Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Konjungtivitis Alergi pada Anak

 

Konjungtivitis Alergi pada Anak

Sebelum Emak jelasin tentang konjungtivitis Emak mau cerita dulu. Wkwkwk. Jadi anak tengah (nomer 3) tampak sering mengucek mata.

Gak hanya itu, bangun tidur selalu sulit membuka mata, matanya jadi lebih sensitif terhadap cahaya. 

Sebenarnya bukan hal baru. Sejak tahun 2023 bulan 10 pernah mengalami hal ini. Namun sembuh setelah berobat ke faskes pertama alias puskesmas. 

Dokter anak yang menangani anak kami laki-laki. Beliau gak banyak bicara. Cuma memberikan tetes mata cendo berwarna kuning. 

Mungkin karena lebih cepat penanganan matanya sembuh dengan cepat. Gak pernah ngucek mata lagi dan tak tampak kotoran mata di sekitar matanya.

Bulan puasa, Maret 2024 tampak sering lagi mengucek mata. Matanya jadi berwarna kekuningan. Mirip gejala sakit hepatitis. Padahal akibat dikucek.

Terjadi musibah saat Ramadhan itu pada anal kami ini yang mengharuskan ia CT Scan Kepala. Karena bertemu dokter anak, sekalian beliau memberikan salep obat berbahan gentamicin.

Gak terlalu ngaruh salep gentamicin. Matanya masih sering dikucek sampe akhirnya kami rawat inap sekeluarga akibat tipes. Anehnya saat rawat inap matanya sehat dengan sendirinya.

Emak konsul dong ke dokter anak yang menangani anak kami. Dokter anak bilang anak kami kemungkinan alergi. Kebetulan dokter spesialis anak tersebut berhubungan merupakan imunologi. Bahasa simpelnya sih ahli alergi.

Beliau berpesan nanti kalo kambuh silakan datang kembali agar dilakukan pengecekan alergi terhadap apakah anak kami ini. Baiklah Emak paham.

Awal Juli setelah masuk sekolah mulai lagi matanya bermasalah. Terus saja ia mengucek matanya. Emak pilih hari Sabtu pergi ke puskesmas agar si anak gak ketemu dokter anak puskesmas yang perempuan. 

Dokter anak yang Emak maksud itu adalah dokter anak yang seringnya menolak permintaan rujukan. Apesnya sengaja pilih Sabtu malah ketemu dia pula.

Sejak masuk ia bertanya, "anaknya kenapa Bu?" Emak bilang ini anak matanya alergi, ini penyakit berulang dok. Sudah dikasih gentamicin salep juga gak ngaruh saat itu. Jadi Emak mau minta rujukan.

As I expected. Ditolak. Dia bilang minum obat dulu nanti 3 hari kembali lagi. Tau gak obat apa dikasih?

Antibiotik, paracetamol dan gentamicin tetes. Padahal Emak udah info gentamicin salep juga gak ngaruh. BTW Emak bukan oles obat mata di kelopak mata seperti kekeliruan pasien mata yang gak sembuh ya (Kemarin liat story lucu dokter mata soal ini). Tapi Emak masukin salepnya ke dalam kelopak matanya. Lalu anaknya pejam mata biar meresap obatnya.

Saking sebelnya Emak ikutan beleng-beleng. Malah Emak kasih antibiotik dan paracetamol sama anak. Gak lupa tetes mata. Padahal antibiotik gak ada urgensinya pada kasus alergi. Mohon dokter puskesmas kenapa sih sering banget ngeresepin antibiotik untuk segala penyakit? 

Hari ke 3 Emak datang lagi. Akhirnya keluar deh rujukan. Kali ini rujukan bukan ke dokter spesialis anak. Tadinya Emak pikir mau ketemu dokter anak yang lalu menanganinya saat inap.

Rujukan langsung ke dokter spesialis mata. Kebetulan sekali Emak baru aja ketemu dokter spesialis mata yang baik dan ramah. Beliau juga udah Prof ahli penyakit mata meski umurnya masih tergolong muda.

