Yuk Jaga Bumi, Kita Mulai dari Rumah
"Keluar dari kamar lampu dimatikan, gak pake kipas harap dimatikan, bak udah penuh matikan airnya, makanan di piring jangan ada sisa"
Sepertinya kalimat di atas bisa disebutkan berkali-kali dalam satu hari secara bergantian Emak sebutkan. Gimana gak? Namanya anak-anak di rumah ada lima dan yang dua masih krucil.
Emak cerewet? Iya.. Memang gak Emak pungkiri. Tapi heran ya tetep aja anaknya harus diingatkan berulang soal hemat energi.
Kenapa Harus Hemat Energi
Menurut Wikipedia, penghematan energi adalah tindakan mengurangi jumlah penggunaan energi. Penghematan energi ini erat banget loh kaitannya dengan perubahan iklim.
Manfaat Hemat Energi
1. Mengurangi Polusi
Tau kan ya kalo energi bukan hanya listrik saja? Pemakaian energi yang paling mengkhawatirkan adalah penggunaan energi dari sumber daya alam yang tidak terbarukan. Artinya sangat terbatas.
Sering sekali efek samping dari pemakaian energi berakibat pada pencemaran udara, air dan lingkungan. Contohnya batubara.
Dilansir dari Forest Digest, Studi terbaru yang dipublikasikan di jurnal Environmental Research nomor 195 edisi April 2021 menunjukkan pada 2012 sebanyak 10,2 juta orang tewas akibat menghirup polusi udara dari pembakaran batu bara dan minyak bumi, seperlimanya adalah bayi di bawah lima tahun. Empat peneliti dari University College London, Harvard, Birmingham, Leicester, menghitung data kematian selama 2012-2018 dan menghubungkannya dengan penyebab serta polusi udara.
Bahkan kasus terbaru di bulan Maret 2022 ini di Indonesia, Jakarta Utara, Marunda. PT. KCN mendapat sanksi dari Pemprov DKI Jakarta karena menjadi biang kerok polusi udara.
Warga mengeluhkan polusi yang berakibat buruk pada kesehatan mereka seperti iritasi mata, kondisi paru-paru yang buruk dan juga radang tenggorokan.
2. Mengurangi Emisi Gas Rumah Kaca
Salah satu penyebab tingginya efek rumah kaca adalah penebangan liar hutan serta pembakaran lahan. Eh apa hubungannya? Terhubung sekali. Kalo dulu penebangan hutan demi pembukaan lahan sawit untuk kebutuhan dapur dan rumah tangga, sekarang sawit dimanfaatkan untuk bahan biofuel.
Menurut penelitian Chain Reaction Research (CRR) berdasarkan hasil studi mereka. Sepanjang 2020, deforestasi untuk sawit di Indonesia bahkan mencapai titik terendahnya dalam tiga tahun terakhir, yakni 38.000 hektare dalam setahun. Angka ini turun 58 persen dari 90.000 hektare pada 2019 dan 49 persen dari 74.000 hektare pada 2018.
Terdengar baik, namun pelaku deforestasi hutan masih saja banyak. CRR mengungkapkan 22.000 hektare atau sekitar 58 persen dari total 38.000 hektare penggundulan hutan untuk pembukanaan lahan kelapa sawit di Indonesia pada 2020 dilakukan oleh sepuluh grup perusahaan kelapa sawit besar, sedangkan sisanya terbagi ke 112 perusahaan lainnya.
3. Memperbaiki Kondisi Kesehatan Masyarakat
Hemat energi tentu akan berpengaruh langsung kepada perbaikan kondisi kesehatan masyarakat. Bila polusi berkurang, efek rumah kaca menurun pasti kesehatan masyarakat pun akan membaik.
Ternyata menjaga bumi melalui penghematan energi memiliki feedback yang baik pada keadaan manusia itu sendiri. Taukah Mak, nyatanya kita belum tersadar untuk berhemat sama sekali. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya perubahan iklim. Ternyata kita masih banyak PR!
Perubahan Iklim yang Emak Rasakan
Medan, kota kelahiran Emak beserta anak-anak. Kota yang Emak tinggali lebih dari 30 tahun ini sedikit banyak sudah Emak kenali atmosfer cuacanya.
Saat ini, di Bulan Ramadhan kota Medan mengalami cuaca yang tidak ramah. Bulan April di Medan itu harusnya cerah ceria. Namun sejak awal Ramadhan sering hujan. Cuaca cerah yang menghampiri langsung disusul mendung menjelang sore. Selalu begitu.
Akibatnya beberapa hari ini sekeluarga pada gantian kena flu. Ternyata ketika bertegur sapa dengan tetangga malah lebih parah. Anaknya pada batuk dan pilek. Lah..
