Lurah PBD 1 Mengecewakan
Maafkan Mak.. Postingan kali ini berisi curhat info apabila Mak mau meminta tanda tangan lurah di PBD 1 Medan Timur. Sebelum kecewa seperti saya lebih baik diteliti dulu, tanda tangan yang kamu butuhkan itu termasuk kewajiban lurah atau bisa digantikan oleh pihak lain. Bingung? Tunggu saya jabarkan dulu di bawah ini biar gak pusing. Sebelumnya boleh main ke blognya Kak Steffi, ada Tulisan Kece tuh di sana.
Latar Belakang Masalah
Ini tuh bukan mau nulis makalah, namun saya jabarkan dulu kenapa saya harus minta tanda tangan lurah. Jadi di bulan Januari 2020, sudah 6 bulan yang lalu saya ke kantor lurah demi keperluan surat kuasa.
Surat kuasa adalah hal yang lumrah dengan diketahui oleh lurah dan meminta tanda tangan beliau. Apalagi buat kalian masyarakat missqueen awam yang ingin membuat surat kuasa tanpa harus mengeluarkan duit membayar notaris. Gak semua masyarakat punya kemampuan membayar notaris kan?
Nah.. ternyata ini lah masalahnya. Sejak awal saya menyampaikan ke pihak kelurahan bahwa saya ingin membuat surat kuasa. Mereka menerimanya. Meski lurah sudah jarang datang ke kantor sejak suaminya terseret kasus tertangkapnya wali kota Medan Oktober tahun lalu.
Pekan depannya saya menanyakan ke bagian pengurusan surat kuasa, apakah surat kuasa saya sudah bisa ditandatangani. Namun saya harus bersabar mengetik sendiri karena alasan bapak pengurus itu, komputer masih dipakai oleh staf lain. Sehingga pekerjaan beliau tak selesai juga.
Selesai saya mengetik draft surat kuasa yang beliau contohkan, kami pun menandatangani dengan melampirkan semua data yang diperlukan, termasuk tanda tangan bapak lingkungan.
Tibalah saatnya saya menunggu tanda tangan Bu lurah. Dari bulan satu hingga bulan enam tak jua ditandatangani. Saya tanyakan pada staf yang bersangkutan. Beliau memberikan saya nomer telepon Bu lurah agar beliau mau menandatangani.
Saya telpon dan juga chat via WhatsApp dengan bahasa sehalus mungkin, namun tak jua ada balasan. Tau kan rasanya diread tapi tak dibalas? Saya lebih suka Bu lurah langsung berkata saya tidak mau menandatangani. Silahkan cari notaris saja dibanding waktu saya terbuang percuma.
Karena tak jua ada jawaban akhirnya pekan depannya bapak staf kelurahan meminta saya yang datang langsung ke rumah beliau. Beliau mengaku Bu lurah sudah tak pernah masuk kantor lagi. Semua berkas yang wajib ditandatangani ia bawa ke rumah beliau. Kemudian dibawa kembali ke kantor. Namun surat kuasa milik saya sudah dua kali ditolaknya. Saya tanya alasannya, beliau bilang silahkan tanya langsung.
Akhirnya malam itu juga (FYI, mencari bapak staf itu memang malam hari. Siang lebih sering di lapangan) saya ke rumah Bu lurah.
Mungkin adiknya yang membuka pintu. Saya sampaikan saya ada perlu dengan Bu lurah dari balik pagar.
"Dari mana?""Saya warga PBD 1, mau minta tanda tangan ibu lurah ""Urusan kantor di kantor aja lah kak""Lah Bu lurah gak pernah masuk jadi saya kapan ketemunya?""Kakak titip saja sama pak Muhsin (staf kelurahan) nanti dia yang bawa kemari""Pak Muhsin yang nyuruh saya kemari karena surat saya ini sudah dua kali dibawa namun gak ditandatangani""Ya udah kak titip ke saya saja..""Saya minta tolong ya kak.."
Satu pekan kemudian saya kembali ke kantor lurah menjumpai pak Muhsin. Namun Pak Muhsin mengatakan beliau tidak mau tanda tangan karena takut nanti terbawa masalah di kemudian hari. Saya gak ngerti alasan receh apa ini. Apa Bu lurah tidak membaca, di akhir paragraf surat kuasa ada pernyataan bahwa pihak kelurahan tidak akan dilibatkan bila ternyata di kemudian hari terjadi masalah. Dan lagi, bukankan ini draft baku dari kelurahan sendiri?
