Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Jual Beli dalam Islam

 

Jual beli dalam islam

Postingan kali ini selain curcol juga diharapkan sebagai pengingat Emak bahwa dalam Islam jual beli itu dihalalkan Allah. Sebagaimana tercantum dalam Al Baqarah (2) ayat 275.


.........Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba........... 

Namun jual beli dalam Islam bukan sekedar barang laku terjual dan mendapat untung. Tapi juga nilai keberkahan di dalamnya. 

Itulah mengapa jual beli diatur sedemikian rupa. Mulai dari rukun jual beli dan syarat jual beli. 

Rukun jual Beli

Rukun jual beli ada 4, yakni:

1. Penjual

Penjual yang menjual/memiliki barang dagangan. 

2. Pembeli

Pembeli yang berkeinginan membeli tanpa paksaan. 

3. Barang dan Nilai Tukar 

Dari pihak penjual adanya benda / barang yang hendak dijual. Bukan benda yang belum berwujud maupun benda yang tidak bisa dipindahtangankan. Dari pihak pembeli ada nilai tukar terhadap barang /benda yang hendak dibeli. 

Kalo di jaman dulu ada barter, zaman sekarang ada uang ataupun benda lain yang dianggap sah sebagai mata uang misalnya emas dan perak. 

4. Akad

Akad di sini adalah ijab kabul antara penjual dan pembeli. 


Selain rukun jual beli ada juga syarat sah jual beli. 

Syarat Sah Jual Beli

Selain rukun jual beli, tak lupa ada syarat sahnya sebuah jual beli dalam Islam. 

1. Pembeli dan Penjual, baligh dan berakal sehat

Kenapa harus baligh dan berakal sehat? Apakah kalo yang membeli sedang memiliki penyakit mental menjadi tidak sah? 

Nah, di sinilah letak curcolnya. Haha. Mohon gak bosan membaca biar gak salah kaprah. 

Emak sebagai Caregiver kerabat yang mengalami ODB (Orang dengan Bipolar), sedikit banyak Emak tau dari psikiater kalo penderita bipolar ini bisa berkelakuan belanja secara masif alias boros. 

Selain karena uang yang dipakainya untuk berbelanja terkadang gak sesuai dengan pemasukannya, juga dapat menjadi rantai pemicu stress beliau. 

Tentu hal ini Emak hindari agar beliau tidak mengalami relapse. Jadi ceritanya, Emak dapat kabar kalo Bibi yang sedang menjalani terapi obat selalu berbelanja herbal hingga 500 ribuan. 

Kebetulan yang berjualan herbal tersebut adalah tetangga dekat rumahnya. Emak pun tabayyun dan klarifikasi kembali, apa saja belanjaannya dan memohon pada penjual setelah sebelumnya meminta maaf agar penjual tersebut tidak lagi menjual kepada bibi Emak. 

Dia berjanji. Ketika mendapat aduan kembali soal bibi yang berbelanja Emak datangi kembali si penjual secara baik-baik dan ia berkata bahwa itu adalah transaksi lama. Di masa mendatang tak akan ada lagi transaksi. Emak pun berucap terimakasih. 

Gak lama kemudian Emak mendapatkan chat share dari percakapan antara penjual dengan bibi Emak. Belanjaan kembali senilai 500 ribu lebih. Padahal baru aja kemarin bibi mengeluh sudah kehabisan uang. 

Chat itu bocor karena dishare oleh ponakan Emak. Kebetulan Emak jauh dari mereka, makanya Emak langsung chat penjual menanyakan apa maksud chat tersebut. 

Jawabannya sungguh bikin Emak heran, kok bisa-bisanya dia menjawab dengan santai bahwa itu adalah belanjaan bibi. Ketika Emak tanyakan tentang janji tidak bertransaksi lagi dengan bibi karena beliau sedang sakit ia malah berdalih tidak pernah memaksa belanja. 

Akhirnya karena terus Emak cecar dengan pertanyaan, WA Emak diblock dong sama si penjual. Kesel gak sih? 

