Dinamika Emosi Si Kecil
Assalamualaikum, apa kabar nih Mak? Semoga selalu sehat meskipun kita masih berada di masa pandemi. Kali ini Emak mau ngomongin tentang dinamika emosi yang berkembang di usia 18 bulan sampai 3 tahun. Menurut Cerita kadang si kecil suka mengalami Badai Emosi. Tinggal kitanya para Emak yang memahami bahwa ini semua dikarenakan si kecil mengalami perkembangan di usia pertumbuhannya.
Nah menurut Psikolog Sahening Dian Ardini, ada tiga aspek kemampuan si kecil yang mulai berkembang, yakni:
1. Motorik
Berkaitan dengan semakin kuatnya kemampuan fisik sehingga si kecil merasa mampu melakukan keperluan sendiri tanpa bantuan. Sering kan ya, dengar si kecil ngomong "aku aja.." "aku bisa..". Perkembangan motorik ini berkaitan erat dengan fisik ya.
Contoh:
- Hasil dari stimulasi motorik yang sudah Emak lakukan sebelumnya, menyebabkan anak tumbuh semakin baik sehingga mendukung kemandiriannya dalam menyelesaikan keperluannya sehari-hari ,misalnya makan dengan memegang sendok garpu sendiri dan mampu mengambil benda yang diinginkannya tanpa bantuan orang lain.
- Nah, meningkatnya kemampuan fisik ini berpengaruh ia semakin MANDIRI dan mampu mengurus diri sendiri, bahkan kadang memberikan bantuan/pertolongan kepada orang lain. Jadi jangan heran kalau ia ingin melakukan apa-apa sendiri dan MENOLAK bantuan yang Ibu berikan.
- Sering ya, tiba-tiba menawarkan untuk mengambilkan gelas atau membawakan nampan yang ada gelas berisi air minum, sehingga menjadikan Ibu kawatir dan melarangnya karena takut tumpah atau gelasnya terjatuh. Jadilah si kecil marah/nangis karena dilarang.
-Selain itu, meningkatnya kemampuan fisik juga mendorong Si Kecil menjadi tidak pernah diam dan seringkali ingin lebih leluasa keluar rumah, sekedar untuk melihat dan mengalami pengalaman baru yang didasari rasa ingin tahunya.
2. Kognitif
Berkaitan dengan berkembangnya proses berfikir dan mulai mencontoh atau meniru perilaku, perasaan dan dan gerak-gerik orang tua. Perkembangan kognitif ini berkaitan dengan PROSES BERPIKIR.
Contoh:
- Si Kecil kesayangan kita mulai dapat mengembangkan pemahaman tentang hubungan benda, antara perbandingan bagian-keseluruhan, perbandingan besar dan kecil. Ia jadi tahu kalau jari-jari adalah bagian dari tangan , Ia pun tahu kalau badannya lebih besar daripada adik namun lebih kecil daripada Emak.
- Konsep waktu belum terlalu jelas, misalnya ia bicara ,” Ma aku sudah makan besok.” Ini tentu saja sering membingungkan kita ya……dan masih sulit untuk diajak membuat perencanaan.
- Kemampuan berpikir logis yang terbatas dan meluapnya rasa ingin tahu, menyebabkan ia seringkali menjadi merepotkan kita karena ia ingin tahu berbagai hal, namun sulit diberi pengertian sesuai alur pikiran orang dewasa.
- Perkembangan Bahasa meningkat pesat. Seruuu yaa, bahkan ia sering sengaja menggunakan kata yang sebenarnya kita larang.
- Anak dapat mengamati dan meniru orang lain (orang tua, teman sebaya,atau sekedar meniru gaya penyanyi yang dilihatnya di TV.
- Ia berusaha meniru gerak-gerik yang dilakukan orang tua, sehingga banyak yang bercita-cita ingin berprofesi seperti orangtuanya.
3. Sosial Emosi
Mulai mengekspresikan perasaan dan keinginannya dengan cara berbicara. Dengan perkembangan bahasa yang semakin baik, si kecil mulai mampu diajak berkomunikasi dan mengekspresikan keinginannya melalui kata-kata. Anak mulai perlu mengembangkan pertemanan dengan teman sebaya untuk meningkatkan jumlah kata yang dimilikinya melalui kegiatan bermain. Iya juga mulai memahami adanya aturan yang ada di sekitarnya.