Akhirnya saya meminta berkas saya. Saya berniat menjumpai beliau pagi sebelum Bu lurah pergi kemana-mana.
Esok harinya saya pun berangkat ke rumah Bu lurah. Sengaja melewati kantor lurah di jam 8 pagi. Belum buka! Begitu sampai ke rumah Bu lurah, di depan rumah saya menjumpai seorang ibu (mungkin ibunya).
Saya menyampaikan maksud saya menjumpainya. Namun si ibu mengatakan Bu lurah sudah berangkat. Saya katakan padanya "kantor saja belum buka Bu.." dengan canggung ia menjawab "hm.. iya.. dia gak ke kantor lurah, entah kemana dia..".
Saya pun mengatakan pada ibu tersebut bahwa surat saya sudah lama sekali tidak ditandatangani beliau. Beliau mengaku memang Bu lurah sudah tidak pernah ke kantor. Hanya ke kantor camat saja.
Okelah, karena tidak ada yang bisa diharapkan saya pun permisi. Saya beralih ke kantor camat mencari kejelasan jalan keluar dari masalah ini.
Di kantor camat akhirnya bertemu dengan staf kantor camat yang menyarankan saya bercerita ke sekretaris camat (SekCam).
Adik saya yang mengantar akhirnya ngobrol ke SekCam. SekCam pun membenarkan permasalahan serupa sudah banyak terjadi di kelurahan PBD satu Medan Timur. SekCam berjanji akan memanggil Bu lurah siang harinya.
Kemudian di hari Senin lalu saya kembali ke kantor camat. SekCam mengatakan Bu lurah tidak mau menandatangani karena bukan kewajiban pokok dari tugasnya. Saya disarankan mencari notaris saja.
Allahu Rabbi, seandainya dari awal dia gak bertele-tele dengan alasan seperti di atas, tentu saya tidak akan kehilangan banyak waktu dan tenaga.
Saya menelpon adik dan menjelaskan duduk permasalahannya. Dengan melakukan inhale dan exhale agar reda emosi saya, saya pun mengirimkan pesan wa ke ibu lurah.
DARI 'Aisyah radhiyallahu 'anha beliau berkata, Rasulullah shallallahu 'alayhi wa sallam bersabda:"Ya Allah, barangsiapa yang mengurusi umatku lantas dia merepotkan (membuat susah) umatku, maka repotkannlah dia." (HR Muslim)
Surat Kuasa sejak Januari lalu |
Pelajaran yang Bisa Saya Ambil:
1. Bila suatu hari menemukan kasus serupa tentang pelayanan publik, sebaiknya cari jalan keluar lain. Jangan betah menunggu ketidakpastian.
2. Amanah apapun, yang ada di pundak saya sebisa mungkin tak akan saya lalaikan. Apalagi bila menyangkut kepentingan orang lain.
3. Perlakuan apapun yang tidak mengenakkan adukan saja pada Rabb Maha Kuasa. Tak ada satu pun yang luput dari tanggungjawab.
4. Hati-hati dengan doa orang lain. Apalagi bila ternyata kita sudah menyusahkan orang tersebut.
5. Perlakuan yang tidak menyenangkan seperti ini semoga tidak pernah saya lakukan ke orang lain. Cukuplah hal ini menjadi reminder bagi saya.
Cukuplah sekian tulisan kekecewaan saya terhadap Lurah Pulo Brayan Darat Satu, Medan Timur. Semoga ASN lain yang diberikan amanah tidak mengecewakan masyarakat yang dipimpinnya.
Berarti Ibu Lurah itu makan gaji buta dong? Kan udah jarang ke kantor lurah... Wajib dilaporkan nih lurahnya biar dicopot. Bukannya menunjukkan kinerja yang bagus malah buat jelek instansi aja. Ingat Bu, gaji ibu dari rakyat... Jangan makan gaji buta ya, Bu.