Prof. Dr. dr Rodiah Rahmawaty Lubis, M. Ked (Opth), Sp. M (K). Panjang bener. Beliau mendapat gelar profesor 3 tahun lalu yakni 2021. Saat itu bahkan termuda di fakultasnya.

Begitu masuk ke ruangan beliau, langsung komentar "Ibu.. Itu anaknya pasti gatel banget ya matanya.." 

Iyaaaaa dok.. Sahut Emak padahal kami pun belum duduk di hadapan beliau. "Pasti ini anak suka main panas sepedaan.. Main bola juga.."

Duh bener semua lagi. Singkat cerita setelah diperiksa anaknya dinyatakan alergi mata alias konjungtivitis alergi akibat angin berhembus yang membawa alergen seperti serbuk bunga/ilalang. 

Gak boleh berkeliaran di jam angin sering berhembus kencang yakni jam 10-12 siang dan di jam 3-6 sore.

Duh anak kami memang bolang banget. Pulang ke rumah bisa bawa labi-labi. Kadang bawa ikan lele. Pernah bawa ikan sapu kaca. Pantesan matanya sering kambuh.

Dokter langsung ngomong "Nak.. Dokter tau abang anak laki-laki. Tapi abang gak boleh lasak dulu. Gak boleh main di ilalang ya. Jangan main bola dulu. Abang kan kepala sukunya. Abang ajak aja temen main di rumah. "

Haha dokter tau aja. Beda banget kan ya oknum dokter puskesmas itu dengan dokter di rumah sakit. Jadi makin yakin peribahasa padi makin berisi makin merunduk.

Konjungtivitis Alergi

Konjungtivitis merupakan radang konjungtiva yang menyebabkan mata merah hingga bengkak, kadang disertai rasa mengganjal dan berair. Kondisi ini dapat terjadi pada salah satu mata atau keduanya.

Konjungtiva merupakan salah satu bagian mata yang berbentuk lapisan tipis (membran transparan) berfungsi untuk melindungi bola mata dan mengandung pembuluh darah untuk memberi nutrisi pada kornea. Karena beberapa sebab, konjungtiva bisa mengalami gangguan, salah satunya adalah infeksi yang disebut dengan konjungtivitis.

Gejala Konjungtivitis

Gejala konjungtivitis bisa berbeda-beda tergantung dari jenisnya. Misalnya:

1. Konjungtivitis alergi: mata merah dan gatal dengan sekret yang lengket.

2. Konjungtivitis virus: mata merah dan bengkak dengan sekret serous (berair dan encer).

3. Konjungtivitis bakterial: mata merah, bengkak, serta kotoran kuning kehijauan yang lengket dan banyak.

4. Konjungtivitis sicca: mata kemerahan, gatal dan kering, yang biasanya disebabkan oleh kurangnya produksi air mata.

Jenis Konjungtivitis

1. Konjungtivitis non infeksi

Ada dua macam terdiri dari:

- Konjungtivitis Alergi

Konjungtivitis alergi bisa terjadi secara musiman maupun jangka panjang atau konjungtivitis vernal. 

Nah konjungtivitis jenis inilah yang diderita si anak tengah. Penyebab alergi ini bermacam. Mulai dari memiliki riwayat alergi, rinitis, eksim sampai asma.

- Konjungtivitis Papiler Raksasa

Biasanya disebabkan oleh paparan benda asing yang mengenai mata. Misalnya akibat pakai lensa kontak.

2. Konjungtivitis infeksi

Biasanya disebabkan oleh bakteri, virus maupun parasit. Ada 3 jenis yakni:

- Konjungtivitis Bakterial:

konjungtivitis bakterial adalah infeksi bakteri stafilokokus atau streptokokus. Umumnya, infeksi ini berasal dari sistem pernapasan atau kulit yang kemudian menyebar hingga mata. 

Faktor resikonya beragam. Seperti gigitan serangga, kebersihan diri yang kurang maupun sering memakai peralatan pribadi bergantian.