Dengan berbagai perkembangan seperti yang disebutkan di atas, tak jarang si kecil mengalami Terrible Two. Apa itu Terrible Two?
Istilah ini menggambarkan suatu fase perilaku menentang yang dialami SI Kecil di usia 2 tahun. Nah ternyata di tahap ini juga ada ciri khas tersendiri ya : anak menjadi sering frustrasi, sering menunjukkan reaksi fisik, muncul tantrum, sering mengatakan tidak/no, dan terlihat lebih mempertahankan diri atau bahasa sehari-harinya adalah “ngeyel”.
Jadi, dengan semakin memahaminya, maka tidak perlu PANIK atau terlalu buru-buru memberikan julukan ia anak nakal, anak keras kepala, atau anak yang tidak bisa menuruti kata orang tua. Yuk kita lihat satu per satu ya :
Nah, apa saja yang terjadi pada tahap ini ?
*FRUSTRASI*
Nah, saat si Kecil memiliki keinginan yang meluap-luap, ternyata ia belum mampu melakukannya sendiri. Padahal merasa sebagai “anak gede” yang tidak mau dibantu. Kondisi ini dapat menyebabkan ia merasa frustrasi, apalagi jika kita sebagai orang tua banyak memberikan batasan.
*REAKSI FISIK*
Saat keinginan yang meluap ini tidak dapat diselesaikan dengan baik, maka ia bisa menunjukkan reaksi menggunakan fisiknya, karena belum terlalu lancar untuk mengungkapkannya melalui Bahasa yang baik atau kata-kata yang terstruktur. Ia bisa menggigit, menendang, untuk mengungkapkan sesuatu kepada kita.
*TANTRUM*
Emak, Tantrum merupakan LEDAKAN AMARAH. Apabila dialami oleh anak yang berusia sekitar 2 tahun, maka ini pertanda ia memasuki fase terrible two.
Nah, Emak pasti sering menghadapi beragam perilaku yang muncul seperti ini yaa :
Si Kecil mengalami tantrum bias disebabkan rasa marah biasanya disertai dengan menghentakkan kaki, menendang, memukul, dan berteriak.
Si Kecil juga bisa mengalami tantrum yang disebabkan kesedihan, antara lain muncul dengan perilaku menangis, membanting diri, terisak-isak, dan berlari menjauh.
*MENGATAKAN TIDAK*
Nah, ini lebih menguji tantangan kita ya Mak, ia sering mengatakan tidak terhadap apapun . Kondisi ini muncul dengan alasan ia ingin menguji kekuatan sebuah kata dan efeknya. Bahkan, ia mengatakan tidak saat kita memberinya tawaran yang menarik.
*MEMPERTAHANKAN DIRI*
Wah,….ternyata Si Kecil mulai mampu mempertahankan kepemilikannya, jadi wajar kalau ia sampai berani berkelahi saat mainannya direbut.
Meski begitu, ternyata tidak semua anak menunjukkan tanda terrible two loh Mak.. Selama kita bijak menghadapi anak yang sedang mengalami fase ini dan berhasil mendampingi mereka, biasanya anak akan tumbuh menjadi anak mandiri yang percaya diri.
Rangin bangetttt ini. Wkwkwk. Dia sering banget menunjukkan reaksi fisik, khususnya melempar barang kalo apa yg dia inginkan tak direspons dengan baik.
BalasHapusTidak semua anak terrible two, bener bangets
BalasHapusAnak sulungku begitu , si bungsu enggak kwkw
Aku ingat pas dia tantrum duh, noleh dah sekampung sama ibu muda ini hihihi
Kalo udah masuk fase terrible two, emak memang harus punya stok sabar yang banyak ya mak. Kalo nggak udah stres sendiri dan bisa jadi salah menyikapi tantrum si anak. Akibatnya emosi anak berkembang kurang baik saat dewasa nanti.
BalasHapusIya, ada masa-masanya anak-anak menguji kita dengan kekuatan lata-kata yang dipelajarinya.
BalasHapusKakak pun baru posting soal kek gini, Cha.... tips mengendalikan emosi balita. Seru ya mengamati dinamika emosi anak2 ini... palagi pas lagi tantrum temper aduhmak... keluar garangnya hahaha. Sehat selalu yaa anak2 Icha....