Semacam ada kesadaran pada diri Emak bahwa ketika kita berbuat baik pada alam maka alam pun akan memberikan feedback yang baik pada kita. Cuaca yang bersahabat, alam yang asri, iklim yang ramah serta amannya kita hidup di bumi.
Hal ini membuat Emak teringat akan satu ayat dalam Al-Quran. Tepatnya di Surat Al Isra ayat 7 (17:5)
"Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri. Dan jika kamu berbuat jahat, maka (kerugian kejahatan) itu untuk dirimu sendiri... "
Padahal berbuat baik pada alam (bumi) ini agar tidak terjadi perubahan iklim yang ekstrim dapat kita lakukan sejak di rumah. Dimulai dari cerewetnya Emak mengedukasi anak-anak.
Ide Sederhana Mengurangi Dampak Perubahan Iklim
Sebagai ibu rumah tangga, Emak harus mengedukasi anak-anak dan seluruh anggota keluarga mengenai penghematan energi dan dampak perubahan iklim. Meski kesannya sederhana, namun bila semua keluarga melakukannya, secara kontinu dan istiqomah bukan tidak mungkin, hasilnya akan sangat terasa.
1. Hemat Pemakaian Listrik
Dilansir dari CNN Indonesia, Kementerian ESDM mencatat penggunaan batu bara sebagai bahan bakar pembangkit listrik meningkat pesat dalam kurun waktu 5-6 tahun terakhir.
Dalam paparan Menteri ESDM Arifin Tasrif di Komisi V DPR tercatat persentase pengguna baru bara meningkat, yakni dari 30,14 persen pada 2015 lalu menjadi 38,04 persen.
Rinciannya, sebesar 30,14 persen pada 2015, 27,84 persen pada 2016, 30,53 persen pada 2017, 33,00 persen pada 2018, 37,28 persen pada 2019, dan 38,04 persen pada 2020.
Maka dari itu semakin kita menghemat listrik, penggunaan batu bara pun akan semakin mengecil. Polusi pun akan semakin mengecil pula. Kesehatan masyarakat akan semakin membaik.
2. Tidak Buang Sampah Sembarangan
Sampah apa yang termasuk urutan paling banyak di bumi ini? Ya..bener.. Plastik! Plastik merupakan sampah berbahaya karena plastik mencemari bukan hanya tanah tapi juga air dan udara. Udara? Iya udara.
Laporan dari Badan Investigasi Lingkungan (EIA)menunjukkan bahwa polusi plastik telah mencapai tahap darurat global, sehingga dibutuhkan perjanjian PBB yang mengikat untuk mengatasinya.
EIA berpendapat ancaman polusi plastik hampir setara dengan perubahan iklim. Udara yang kita hirup saat ini telah mengandung partikel mikroplastik, begitu juga tanah hingga makanan kita. Pada Agustus 2019 lalu, tim peneliti menemukan partikel plastik turun bersama salju di Samudera Antartika.
Melihat begitu banyak masalah yang ditimbulkan oleh sampah makanya Emak selalu menanamkan pada anak-anak untuk tidak buang sampah sembarangan.
3. Tidak Mubazir Makanan
Saat-saat kita mengingat keadaan orang lain yang kelaparan, adalah saat ibadah puasa di Bulan Ramadhan. Namun ironisnya justru di Bulan ini malah terjadi pembuangan makanan besar-besaran. Food waste!
Saat belum berbuka berburu takjil dan kuliner kadang membuat kalap. Eeh begitu minum air penghilang dahaga ternyata perut tak mampu menampung semua yang kita beli.
Mungkin banyak orang berkata, itu kan pakai uang saya, apa salahnya? Mau tau salahnya?
Food and Agricultural Organization (FAO) menyatakan bahwa sekitar 33% hingga 50% makanan yang telah diproduksi, tidak dikonsumsi dengan semestinya. Setiap tahunnya, kita membuang 1/3 dari semua produksi pangan global, dengan sisa konsumsi rumah tangga menjadi penyumbang terbesar dari total pemborosan pangan ini.
Pada tahun 2020-2045, sampah makanan diperkirakan mencapai hingga 112 ton per tahunnya (Sumber: Bappenas). Sedangkan sampah makanan ini menambah emisi gas rumah kaca yang berpengaruh besar terhadap perubahan iklim.
See? Makanya hal yang terlihat sepele ini bisa berpengaruh besar terhadap perubahan iklim. Alhamdulillah anak-anak Emak ajarkan tidak menyisakan makanan di piringnya. Bahkan sebutir nasi.
4. Membawa Bekal dan Tumblr
Sepanjang 2015, Our World in Data mengklasifikasikan berbagai jenis sampah yang paling banyak ada di dunia. Urutan teratas ditempati oleh sektor kemasan makanan dan minuman dengan total lebih dari 146 juta ton per tahun.