BalasHapusUdah kejadian lah tahun lalu pas di bulan Juni, dr awal mau ngurus KK baru, KTP baru sampe paspor baru,, tp awq ga sempat nulis kekgini, cm udah viral di story ig awq buat hahahaha
BalasHapusDan masih banyak yang seperti ini di luaran sana yang tidak akan selesai jika tidak menggunakan uang
BalasHapusSaya sampai kebawa emosi bacanya mbak. Mbak sudah terlalu sabar menurut saya. 6 bulan bukan waktu yang lama loh. Semoga Tuhan membalas kesabaran mbak
BalasHapusIya, aku sepakat. Selama itu cuma buat tanda tangan dokumen adalah nggak masuk akal. Sabar banget mba.. Tetapi, kalau mau lebih memviralkan, pastikan bermain "aman" ya Kak.
Hapusbu lurah, bu lurah, apalah niatan pas nyalon dulu... kok jadi begini menjalaninya...
HapusKok aku jadi ikut kesel sih bacanyaaa.
BalasHapusSabar ya mbaa. Aku kalau dilempar2 kayak gitu pasti udah emosi jugaaa.
Entah bisa sabar apa engga.
Mudah-mudahan bu Lurah segera sadar.
Nah yang kayak gini emang bikin gemes. Harusnya tidak perlu ada draft dari kelurahan kalau memang tidak bisa ditandatangani. Semoga bisa berubah pelayanannya
BalasHapusMba, aku geleng2 kepala membacanya. Saya 6 tahun tinggal di Denpasar, itu lurah saya master loh, tamatan S2. Semua urusan lancar jaya kayak bus Medan-Pekanbaru. Wkwkwk. Lurah sana setidaknya sarjana lah yaaaa, mosok yg kayak gini kelakuannya macam lulusan SD? Please deh.
BalasHapusYa ampuuun, rumit banget ya mbak. Kadang ada aja orang yg bertindak kaya masa bodoh, adahal orang butuh. Smg beliau diberi hidayah ya mbak
BalasHapusHal ini sudah biasa terjadi, tetapi seharusnya hal ini jangan terulang lagi, sebaiknya para pimpinan yang sudah terpilih harus bertanggungjawab dengan janjinya saat kampanye dan janjinya juga terhadap Tuhannya
BalasHapusKalau berurusan dengan pihak-pihak seperti itu, memang butuh kesabaran dan waktu yang panjaaaaaang 😄
BalasHapusMba, aku ikutan kzl ish. Beneran deh setuju, harusnya bu lurah ngasih alesan itu sejak nolak pertama kali. Bukannya sampe digantung berbulan-bulan. Mana nggak ngantor terus ya lurahnya hmm...
BalasHapusMungkin oknum seperti ini banyak ya Mbak, nggak cuma di sana aja. Aku juga pernah mengalami dan kezel banget. Kadang kayak gini juga yang bikin malas berurusan engan birokrasi. Meskipun secara garis besar kalau di Jakarta sudah semakin baik.
BalasHapusSeharusnya ASN itu bekerja untuk kita ya mba. Mereka digaji dari pajak yang kita bayarkan. Saya pun pernah mendapat perlakukan serupa namun saya tahan diri walau sebenernya keselll banget.
BalasHapussemoga lurahnya baca tulisan ini biar bisa sadar. hayok jangan jadikan pemimpin gini dibiarkan saja.
BalasHapusLurah mempunyai tugas pokok membantu Camat dalam:
BalasHapusMelaksanakan kegiatan pemerintahan kelurahan;
Melakukan pemberdayaan masyarakat;
Melaksanakan pelayanan masyarakat;
Memelihara Ketentraman dan ketertiban umum; dan.
Memelihara sarana dan prasarana serta fasilitas pelayanan umum.
Udah jelas belum yg MELAKSANAKAN PELAYANAN MASYARAKAT?
Hadoooh, mentalnya beneran mental tempe ya, wong surat kuasa doang ampe berhari-hari. Parah neh Pak Lurah
BalasHapusbukan berhari hari lho bang ali, berbulan bulan
HapusDari awal baca ceritanya, draft berasal dari kelurahan, berapa kali ditolak, hingga harus ketemu bu lurah sendiri. Dan akhirnya 6 bulan waktu terbuang. Saya kok merasa kasihan ya. Jika memang tidak mau, sebaiknya dari awal sih disampaikan agar tidak selama itu.
BalasHapusMbaknya termasuk sabar banget nunggu berminggu-minggu. Kalau saya mungkin udah ngomel. Sabar ya mbak. Semoga tulisan ini sampai pada pihak terkait dan ada penyelesaian konkrit, sehingga ga ada kejadian serupa dengan warga lain di kemudian hari.