BalasHapusKaya keponakanku yg kecil-kecil gini sering banget Kena terrible two mba. Pusing sendiri jadinya mba :D yg penting banyakin sabar sama banyakin cari ilmu ttg perilaku mereka
BalasHapusAku kok seperti kehilangan memori saat anak-anak usia dua tahun. Eh, lebih tepatnya dulu aku nggak terlalu perhatian, hahaha ...
BalasHapusKamu keren ih, bisa mengamati tingkah polah anak sedemikian detilnya. Dulu aku kebanyakan berkarir, sih. Saat ketemu, ngajak anak piknik, kelar, haduuuh jangan ditiru, yaaa.
Klau aku masih suka bingung klo menenangkan anak tantrum hehehe
BalasHapusWah aku harus banyak belajar tentang psikologi anak supaya nanti ketika anak tantrum ga malah marah-marah tapi bisa sigap ambil solusi.
BalasHapusMemang dinamika untuk anak kecil benar-benar ya kak harus sabar euyy, pernah keponakanku dititip ke aku ngeyel pas di Mall , aku ancam tinggalin dia di Mall, terus suruh pulang sendiri ehh malahan nangis
BalasHapuswah sebagai ibu mamah bunda anak2 kalau lagi menghadapi dinamika emosi anak begini memang waktunya berpelukan...semangaat mbaaak
BalasHapusJadi ingat ponakanku yang lagi lucu lucunya,sekarang berusia 2 tahun.
BalasHapusAku sering video call sama ponakanku di Bengkulu, kadang kalau lagi gak mood males ngomong. Ibu nya negur ee malah teriak gak mau diam.
Emangnya kak, anak anak tu emosinya kadang suka berubah ubah sesuai mood nya.
Agak susah kalau si kecil udah dikatakan frustrasi ya mbak. Kita sebagai orang tua harus memahami banget apa maunya si kecil
BalasHapusFakta banget emang ya, kak. Kalo tantrum itu enggak selalu karena anaknya emang ngga bisa dibilangin. Justru bisa jadi karena anak lagi frustasi dan belum paham mengenai emosi yang sedang dia alami itu ya
BalasHapussaya tuh paling pusing kalao ponakan udah tantrum, udah gitu tantrumnya pas lagi di luar rumah, udah dah bawaannya mau cepet pulang aja, haha. tapi makin kesini jadi makin paham untuk komunikasi sama anak-anak. dan sebenernya mereka pun pinter loh untuk paham. yang penting kasih taunya baik-baik dan dengan cara lembut.
BalasHapusSaya pernah lihat anak tantrum di emoll guling2 dilantai eh emaknya mikut guling2 juga etapi anaknya langsung berenti lho trus dia berdiri sambil teriak " mamah ngapain kayak gitu malu tauk.." wkwkwk jadi kebolak balik gitu..
BalasHapusOh jadi ada istilah terrible two ya. Anak sulung kami kayaknya sedang di posisi tersebebut. Sering bikin emak kesal.
BalasHapusSaya baru mendengar istilah Terrible Two, honestly menarik banget sista dan di fase ini orang tua dituntut untuk ekstra sabar dan jangan sampai anak jadi makin frustasi ya
BalasHapuskalo anak lagi tantrum, sebagai orang tua harus tau cara memnghadapinya. intinya orang tua harus sabar.
BalasHapusAlhamdulillah kedua anakku gak ada yang tantrum tingkat tinggi. Biasanya saya kasih pemahaman walaupun yang paling kecil umur 2,5 tahun. Sebelum pergi, bilang ummi hanya punya uang segini, ini hanya cuku untuk begini. Jadi dia kalau belanja memang sesuai yang dijanjikan dari rumah. Gak tantrum minta ini
BalasHapusTerrible two ini bisa juga muncul karena rasa jealous ya kak? Keponakan nih suka tantrum setelah adeknya lahir padahal usia sudah memasuki lima tahun
BalasHapusAlhamdulillah anak saya gak masuk fase terrible two, gak tantrum juga. Masing-masing anak memang beda-beda, ya. Dan sebagai orang tua juga penanganannya pada anak juga beda-beda
BalasHapusSeneng nih kalau sering baca blog parenting gini. Sangat berguna, apalagi buat keluarga baru yang bentar lagi pnya anak kayak saya gini
BalasHapusTantrum ade gua banget ini, bikin malu di bawah keluar bikin dating
BalasHapus