Banyak orang yang tidak menyadari bahayanya wadah makanan sekali pakai, makanya Emak berusaha mengedukasi anak-anak untuk menghindari konsumsi minuman botol dan selalu membawa bekal dan tumblr ke mana pun bepergian.
Dilihat dari segi ekonomi tentu sangat menguntungkan, terlebih dari segi kesehatan akan sangat lebih baik mengkonsumsi makanan rumahan dan minum air putih dibanding minuman kemasan.
5. Tidak Membuang Sampah yang Bisa direcycle
Di rumah, selain mengurus anak-anak, Emak juga mempunyai warung. Di warung Emak seminimal mungkin menggunakan plastik baru untuk kantung belanja. Biasanya Emak mengumpulkan plastik bekas kantung belanja yang sudah dipisahkan.
Selain itu Emak juga mengajarkan anak-anak untuk memisahkan kemasan minuman yang mereka temui di sekitar rumah untuk dikumpulkan. Sementara Emak, tidak membuang kardus bekas dan mengumpulkannya untuk diantar ke pedagang barang bekas.
Terlihat sepele memang, tapi seandainya semua barang yang Emak sebut turut Emak buang bersama sampah akan mengakibatkan sampah yang sangat bertumpuk di Tempat Pembuangan Sampah Akhir.
Langkah kecil mengumpulkan sampah kemasan minuman dan kardus bekas selain berikhtiar memperlambat laju sampah yang berakhir di TPS juga memiliki nilai ekonomi. Lebih bernilai lagi bila kita sendiri bisa mengubah semua barang tersebut menjadi benda terpakai. Misalnya tas dari kemasan makanan atau kreasi rumah tangga dari kardus.
6. Memakai Lampu LED
LED (Light-emitting Diode) meski terlihat biasa saja ternyata memiliki banyak kelebihan dibanding bola lampu lainnya. Diantaranya:
- Hemat Daya
- Awet Tahan Lama
- Ramah Lingkungan
- Ramah terhadap Mata dan Kulit
LED memang sudah sejak lama saya terapkan. Dan juga masalah buang sampah, saya paling tidak bisa buang sampah sembarangan makanya kalau di tempat yang tidak ada tempat sampahnya biasanya sampahnya saya kantongin dulu 😅
BalasHapusSamaan nih kak frans. Saya juga biasanya menyimpan sampah hingga ketemu tong sampahnya.
HapusNaaah, bener banget. Sejak kecil ibuku juga sering banget menasehati untuk hemat listrik dan air. Beliau bisa marah2 kl kran air nggak dimatikan saat bak sudah penuh. Giliran setelah nikah dan tinggal jauh dari ibu, memang terasa banget nasehat2 beliau. Jd sekarang sudah terbiasa untuk melakukan hal2 tersebut.
BalasHapusLucunya dulu tuh sakelar lampu kamar mandi di dalam toiletnya. Sementara pas aku baru nikah sakelar ada di luar. Jadi kadang sebelum masuk ke kamar mandi tanganku meraba ke dalam kamar mandi sebelum masuk. Oalah rupanya di bagian luar. Hihi
Hapuswuih memang harus kak, kebiasaan jaga bumi ini semacam wajib lah, sebab Allah akan minta pertanggungjawaban. Meski belum sempurna, semoga bisa konsisten ^^ dan disebar biar banyak yg lakukan kebiasaan sama
BalasHapusIya.. InsyaAllah konsisten 😄
HapusAku benar-benar merasakan perubahan iklim ini, kak. KEmarin wajahku kan sampe gosong terkena matahari. Sakit banget kulitku sampe mengelupas.
BalasHapusMemang aku udah mulai terbiasa menerapkan cara sederhana dalam menjaga bumi. Salah satunya menghabiskan makanan. Biar makin gemuk juga sih sebenernya. Hahaha
Sehat terus kak InsyaAllah
HapusPadahal kita bisa memberikan langkah kecil ya kak. Langkah-langkah kecil ini kadang kita sepelekan ya. Sedih. Semoga semakin banyak orang sadar tanpa menunggu akibat terlebih dahulu.
BalasHapusLangkah kecil yang dillakukan oleh 270 juta jiwa rakyat Indonesia, bisa jadi langkah yang besarnya luar biasa untuk berkontribusi bersama menjaga bumi tercinta ya
HapusAwalnya saya kurang paham kenapa nggak boleh buang sisa makanan kecuali jika tujuannya supaya tidak mubadzir atau alasan sosial lainnya. Ternyata untuk perubahan iklim ngaruh juga.