Pertama dia melanggar janji, kedua belum memberi jawaban dan alasan malah ngeblock WA. Sungguh perilaku tak patut contoh bagi seorang muslim. 

Bila memang Emak belum pernah mengadakan perjanjian dengan penjual mungkin Emak tidak akan kecewa ya. 

2. Barang yang dijualbelikan halal

Tidak sah jual beli apabila yang dijualbelikan haram misalnya barang hasil curian, bangkai atau najis serta harta benda riba. 

Ada lagi jual beli yang tidak kita sadari sering terjadi di marketplace. Jual beli ini termasuk haram dalam IsIam. Apakah itu? Jualan mistery box. Jangan beli ya. Karena ada unsur judi dan gharar. 

3. Adanya kesepakatan (Akad) antara penjual dan pembeli

Kesepakatan/Akad dalam jual beli ini wajib hukumnya. Jangan sampai salah satu tidak ikhlas dalam jual beli. 

Tawar menawar halal tapi pastikan penjual tidak merasa terpaksa ketika harus menurunkan harga barang yang ia dagangkan. 


Selain ketiga hal tersebut ada beberapa hal yang menjadi perhatian: kejujuran

Jangan sampai penjual menjual barang dengan cara menipu atau juga dengan menutupi cacat pada barangnya. 

Belakangan ini di beberapa aplikasi market place sering donk ya ketemu penjual nakal. Menawarkan sebuah barang di bawah harga pasar dengan embel-embel cuci gudang. Nah ini gak boleh. Karena ternyata yang dikirim bukan barang tersebut. Kadang hanya selembar masker atau sebuah gantungan kunci. Jahat kan. 

Nah ketidakjujuran ini juga menjadi salah satu alasan Emak melarang bibi belanja herbal lagi. Karena si penjual tidak baik dalam bermuamalah. 

Bayangkan, saat bibi sudah keluar dari RSJ, dia malah berkomentar ke bibi, "Siapa yang masukkan ke sana? (RSJ). Makin sakit loh masuk situ. Minum obat kimia pula. Mending minum herbal aja" 

Seandainya saat ngomong gitu ada Emak di situ, sudah Emak damprat. Sampai pernah psikolog yang menangani bibi saat terapi Bipolar Emak ceritakan kenapa bibi malas minum obat sampai berujar "orang kayak gitu, maunya kita laporkan aja.. Biar tau rasa". 

Jelaslah psikiater marah. Orang seperti itu bisa menghambat penyembuhan. Sungguh berat loh jadi caregiver yang menyemangati orang sembuh sementara hidup caregiver juga gak nganggur kan? Punya anak dan keluarga yang juga harus diurus kan? 

Aaah sekian curhat Emak. Hihihi. Pesan Emak jadilah penjual yang jujur. Jangan sampai kita termasuk salah satu penjual yang kakinya di neraka sebagaimana yang ada di surat Mutaffifin (83) ayat 1. 

Celakalah bagi orang-orang yang curang ( dalam menakar dan menimbang)! 

Bukan hanya timbangan yang harus pas (jujur) tapi juga tidak berbuat curang dalam jual beli. Menimbang untuk dirinya mau pas, tapi menimbang untuk orang lain dikurangi. 

Semoga Allah jauhkan kita dari sifat-sifat curang dalam berjualbeli. Aamiin 





blogger parenting
blogger parenting Emak anak 5. belajar terus jadi istri dan emak yang baik..

15 komentar untuk "Jual Beli dalam Islam"

  1. Sayangnya, masi banyak orang Islam yang tidak memahami mengenai tatacara dan hukum/syarat jual-beli dalam Islam. Masya Allah, sudah diatur dengan bagus supaya sama-sama senang/puas.

