Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pengalaman menjadi Saksi Pilkada

 

Pengalaman menjadi Saksi Pilkada

Pilkada serentak untuk memilih gubernur dan walikota atau bupati diadakan pada tanggal 27 November 2024. tak terkecuali di kota Medan.

Seumur-umur Emak gak pernah kepengen jadi saksi Pilkada maupun Pemilu.  Jadi, jangankan mendaftar ada di dalam benak pun tidak terlintas sama sekali. 

Sampai akhirnya diharuskan untuk menjadi saksi di TPS 001 di salah satu kelurahan yang didominasi bangunan ruko serta sebuah mall di salah satu kecamatan di kota Medan. 

Penduduknya pun kebanyakan merupakan suku Tionghoa. Tampak jelas dari list nama yang terdapat dalam DPT atau daftar pemilih tetap. 

By the way sehari sebelum Pilkada, Emak sudah survei lokasi di mana TPS berdiri. Sayangnya hingga pukul 17..30 WIB, tenda untuk lokasi dilaksanakannya Pilkada belum berdiri.

Syukurnya saat itu bertemu dengan salah satu anggota KPPS di sekitar area TPS akan didirikan. Emak minta dihubungkan dengan Ketua KPPS untuk menyerahkan surat mandat menjadi saksi salah satu pasangan calon walikota.

Namun, karena TPS belum berdiri maka Emak pun diminta datang lebih awal di pagi hari. Sekitar pukul 06.30 WIB.

Pilkada diadakan tanggal 27 November namun sejak malam tanggal 26 November hujan sudah membasahi Kota Medan dan sekitarnya. 

Hujannya benar-benar hujan yang tiada henti hingga Emak berangkat pukul 06.00 menuju TPS. Lengkap dengan mantel Emak diantar paksu menuju lokasi. 

Ketika melewati jembatan pukul enam, Emak bergumam keheranan, "wah gak biasanya air sungai sepenuh ini.." namun kembali santai karena air hujan tak membuat jalanan banjir. 

Sesampainya di TPS Emak langsung menyerahkan surat mandat tugas untuk menjadi saksi kepada ketua KPPS. Kemudian panitia menyerahkan bet pengenal sebagai saksi.

TPS dibuka tempat pukul 7 pagi. Namun sepanjang hari hujan tetap turun meski tidak terlalu deras. Di pukul 7 lewat 41 menit datang seorang warga yang ingin mencoblos. Namun setelah diperiksa undangan pilkada yang ia miliki ia bukan mencoblos di TPS tempat Emak bertugas.

Bukan hanya beda kelurahan, bahkan beda kecamatan. Alasan warga tersebut mau mencoblos di tempat kami karena hujan terus-menerus ia tidak bisa menemukan angkutan umum yang membawanya menuju TPS tempat ia mencoblos.

Terang saja kami menolaknya. Bagaimana tidak, alasannya sungguh di luar nurul. Gak masuk akmal. Kemudian kami mendapati kembali TPS lengang tak ada orang yang datang.

Pukul 8 tepat datang seorang bapak Tionghoa yang sudah berpakaian sangat rapi turun dari mobil untuk mencoblos. Sendirian tidak membawa anggota keluarga lain. 

Tak lama kemudian berdatangan warga lain satu persatu. Namun lebih banyak sepinya daripada ramai. Keramaian kadang dibuat sendiri oleh panitia agar tidak mengantuk karena cuaca yang dingin dan basah.

Hingga pukul 13.00 WIB kami menutup TPS, warga yang memilih hanya berjumlah 133 orang. Padahal DPT ada 513 ditambah Daftar Pemilih Pindahan termasuk Emak ada 5 orang. (Emak mengajukan pindah memilih karena bertugas di TPS tersebut).

Usut punya usut ternyata di kelurahan tempat Emak bertugas keadaan hampir sama. Tidak ada yang menyentuh angka 200. Rata-rata 100an sudah final.

Kabar lain datang dari kecamatan lain di kota Medan. Lebih dari 6 kecamatan terdampak banjir besar hingga mencapai 700 hingga 1000 rumah terendam.

Emak yakin, jangankan untuk pilkada, untuk memenuhi kebutuhan dasar pun pasti berat rasanya. Karena memang fix seharian tidak tampak matahari menyembul.

Dampak dari terendamnya beberapa kecamatan di Medan, air sungai tiba-tiba meluap. Jalanan banjir secara tiba-tiba di beberapa kecamatan yang sebenarnya tidak terkena dampak. 

Bahkan rumah Emak di area komplek yang tinggi, belum pernah ada banjir selama 9 tahun di sini malah jalanan komplek mulai kebanjiran. 