BalasHapusTernyata, masih ada ya jenis ASN yang seperti ini. Alasannya ga logis pun saat dimintai tanda tangan. Terus kenapa pula BuLur enggak ngantor? Tapi bawahannya disuruh ngantor? Loh kok aku ikut emosi...
BalasHapusEmang ya, urusan sama pelayanan publik kadang suka bikin trauma.
biasanya orang yg suka persulit jln orang akan sulit jg jln nya mbak..terbukri suaminya tersangkut kasus.. jd kita cuma bisa sabar hadapi orang spti itu..
BalasHapusYa Allah, saya saja yang baca capek plus geregetan, macam mana Mbak Vivi. Ckckckck.
BalasHapusSemoga ibu tersebut mendapat balasan yang setimpal.
Maaf siwer tadi kirain ini postingan Mbak Vivi, tidak membaca baik2 namany hiks.
BalasHapusYang tadi tolong dihapus saja, Mbak Icha.
Capek membaca Mbak dipingpong begitu, apalagi yang merasakannya ya. Hiks.
Semoga urusan surat kuasa menemukan jalan terang lain.
kwkwkwkwkw mba vivi aku maksudnya mba?
Hapusaku jadi terharu dan tersipu nih diingat ingat terus sama mba mugniar
Udah pas ini isi pesan WA ke Bulur nya, ngebayangin muka dia bacanya ya... tsihhhh
BalasHapusSaya setuju kak hal2 kayak gini di speak up. Memang org harus lebih tau lg boroknya birokrasi di negeri kita, apalagi di sumut ini. Aihh jd ikut emosi bacanya
BalasHapusNulis seperti ini bukan ingin jadi viral namun untuk edukasi kepada warga lainnya bahwa masih ada kejadian seperti ini di negara kita tercinta ini.
BalasHapussetuju banget, amanah itu ngga boleh kita lalaikan apalagi menyangkut kepentingan orang. semoga hal kayak gini ngga terjadi lagi ya kak
BalasHapusWah, buang2 waktu ya kalau menggantung seperti ini. Harusnya dari awal bilang ya, biar dicari solusi lain. Jadi ikut gemes...
BalasHapusAku merasakan apa yang kau rasakan kak, yaampuun rasanya antara pen guyur air ke kepala sendiri biar adem atau ke kepala oknum pemerintahan yang kayak begitu, nanti pas ditanya kenapa melakukan penyiraman? Bilang ajah gak sengaja... T_T
BalasHapusGak papa kak, speak up aja. Yang beginian nih emang menggemaskan. Apa masalah birokrasi di semua daerah sama ya? Hahahaha.. sama sama ngeselinnya.
BalasHapusWaduuuh kirain sekarang urusan surat menyurat udah mudah, ternyata masih dipersulit dan lama juga, mental penjajahan itu bu... Yang sabar, mudah2an ada hikmahnya
BalasHapusSebagai tetangga kakak ikut empati ya ca.. selama ini gak pernah urus sendiri melalui kepling Aja simpel
BalasHapusAh, emosi nih bacanya. Menjadi Lurah kok ya nggak amanah begitu. Aduh tapi gimana ya, aku salah satu warganegara yang sudah cukup sering dikecewakan dengan pelayanan publik. Nggak punya banyak waktu buat wara-wiri, kerap kali aku harus mencoba cara lain. Meskipun buatku ini nggak bisa dibenarkan juga.
BalasHapusKalau semua warganegara selalu begitu, enak sekali mereka yang bekerja tidak bertanggungjawab itu. Mesti dikejar sampai kapok deh seharusnya. Tapi memang makan ati banget.
Semoga kita senantiasa amanah ya Mbak, dalam menjalankan peran apapun di dunia ini. Aamiin.
Semoga kelurahan Pulo Brayan Darat ini segera mendapatkan lurah yang amanah dan profesional sesuai tugasnya sebagai pelayan masyarakat ya.
BalasHapusKasian kalo orang yang lebih tua di pingpong begitu.
Apalagi realitanya di masyarakat banyak sekali orang-orang yang kurang faham jalur komunikasi dan pelayanan publik
HapusTendangan akhirmu sangat bagus Mbak. Telak sekali menohoknya. Aku jadi ikut puas dengan penyelesaian ini meskipun aslinya tidak selesai karena balik ke awal lagi yaitu pakai notaris, dan dengan demikian pakai uang juga.
