Yuk dari Rumah Hajar Selimut Polusi
"Paling cepat dapat kamar sore ya Bu.. " Kata suster di IGD soal kamar inap 2 ponakanku padahal ini masih jam 9 pagi.
Rumah sakit penuh. Setidaknya begitulah beberapa keadaan rumah sakit di Medan. Anak-anak bergantian mengisi bangsal rumah sakit kebanyakan akibat demam tifoid maupun DBD. Dua penyakit khas musim penghujan.
Bukan salah hujannya, selimut polusi membuat bumi semakin panas dan menyebabkan perubahan iklim. Di luar panas, mendadak hujan deras hingga banjir. Banjir di perkotaan seperti Medan menyisakan banyak masalah bukan hanya infrastruktur. Tapi juga kesehatan dan ekonomi tentunya.
Hal yang tampak sepele namun mengakibatkan efek yang tidak sederhana. Selimut polusi juga bukan barang baru. Bayangkan, sejak 2009 selimut polusi sudah begitu mengganggu di kota Beijing. Banyak penerbangan gagal berangkat. Hingga di awal tahun 2015 Beijing menetapkan status waspada merah untuk tingkat polusi di kota itu. Warga juga diminta untuk mengurangi aktivitas di luar rumah karena kualitas udara yang semakin buruk.
Bukan hanya Beijing. Bahkan Indonesia berdasarkan laporan Kualitas Udara Dunia IQAir 2021 pada Maret 2022, Indonesia menempati peringkat teratas sebagai negara paling polusi di dunia dengan konsentrasi PM2,5 tertinggi yakni 34,3 μg/m3. Indonesia juga mendapatkan peringkat pertama di Asia Tenggara sebagai negara yang berpolusi udara.
Makanya jangan heran deh kalo kondisi cuaca saat ini gak beraturan. Akibatnya? Penyakit berkembang biak dengan sempurna. Ini baru masalah kesehatan. Gak kasihan kah pada bumi kita?
Beberapa Penyebab Selimut Polusi
Selimut polusi bukan sesuatu yang terjadi tiba-tiba. Sedikit banyak ada akibat kebiasaan yang kita lakukan.
1. Pertambangan
Suka tidak suka, negara kita masih melakukan penambangan besar-besaran apalagi batu bara. Dilansir dari katadata Pulau Kalimantan menyimpan cadangan sebesar 25,84 miliar ton dan sumber daya sebesar 88,31 ton. Kalimantan menyimpan sebanyak 62,1% sumberdaya batubara.
Di Kalimantan saja ada ratusan perusahaan tambang batu bara yang beroperasi. Mengutip dari kalselprov.go.id, jumlah perusahaan yang bergabung PKP2B sebanyak 13 perusahaan di tahun 2013. Sedangkan kelompok IUP sebanyak 160 perusahaan. Belum dari daerah lain di Indonesia.
2. Pembakaran Bahan Bakar Fosil
Sama. Baik untuk kegiatan pembangkit listrik atau yang lainnya. Batu bara masih menjadi primadona. Padahal bekas-bekas tambang yang tak ditutup sempurna meninggalkan masalah baru. Bukan hanya alam yang menangis, konon penduduk sekitar tambang juga merasakan dampaknya. Mulai dari kesehatan, ekonomi sampai tak jarang merenggut nyawa anak-anak yang main di sekitar bekas tambang.
3. Industri
Menurut Kemenperin, Indonesia itu termasuk negara industri. Sayangnya lebih banyak pelaku industri yang tidak bertanggungjawab. Sampah hasil sisa Industri hingga limbah beracun tidak dibuang secara aman. Lagi-lagi regulasi mengenai hal ini tidak dijalankan secara sempurna. Istilahnya "kapokmu kapan?" Karena pelanggar regulasi tidak ditindak secara serius.
4. Kebakaran Hutan
Mau kebakaran hutan atau pembakaran hutan, sama halnya dengan industri. Tidak ada hukuman yang setimpal dengan perusahaan yang melakukan pelanggaran. Masyarakat awam harus menerima mendapatkan efeknya. Mulai dari pandangan yang terbatas karena asap, penyakit ispa hingga tidak bisa beraktivitas secara normal karena dilakukan pembatasan aktivitas oleh pemerintah setempat.