Penyebabnya, air sungai over load lalu kembali ke saluran pembuangan di komplek. Beberapa rumah kebanjiran, Alhamdulillah Emak tidak kena. Itu bisajadi karena kesigapan warga komplek yang langsung bersama menutup akses air dari sungai.

Kemudian mengalirkan air ke pembuangan luar komplek. Akhirnya air tak betah berlama-lama.

Balik lagi ke kabar TPS Emak bertugas. Setelah menutup TPS pukul 13.00 WIB kami pun diberi jeda satu jam untuk shalat dan makan siang.

Pukul 14.00 WIB penghitungan dimulai. Dimulai dari menghitung perolehan suara gubernur. 

Ketika hasil rekap tercapai, ketua KPPS mulai menulis jumlah pemilih dari kalangan laki-laki maupun perempuan.

Emak mengingatkan ada yang salah, setelah memberi interupsi. Saat itu ketua KPPS tidak terima saran sambil berkata "tunggu dulu, biar anggota saya yang bekerja (memberi tahunya berapa angka terhitung)."

Langsung Emak lepas tangan, dalam hati nanti rasakan aja salah hitung karena Emak sudah memperkirakan sejak awal berapa angka benarnya.

Fix gak sampe 5 menit terjadi koreksi di kertas lembaran Plano. Sampe saksi Paslon sebelah komen. "Kan tadi udah diingatkan ibu ini. Dia tau karena dia ikut menghitung sejak awal". 

Emak diam saja, sampe dimulai kembali penghitungan suara untuk walikota. Akhirnya selesai lah tugas Emak setelah mendapat kertas C1 salinan yang telah ditandatangani basah. (Saksi wajib menerima salinan dengan tanda tangan basah. Tidak boleh Poto copy).

Emak pun permisi setelah selesai tugas langsung menyerahkan beberapa data penting ke kantor DPC PKS Medan Timur yakni berupa daftar DPT yang sudah Emak tandai warga yang hadir ditambah beberapa nama daftar pemilih pindahan. 

Tanda bukti serah terima surat tugas saksi serta kertas C1 salinan. Jangan tanya gimana hari itu. Masih saja dingin. Emak yakin beberapa kecamatan terdampak memiliki beberapa TPS yang tidak melaksanakan Pilkada. 

Kabar terakhir dari berita yang Emak baca, KPU Medan akan menggelar Pilkada susulan terhadap 110 TPS yang terdampak bencana banjir. 

Demikian cerita Emak tentang pengalaman menjadi saksi Pilkada. Semoga banjir cepat surut, Pilkada susulan berjalan lancar dan warga Medan segera mendapatkan walikota baru yang bisa menangani masalah banjir. 




blogger parenting
blogger parenting Emak anak 5. belajar terus jadi istri dan emak yang baik..

5 komentar untuk "Pengalaman menjadi Saksi Pilkada"

  1. Keren nih Kak bisa jadi saksi pilkada. Ini juga peran penting di masyarakat ya. Dengan begini, bisa memastikan pemilihan lebih jujur dan bersih.

    BalasHapus
  2. Mulai dari hujan deras, lokasi TPS yang belum siap, sampai kisah penghitungan suara yang bikin deg-degan. Salut banget sama tetap profesional meskipun harus berhadapan dengan berbagai tantangan. Bagian saat koreksi hitungan suara itu epic banget, langsung terbukti ya kalau insting Emak nggak salah! 😄 Semoga banjir di Medan cepat surut dan Pilkada susulan berjalan lancar. Tetap semangat ya,

    BalasHapus
  3. Waduh kendala hujan bikin TPS jadi sepi ya... Alhamdulillah semuanya baik² saja dan menjadi saksi di TOS nya lancar selamat
    Di tempat saya juga ramai lancar. Mungkin karena Pilgub dan pilkada ini sedikit calon nya jadi nyoblos bisa sat set. Cepat selesai. Gak kaya waktu pilpres dan perwakilan rakyat dan daerah, buanyak banget kan jadi lama... Makanya antri
    Kalau mau jadi saksi itu harus jadi kader partai dulu ya?

    BalasHapus
  4. Wah kasian juga harus ada pilkada susulan. Semoga berjalan lancar dan sesuai dengan harapan. Dulu saya juga pernah bertugas saat pilkada, tapi lumayan sudah lama sebelum pandemi. Hihihi

    BalasHapus
  5. seru banget mba ikut jadi saksi Pilkada, pasti banyak pengalaman yang didapat ya dan jadi tahu prosesnya seperti apa secara detail, ada pengalaman seru ga mba atau masyarakatnya yang gimana gitu, kayak di berita-berita

    BalasHapus

Jangan diisi link hidup ya kawan-kawan ☺️