BalasHapusSemoga urusannya cepat selesai ya. Karena kalau aku jadi bu lurah yang itu, akan segera kutandatangani tanpa tapi.
Lurahnya gak kompeten ini. Kenapa dipertahankan. Masak urusan gini aja dia ga bisa handle and kesannnya kebingungan dan galau. Harusnya 1 har aja kelar. Ini 6 bulan ya Allah
BalasHapusPilkada mirip Pil KB. Pilkada " Kalau jadi, lupa. Pil KB : Kalau lupa, jadi.
BalasHapusLurah seperti itu memang seharusnya segera dicopot karena sudah gak amanah lagi, semoga beritanya makin viral ya cha :)
BalasHapusloh kok ibunya gak pernah ke kantor? tp kok gak dipecat? kok astaghfirullah banyak ngucap awak. smoga aja doi berubah dan postingan ini jd viral biar byk yg peduli sm akses kemudahakan administrasi pemerintah ya kak cha xD
BalasHapusYA allah, saya yang baca greget luar biasa. Kenapa menyusahakan orang sih. Jahat banget.
BalasHapusSeharusnya kalau memang ibu itu takut, ya dia harus cari solusi bukan menghindar seperti itu.... Geram bacanya
BalasHapusPenafsiran eh penasaran, ada balasan wa si buklur gak Cha... di read nya kann?
BalasHapushmm, birokrasi yang bertele-tele.. malas banget kalau udah menghadapi ini.. ingatin juga sama bulurah nya kak, kalau yang gaji dia itu rakyat, pajak rakyat
BalasHapusYa Allah kog aku gemes banget sih kak, seriusly beliau lurah? Kog kalah-kalah dengan walikota gitu mencarinya. Curiga ada kasus yang dihindari nih kak makanya nggak pernah ngantor lagi
BalasHapusIni macam cerita Cerpen aja Mbak, ternyata terjadi di kehidupan nyata. Pesan2 atau tips yang dibagian akhir itu mesti diingat betul nih. Birokrasi seakan tak pernah membaik di negeri ini
BalasHapusAduhhh ribet sekali birokrasi bahkan di tinggat yang masih termasuk bawah spt lurah ini... Astagaa ikut sebel mbak bacanyaaa
BalasHapusih gemes banget sih bacanya, eamng ya birokrasi di Indonesia Raya Merdeka ini selalu gak pernah bener. saya bikin KK dan KTP baru aja karena pindah ikut suami juga gitu, bilangnya jadi 2 minggu, tapi kenyataannya 3 bulan. itu juga cuma KK doang, KTP-nya belum jadi. Ya Allah, padahal pengen cepet di pakai huhu, keseeeel ~
BalasHapusKesel banget ya kalo pelayan publik kerjaannya gak beres. Padahal tugasny melayani publik
BalasHapusSaya sepakat dengan hasil perenungan no. 1 di atas, Mbak.Luar biasa kesabaran dirimu selama berbulan-bulan menanti dia tanda tangan.
BalasHapusBTW, sekcam atau pejabat yang terkait kok lamban menangani laporan ketidakdisiplinan Lurah PDB 1 ini ya..
Yaa Allah Mak gemess banget bacanya. Semoga nggak ada lagi ya kejadian seperti itu. Dan semoga Allah ganti lelahmu dengan kemudahan semuanurusan ke depannya Mak.
BalasHapusjarang yang mau speak up seperti ini
BalasHapussemoga makin banyak orang yang mau speak up
yang dikritik mau memperbaiki diri
aah indahnya negeriku
Kalau aku lihat hal ini sudah banyak terjadi. Sebaiknya sebelum jadi lurah dia harus tau visi dan misinya apa. agar tau selama kerja bisa amanah dengan tujua sebelumnya harus bertanggungjawab dengan janjinya saat kampanye
BalasHapusKasih linknya ke grup warga satu lurah kak
BalasHapusbiar makin rame hehe
aku jadi inget cerpennya kuntowijoyo yang bilang ketua RT lebih penting dari presiden karena ketua RT (juga luruh) yang lebih mengerti persoalan riil masyarakat
Jaman sekarang kalau mau lancar harus pakai 'pelicin' mbak. Kalau tidak ya pasti masalah kita dipersulit.
BalasHapus