hutan kala itu ya kak, ternyatabbukan padi atau beras sebagai makanan pokok ya tetapi sagu. Hutan memang sumber pangan yang tiada habisnya ya kak, maka perlu adanya pelestarian lingkungan dan jangan ada penebangan pohoj di hutan ya.
BalasHapusSetuju Mba inna
HapusAlhamdulillah dapat wawasan baru. Ternyata nasi bukan dari Indonesia yah. Sagu merupakan makanan pokok masyarakat Indonesia. Jadi pengen nyobain
BalasHapusYuk mba.. hehe
HapusOhh ternyata dulunya makanan pokok Orang Indonesia itu sagu to. Baru tauu. Penasaran apakah di kemudian hari sagu jadi trending lagi.. hehe
BalasHapusTergantung nantinya pemerintah serius atau gak mau menetapkan makanan alternatif selain nasi mba.
HapusTernyata sagu merupakan makanan pokok Indonesia. Sejak kapan nasi menjadi makanan pokok? Nice Artikelnya mbak.
BalasHapusSejak pedagang Gujarat India membawa beras untuk diperdagangkan di Indonesia koh
HapusLama sekali aku gak lihat makanan dengan bahan baku sagu, sekarang pun pempek aku taunya dari tepung. Tapi kalau di rumah pun kami jarang makan nasi sebenarnya, karena memang nasi bukannya makanan pokok sebanrnya.
BalasHapusWah Mba chichie seringnya makan apa nih selain nasi mba?
HapusSagu lumayan banyak dikonsumsi deh di rumahku. Dari kue sagu, hingga pempek, bahkan papeda. Semoga ya, dengan semakin sempitnya lahan sawah, semakin banyak dari kita yang bisa diversifikasi makanan, terutama sumber karbohidrat. Gak hanya bergantung pada beras saja. Hasil hutan, banyak yang bisa dijadikan sebagai sumber karbohidrat.
BalasHapusKeren Mba.. sudah menerapkan Diversifikasi makanan..
HapusBaru tauu lah kak, ternyata sagu ya makanan pokok orang Indonesia, makanya orang dulu gak ada yg obes ya 😅
BalasHapusSelain itu orang dulu kan aktif gerak ya.. gak kayak generasi rebahan jaman now, hahaha
HapusTugas kita menjaga kelestarian pangan itu. bisa dengan tidak mubazirkan makanan. itu yang sering dilihat saat ada pesta
BalasHapusGak cuma pesta mba, saat ada makan siang di hotel pun.. aku suka sedih liat orang yang ngambil makanan sebanyak-banyaknya. Padahal perutnya gak sanggup..
HapusAkhirnya jatuh ke pembuangan sampah..
Saya terhenyak Mba, menemukan tulisan Mba yang mengatakan bahwa nasi sebenarnya bukanlah makanan pokok asli Indonesia, melainkan sagu. Bisa jadi juga Singkong atau Ubi dan Jagung jika di daerah Bima sana. Papa saya pernah berkisah bahwa semasa kecilnya, jagung lebih serin ia makan dengan Uta Palumara yang menjadi makanan khas Bima. Pun saya terkesan bahwa aren menjadi salah satu pangan pokok yang nampak di relief Candi Borobudur. Aren ini tersebar banyak sekali dan punya banyak manfaat, bukan hanya buah dan niranya, melainkan batang pohon dan daunnya untuk dibangun menjadi tempat tinggal.
BalasHapusYap bener banget kak. Aren hampir seperti kelapa. Semuanya berguna Mba.. gak ada yang sia-sia
HapusAku baru tau tentang sagu ini dulunya makanan utama, aku kira beras. Produk sagu yg kusuka selain pempek, adalah cilok hahaha
BalasHapusSama, aku kenalnya nasi hehe
HapusKalau Indonesia timur sampe skrg jd makanan utama ya kan
Cilok bukannya lebih sering pake Aci mba?
HapusTernyata sagu itu adanya di hutan, saya pikir bisa ditanam seperti padi atau jagung di tanah Jawa yg ada lahannya sendiri
BalasHapusBisa loh Mba.. sagu itu, yang alami saja jutaan hektar mba.. apalagi kalo serius mau ditanam. Kita bisa memenuhi pangan rakyat tanpa impor.
HapusWow, aku suka banget pempek dan bahannya dari sagu ya. Tidak paham juga bagaimana pengelolaannya tapi senang banget kalau sagu tetap terjaga agar aku bisa makan pempek terus hehe...