    BalasHapus
  2. Remindernya keren nih Mbak. Kita nggak boleh meremehkan akad jual beli ya Mbak. Biar nggak terjerumus dalam riba. MasyaAllah tabarakallah

    BalasHapus
  3. Ilmu tentang jual beli sesuai dengan tuntunan agama ini sangat luas. Yang kita tau kan hanya sebatas kalau jual beli menggunakan perantara bank itu bisa terkena riba. Padahal, bukan hanya itu. Ada banyak aspek yang perlu kita perhatikan. Makanya, penting banget buat belajar lagi bagaimana caranya jual beli yang baik. (Zen)

    BalasHapus
  4. Semoga kita terhindar dari kerugian yang diakibatkan jual beli. Apalagi sekarang marak jual beli online, termasuk penipuan nya. Ya meski banyak juga ya yang amanah. Hukum jual beli yang cirang sangat berat
    Nauzubillah...

    BalasHapus
  5. Ada Dua point yang awak mohon dibantu edukasi tambahan Dari mak Icha yang pertama status jual beli online itu gimana ya ca kalau dikatakan bahwa yg halal adalah transaksi yang jelas terlihat barang yg diperjual belikkan. Kemudian ada diatas dikatakan Salah satu yang tidak boleh diperjual belikkan adalah barang riba itu yang seperti apa ya ca? Terima kasih sebelumnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Eh iya bener jugak.
      Kalo beli di market place kan, bisa dikategorikan brg yang kurakng jelas karena berdasarkan foto.
      Dan di bbrp kasus barang yang dibeli ternyata tidak sama dengan yang di foto yak?

      Hapus
  6. Penasaran juga cha, gmn nasib bibi dan si penjual itu.
    Gimana cha ending beliau berdua

    BalasHapus
  7. Terima kasih ya Icha, elva jadikan tulisan Icha ini sebagai pengingat diri, agar lebih smislami dalam bermuamalah..

    Insyaa Allah berkah Allah salah satunya lewat jual beli sesuai konsep Islam.

    BalasHapus
  8. Beberapa waktu lalu saya pernah ikut transaksi jual beli di Bank Syariah, baru tahu saya kalau kesepakatan itu namanya akad tadinya saya bingung biasa sering dengar pas acara nikahan,😁

    BalasHapus
  9. Kata orang2 sama aja aahh padahal beda yaa sebnernya, yg jadi pembeda ya di akadnya itu kan yaa, islam mengatur semuanya bahkan konsep jual beli kayak gini, terimakasih ya mbaa edukasinya

    BalasHapus
  10. Jual beli secara online ini gimana akadnya tuh ya. Pernah sih beli makanan di aplikasi online, udah harga mahal, trus isinya sedikit banget sedangkan gambar tidak sesuai dengan foto, itu termasuk penjual yang gak amanah ya kan cha

    BalasHapus
  11. Memang perlu memahami jual beli dalam islam spt apa supaya terhindar dari yg tidak di perbolehkan (gusti yeni)

    BalasHapus
  12. Haishh...peninglah urusan belanja online ini. Ocean pesan mainan mobil remote control harga 150k, yang sampe sandal dewasa harga 15k. Itu kejujuran tarok di mana? Complain ke sellernya eh hilang akunnya gak ada lg dicari. Complain ke marketplacenya yg jawab botnya. Akhirnya uninstall aja lah apk nya, moratorium (baca: kapok) belanja online sekarang2 ini. Insyaallah ju-bel dalam Islam mengedepankan kehalalan dan kejujuran ya.

    BalasHapus
  13. Teman saya ada pengalaman buruk juga ketika belanja online. Ingin dapat harga murah yang datang malah barang yang bukan pesanannya. Memang sebagai penjual kita harus jujur karena dalam Islam kejujurn itu penting

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ada lagi istilah "decoy effect" konsumen diarahkan untuk memilih alternatif produk yang tidak menguntungkan tetapi nguntungin pebisnis, konsumen gak sadar dia memilih yg itu, wkwk

      Dlm Islam mah hrs terang benderang semuanya

      Hapus

Jangan diisi link hidup ya kawan-kawan ☺️