5. Ventilasi Rumah tidak Memadai
Sebenarnya tidak ada yang salah dengan rumah kecil. Namun terkadang aktivitas para perokok termasuk memberi dampak pada polusi di bumi. Celakanya, merokok di dalam rumah yang ventilasinya tak memadai malah membuat kelembaban udara meningkat. Perlu diingat, memang polusi udara outdoor terbesar tidak dari asap rokok namun asap rokok menyumbang polusi terbesar indoor dan paling berbahaya serta mematikan.
6. Aktivitas Rumahan
Pemakaian AC, parfume hingga beberapa produk pembersih tubuh dan rumah juga menyumbang polusi. Sebisa mungkin memang kita harus mengurangi pemakaian produk pembersih pabrikan.
Emak sendiri di rumah memakai cairan pencuci piring yang dibuat sendiri dengan memakai bahan kimia seminimal mungkin.
Selain menggunakan cairan pencuci piring buatan sendiri, Emak juga mengajarkan pada ibu-ibu lain secara gratis |
7. Mubazir Makanan
Kebiasaan orang Indonesia masih suka melakukan mubazir makanan. Lihat di sekitar, pada acara pesta atau makan di sebuah acara di hotel misalnya. Mata kita terbiasa melihat perilaku orang-orang yang mengambil makanan secara brutal namun menyisakan di meja.
Tak main-main, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) bersama Foreign Commonwealth Office Inggris mencatat, selama 20 tahun terakhir, Indonesia menyumbang sekitar 23-48 juta ton sampah makanan per tahun. Jumlah ini setara dengan 115-184 kilogram per kapita per tahun.
Celakanya, akumulasi sampah dan gas metana yang berasal dari limbah makanan pada tempat pembuangan akhir (TPA) dapat memicu bencana ledakan sampah. Ledakan tersebut jelas bisa menyebabkan longsor dan merusak ekosistem di sekitarnya.
Tak hanya itu, banyaknya tumpukan sampah makanan juga dapat menimbulkan air lindi. Untuk diketahui, air lindi berasal dari tumpukan sampah yang bercampur dengan air hujan. Air lindi sangat berbahaya dan beracun karena mengandung unsur logam berat, seperti timbal, besi, dan tembaga.
8. Aktivitas Pertanian
Kegiatan pertanian yang tidak memperhatikan dampak lingkungan juga bisa menyebabkan selimut polusi. Penggunaan pupuk kimia dan pestisida turut menyumbang zat berbahaya yang bercampur dengan udara.
9. Penebangan Liar
Dibutuhkan campur tangan pemerintah untuk mengurangi kasus penebangan luar. Tahukah bahwa satwa liar masuk pemukiman adalah salah satu dampak rumah mereka terganggu.
Ketidakmampuan alam menampung satwa bisa merugikan kita karena angka polusi pasti bertambah tinggi.
10. Sampah
Selalunya yang dibahas adalah sampah plastik. Yuk kita mulai memisahkan sampah kita di rumah. Pilah dan pilih sampah. Pisahkan antara organik dan anorganik agar sampah plastik dan yang bisa didaur bisa masuk dalam daur ulang untuk mengurangi produk lagi di dunia industri.
Mirisnya, masyarakat kita malas membaca. Pada sebuah rumah sakit yang sudah menerapkan pemilahan sampah pun, masyarakat cuek melempar sampah mereka tanpa membaca lebih lanjut.
Tanpa disadari oleh manusia, polusi yang berdampak pada perubahan iklim memiliki efek pada kehidupan manusia.
Dampak Perubahan Iklim
1. Menurunnya Kualitas Air
Semakin sering turun hujan, kualitas air semakin turun. Di samping itu, peningkatan suhu juga menyebabkan kadar klorin pada air bersih.
2. Berkurangnya Kuantitas Air
Kuantitas air bersih berkurang karena air tidak sempat disimpan bumi. Terlalu cepat kembali ke laut meskipun air hujan sering turun.
3. Gagal Panen
Gagal panen banyak terjadi di Indonesia saat ini dikarenakan perubahan iklim yang mengakibatkan kekeringan.