Ophthalmia Neonatorum

Terjadi pada bayi oleh infeksi Chlamydia trachomatis atau Neiseria gonorrhoeae (penyakit seksual menular yang umumnya terjadi pada laki-laki, namun bisa menular pada wanita) yang dapat mengontaminasi mata bayi saat melewati jalan lahir.

Konjungtivitis Virus
Biasanya terjadi karena adenovirus. Bisa sembuh dalam waktu sepekan. Selain adenovirus bisa pula karena herpes.

3. Konjungtivitis Kimia

Biasanya terjadi karena paparan kimia yang mengenai mata. Misalnya polusi ataupun zat klorin para air kolam renang.


Pengobatan Konjungtivitis

Karena kita berbicara tentang Konjungtivitis Alergi, maka pengobatan yang benar adalah dengan pemberian obat tetes mata alergi dan tablet antihistamin untuk mengurangi radang/alerginya.

Kebetulan anak tengah diresepin cetirizin tablet yang dimakan hanya saat mau tidur separuh tablet. Dan tetes mata alergi yang mengandung dexametason yang berkhasiat mengatasi alergi.

Sebenarnya ada satu obat tetes lagi. Kebetulan habis saat mau ambil di apotek rumah sakit. Padahal suster janji mau mengabari keesokan harinya. Namun hingga kini belum ada kabar. 

Namun karena 2 obat itu saja sudah mempan untuk si tengah. Emak jadi males balik ke RS lagi untuk mengambil obat.

Sekian cerita Emak tentang Konjungtivitis Alergi, semoga kita semua tetap sehat ya..

Btw pernah kena Konjungtivitis Mak? Jenis yang mana? Cerita yuk di kolom komen..

Sumber: 

https://www.siloamhospitals.com/informasi-siloam/artikel/konjungtivitis


blogger parenting
blogger parenting Emak anak 5. belajar terus jadi istri dan emak yang baik..

8 komentar untuk "Konjungtivitis Alergi pada Anak"

  1. Wkwk, harus mengelus dada kalau jumpa dokter yang kayak gitu di puskesmas ya. Kirain tadi Hishshah yang kena, rupanya alzam. Baru tahu rupanya itu alergi, kirain tadi ada sakit mata. Makasih infonya ty

    BalasHapus
  2. Terimakasih informasinya kak, saya lebih banyak tahu tentang sakit mata. Ternyata ada banyak jenisnya, termasuk konjungtivitas alergi sperti ini. Saya paling kesulitan kalau menyimak nama penyakit dan obat-obatan yang asing. Dari awal anak sulung sakit, pasti sudah lupa setelah itu berlalu. Namun, meski begini, semoga saja anak2 selalu sehat.

    BalasHapus
  3. Rasanya pengen getok oknum dokter puskesmasnya .... samoga sembuh selamanya ya sakit mata ananda, sudah ketahuan penyebabnya jadi bisa diminimalisir.
    Btw, saya galfok dengan istilah "beleng-beleng", kami di Makassar juga pakai di istilah itu :D

    BalasHapus
  4. Suka heran sama dokter umum yg hobi kasi obat paracetamol dan antibiotik, padahal anak juga gak demam ya kan. Emang paling pas berobatnya ke dokter rujukan biar segera tertangani, tapi prosedurnya itu lho yang bikin kesel

    BalasHapus
  5. waduh belum pernah dengen Bun virus diatas.....tapi makin kesini penyakit makin beragam anak-anak harus diajari pentingnya kebersihan meski sukanya mbolang gak karuan

    BalasHapus
  6. Kalau sakit mata yang menular ini termasuk Konjungtivitis Infeksi ya cha? Ini juga harus dihindari, soalnya klo udah menular, suka lama sembuhnya kalau satu keluarga kena

    BalasHapus
  7. Kedua anakku ada asma..nah yang bungsu ada konjungtivis alergi. Kalau kena debu berlebih, udara kotor merahlah tuh mata, gatel dikucek mulu, tersiksa gitu. Biasa barengan mulai agak sesak juga, tapi kadang cuma mata aja, sesaknya tak nampak

    BalasHapus

Jangan diisi link hidup ya kawan-kawan ☺️