BalasHapusHutan dan sumber daya alam di dalamnya potensi nya emang besar sekali mba..
HapusDuh aku suka bgt ma pem pek ini...
BalasHapusApalagi yg kapal selam hehe
Pake telur bebek lebih mantep mba..
HapusMasya allah aku jadi rindu berat deh main ke hutan. Baru tau juga kalo sagu ini makanan pokok zaman dahulu ya sebelum nasi. Btw kak halo kita sama sama dari Medan.
BalasHapusMba natrah, senang akhirnya ketemu blogger lain yang di Medan.
HapusAku pernah merasakan makan sagu, karena dulu Babe rahimahullah pernah dinas di Papua. Rasanya aku seperti orang Jawa kebanyakan, yang gak bisa makan tanpa nasi.
BalasHapusHUhuu....kurang kenyang.
Hehehe mba lendy, pasti banyak banget pengalaman di Papua sana ya
HapusMemori hutan tak lain ya karena kemah mba dan senang jika kelestarian hutan bisa terjaga dengan baik demi anak cucu kita
BalasHapusJadi hutan bukan sekedar dia baca aja ya Mba.. tapi anak-anak nanti bisa juga merasakan alam yang alami .
HapusPempek adalah salah satu olahan sagu yang daku suka. Pernah kakakku bikin dan daku bagian bantuin.... Bantu makan maksudnya 😀
BalasHapusHaha kak fenni..
HapusWaah masa kecil tak terlupakan yah Mbak :') aku baru tahu sagu yang jadi makanan pokok, bukan beras. Aku sendiri belum pernah coba sagu, hehe.
BalasHapusCemilan kayak kue sagu gitu Mba? Atau untuk campuran bubur seperti sagu mutiara baru sagu mata ikan?
HapusPernah denger sih kalau makanan pokok WNI itu sagu dan sekarang Indonesia bagian timur yang masih konsumsi sagu.
BalasHapusTapi kalau aku sih ga kenyang kalo tak makan nasi. Hehehe
Btw kehidupan jaman dulu itu emang keras ya kak. Harus ke hutan dulu, baru deh bisa makan.
Iya kak.. semoga tetap terjaga deh potensi alam hutan yang besar ini..
HapusBaru tau sego itu ternyata sagu. Pernah makan sagu dari temen di Sulawesi. Kurang cocok juga ama lidah saya. Maklum, perut batak wajib diisi nasi kak.
BalasHapusHihihi, udah pembiasaan dari lahir .
HapusOwh terngate sagu lebih dulu jadi makanan pokok Nusantara sebelum beras yah mba. Sekarang kalau belum makan nasi belum makan katanya hehehe.. masa kecil yang indah yah mba
BalasHapusPerut Indonesia banget ya kan Mba.. hehe
HapusBener banget nih penggalan kalimat di atas, hidup di kota besar bikin aku gak bisa cobain panganan hasil hutan. Kayak sagu, belum pernah seumur-umur makan sagu sebagai pengganti beras. Penahnya makan olahannya aja..
BalasHapusIya Mba samaan. Olahan sagu aja biasa dikonsumsi oleh masyarakat
HapusDiversifikasi pangan memang kunci utama untuk kesehatan dan keberlanjutan bahan pangan.
BalasHapusSetuju mas Ari
HapusPempek sagu juga enak mbaak. Ga pake ikan, tapi sagu ajaa, sama bumbu, dan cuko pempek. Kurang lebib mirip sih sama cireng, tapi lebih enak menurutku karena dia bisa meletus, dan kalo yang meletus, enak banget ��
BalasHapusKarena bahannya beda ya.. 😁
HapusKalo sagu biasanya enak buat apa aja yah mba. Biasanya mama dirumah buat adonan kue
BalasHapusWah, baru tau sagu makanan pokok Indonesia, nambah 1 ilmu dr kak Icha...tq ya akakk...
BalasHapusMenarik Kak. Menambah pengetahuan...
BalasHapusKalo misalkan orang kurus ingin gemuk dan lebih banyak makan nasi gimana kak..? apakah akan berpotensi mengalami obesitas juga?
BalasHapusJadi sebelum ada beras, sagu ya yang jadi makanan pokok orang Indonesia.. gak pernah bikin pempek padahal doyan banget dan baru tau kalau dari sagu juga
BalasHapus