BalasHapusDari rumah kita memulai dengan hal kecil tapi dampaknya sangat besar. Jika semua rumah menerapkan hal yang sama untuk peduli bumi dan lingkungan, Insyaallah hasilnya akan terlihat secara signifikan
BalasHapusbuat menjual sampah daerah medan bisa ke kepul kak, lumayan hehe atau bank sampah anyelir hehe. btw mau nambahin juga kak, untuk emisi gas karbon itu bisa juga kita kurangi dari email yang digunakan sebaiknya yang urgent saya, sisanya boleh dihapus, begitu juga dengan galeri, file di HP dan laptop. dan mengganti google dengan ekoasia hehe
BalasHapusEcoasia itu apa ya? Aku baru denger deh ini. Sejenis Google juga kah? Atau gimana ya?
HapusHarus browsing nih biar tau artinya. Hehehe
Wah lebih keren lagi ini..
HapusSama kitaaaa., kak, paling cerewet di rumah ngingetin itu ini. Setuju jika berbuat baik pada alam ini agar tidak terjadi perubahan iklim yang ekstrim dapat kita lakukan sejak di rumah.
BalasHapusSetuju, saya juga sudah membudayakan cinta lingkungan dari rumah.. entah berbekas atau tidak, tapi saya ingin anak anak peduli dengan lingkungannya.
BalasHapusiya betul...
Hapusisi omelan itu-itu aja, soal cinta hemat energi dan lingkungan.
Moga-moga ada yang nyangkut di kepala anak-anak.
soal buang sampah di tempatnya, Alhamdulillah udah masuk ke pikirannya, terbukti kalo mau buang sampah apalagi pas lagi di luar rumah, pasti nyari tempat sampah
Kalo soal tidak menyisakan makanan ini masih sering ini di rumah kami.
BalasHapusPadahal tinggal sesuap dua suap lagi, tak mau la anak kocik tu membuka mulutnya.
Lintang juga, kalo makan itu gak licin-licin nasinya.
Biasanya sih awak yang melicinkan semua. Tapi kalo lagi puasa, cemana mau dilicinkan.
Endingnya, ya merepet jugak
Hal-hal yang bisa dilakukan secara pribadi, yang kemudian dilakukan dalam sebuah keluarga lalu setelah itu dilakukan bersama-sama, pastinya dampaknya bisa signifikan untuk lingkungan yang lebih luas ya, Mbak. Tantangan kita bersama nih mengenai lingkungan.
BalasHapusSetuju makan ga boleh ada sisanya, zaman kita kecil pasti ortu bilangin ntar nasinya nangis, kl zaman now ntar bumi yg nangis, too much sampah makanan yg dr sudut pandang mana pun merupakan hal yg tak baik ya
BalasHapusWah seru..
BalasHapusKami juga melakukannya di rumah..🥰🤩
Kita bersemangat ya melakukan aksi nyata sayang bumi..
Tulisan ini keren deh..langkah konkritnya sudah dituliskan untuk menginspirasi orang lain..
Jadi ibu rumah tangga pun kita bisa jaga bumi ya kan, selalu ada cara untuk menghemat sumber energi agar tidak mubazir, makasih idenya ya cha 😘
BalasHapussetuju nih, mulai dari rumah mulai dari sekecil apapun tindakan baik kita mulai dari sekarang, semoga kita bisa terus kjonsisten menjaga bumi buat anak cucu ya
BalasHapusTernyata ada banyak hal yang bisa kita lakukan untuk menjaga bumi dari hal paling sederhana ya mbak. Beberapa poin di atas sudah ada yang rutin kulakukan, tapi juga belum nih. Makasih sudah menuliskan ini, jadi kek dijewer :)
BalasHapusLuar biasa ya cha dampak besar dari hal-hal kecil itu, gak nyangka deh referensi tulisan ini ternyata banyak, tapi ya awq selalu dukung lah orang-orang yang menjaga bumi dari rumah apalagi perkara matikan lampu, dan cabut colokan HP kalo ga dipake.
BalasHapusBener banget mba jaga bumi harus dimulai dari rumah, dari skala terkecil tapi kalau masif insyaAllah akan bawa banyak perubahan jadi bumi yang lebih baik
BalasHapusDengan hal sederhana kita bisa memberikan perubahan untuk mencegah perubahan iklim ya, Mba. Jadi bumi tetap hijau dan tidak semakin rusak seperti sekarang.
BalasHapusSepakat kali sama postingan mba. Alhamdulillah kami pun di rumah sudah memilah milih sampah agar bisa di recycle atau di reduce.
BalasHapusSeru banget ya ini cara-caranya. Bisa nggak ya hal-hal yang seperti ini dijadikan tren di tempat tinggal kita. Misalnya dari kumpulan RT, dari dasawisma atau PKK. Kurasa bakalan memakan waktu yang lama ya. Hehe soalnya menyamakan visi dan misi ini yang sulit.
BalasHapus