4. Masalah Kesehatan
Persis seperti saat ini. Masyarakat banyak terkena penyakit. Rumah sakit juga penuh dikarenakan meningkatnya jumlah bakteri.
5. Nelayan Sulit Melaut
Akibat cuaca yang tidak menentu, membuat nelayan sulit melaut.
6. Ekonomi Terdampak
Panen gagal, ikan sulit didapat. Yang terjadi kemudian adalah harga bahan makanan melambung. Ekonomi pun semakin sulit.
Ada lagi? Banyak! Namun dampak negatif di atas ada yang bisa kita bantu dari rumah untuk menguranginya.
Jangan skeptis, jangan pula menyerah sebelum berjuang. Meski dalam satu komplek hanya rumah kita yang melakukan, namun ini bisa menjadi gerakan besar bila kita libatkan anak-anak. Anak-anak akan membawa kebiasaan baik ini di masa depan dan mengubah kebiasaan masyarakart.
Yuk Bantu Bumi Kurangi Selimut Polusi
1. Mendidik Anak di rumah beberapa kebiasaan baik.
Beberapa kebiasaan baik yang bisa ditanamkan pada anak:
Sedih yaa dengan kondisi alam sekarang dimana cuaca tidak menentu. Dimulaindari diri sendiri terutama memgajarkan anak2 peduli lingkungan dan ikut dalam gerakan perlindungan bumi.
BalasHapusSemoga kalau disetiap.keluarga menerapkan hal2 yg bermamfaat bagi lingkungan insya Allah alam membaik (gusti yeni)
Kalo di lingkungan saya, masalah sampah ini yang paling menjadi issue...
BalasHapusMasyarakat di sini susah dibilangin hanya untuk tidak membuang sampah ke parit.
Berantam pun terjadi kalo dah kita tegor, padahal kita bilangnya baek-baek.
Kek mana kalo kita bilangin sambil ngeluarin jurus tendangan tanpa bayangan... bisa masuk tipi kita
Sering lihat juga, orang-orang dari mobil bagus, buang sampah sembarangan dari jendela mobilnya.
BalasHapusis is is...
mobilnya masa kini, kelakuan masa gitu?
Poin mubazir makanan ini masih jadi PR banget, lo, Kak. Bahaya polusi kian menjadi. Perlu bahu-membahu mulai dari lingkungan terdekat untuk menghajarnya.
BalasHapusKa caaa sedih lihat negeri iniii,
BalasHapusYang makin semakin ntah gimana,
Dari segi alam jelas karena kelakuan kita juga ditambah dengan kelakuan org yg haus kekuasaan dan kekayaan duhhh...
Semoga langkah kecil walau tidak signifikan tapi dinilai ibadah yaa kaa, tp mungkin kalau setiap rumah melakukan langkah langkah diatas sepertinya bisa berpengaruh yaa ka
Saya liat sendiri mak hutan di Sulawesi yang mulai digunduli demi emas hitam yang terkandung di dalam tanahnya. Sedihh.. setelah Sumatera, Papua, Kalimantan, lalu Sulawesi. Beberapa tahun ke depan bisa jadi hutan di Indonesia semakin sedikit jumlahnya. Selimut polusi pun kian memperihatinkan.
BalasHapusAnak-anak juga perlu diajarkan tentang pentingnya menjaga kelestarian lingkungan ya, setuju banget sama yg ini secara secara topik ini jarang sudah diajarkan ke anak
BalasHapusnah selimut polusin ini pastinya akibat asap kendaraan dan asap pembakaran ya kak emang bener sih selimut polusi harus kita hajar soalnya ga baek buat kesehatan kita
BalasHapusSaya percaya bangetttttt kalau penyakit yang makin ramai di negara kita, bahkan menjadi endemis, itu salah satunya karena perubahan iklim. Yuks, team up for impact ya mba. Kita juga bisa melakukan banyak hal dari rumah sendiri.
BalasHapusSoal mubazir makanan ini sering terjadi saat hajatan berkunjung ke saudara. Mbok ya kalau udah laper nggak usah makan gitu loh. Malah makanannya diencel encel ngggak karuan. Kan kasihan juga yang masakin. Capek capek hasil nggak dihabiskan, merugikan diri sendiri merugikan bumi
BalasHapus