Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kisah Romantis Peradaban 3

 

Kisah Romantis Peradaban 3

Sungguh Emak masih belum bisa move on sama Kisah Romantis Peradaban dari Kajian Ramadhan Ustadz Salim A Fillah.

Post blog  kemarin sudah ada 5 kisah lagi. Total masih 10 kisah. Nah kali ini Emak mau cerita 3 kisah berikutnya. Kenapa 3? Karena kisah 11, 12 dan 13 agak lumayan panjang ketikannya. Wkwkwk.

Kuy langsung aja yuk Emak ceritain..


1. Kisah Romantis 11: Ummu Salamah

Ummu Salamah bernama asli Hindun binti Abu Umayyah. Ummu Salamah dan Abu Salamah hijrah ke Habasyah (Ethopia) bersama. 

Saat akan hijrah, mereka dilepas oleh Umar bin Khathab yang saat itu belum ber-Islam. Namun anehnya Umar mendoakan Semoga Allah menjaga mereka.

Mendengar hal itu, Ummu Salamah berbincang ke Abu Salamah mengenai firasatnya bahwa Umar akan masuk Islam. 

Suatu hari, ada isu berkembang bahwa orang-orang Mekkah sudah masuk Islam. Abu Salamah dan Ummu Salamah pun pulang ke Mekkah. Ternyata ketika sampai di sana, baik Ummu Salamah dan Abu Salamah keduanya ditahan oleh kedua keluarga besar masing-masing. 

Saat itu banyak orang yang hijrah ke Madinah. Abu Salamah dan Ummu Salamah berjanji akan bertemu di suatu tempat untuk hijrah ke Madinah. Sayangnya, Ummu Salamah tertangkap oleh keluarganya. 

Terpaksa Abu Salamah berangkat sendiri. Setiap hari Ummu Salamah merayu keluarganya agar dibiarkan menjumpai suaminya. Akhirnya luluh juga. 

Ummu Salamah berangkat berjalan kaki dengan bayinya (Salamah).

Di tengah perjalanan, berjumpa Ummu Salamah dengan Usman bin Thalhah (Keluarga Pemegang Kunci Kakbah).

Usman bertanya, hendak kemana putri Abu Umayyah?

Ummu Salamah menjawab, hendak menyusul suamiku ke Madinah. 

Ia lalu berkata "tidak semestinya putri Abu Umayyah berangkat sendiri'.

Usman pun memberinya tumpangan mulai dari Mekkah menuntun Untanya yang dinaiki oleh Ummu Salamah. 

Selama di perjalanan, Usman menunjukkan sikap menjaga kehormatan dirinya dan Ummu Salamah. 

Setiap Ummu Salamah mau naik dan turun dari unta, ia menjauhkan diri berbalik ke arah lain. 

Hingga Ummu Salamah berkata 'belum pernah aku melihat seorang Mekkah yang begitu menjaga kehormatan dirinya". Padahal saat itu Usman belum ber-Islam.

Hingga sampai di Quba, Usman pun menurunkan Ummu Salamah karena di desa itu, ia mendengar Abu Salamah berada di sana. 

Bertemu kembali lah Ummu Salamah dan Abu Salamah. Mereka adalah pasangan yang saling mencintai hingga keduanya berjanji siapapun yang wafat terlebih dahulu, tidaklah mereka akan menikah lagi. 

Setelah perang Uhud, Abu Salamah mendapat banyak sekali luka. Di tengah pemulihan Rasulullah mengirimnya untuk menghadang Bani Asad bin Khuzaimah.

Misi berlangsung sukses, tapi sayangnya luka yang ia dapat saat perang Uhud kembali terbuka dan Qadarullah Abu Salamah meninggal dunia.

Sebelum Abu Salamah meninggal, ia sempat berkata kepada Ummu Salamah untuk menikah lagi dengan orang yang lebih baik dari dirinya. 

Ia pun berdoa dengan tulus agar istrinya diberi pasangan yang lebih baik menjaganya. 

Ummu Salamah bersedih, tiada yang lebih baik dari suaminya apalagi yang dicintainya. 

Karena sedihnya, Rasulullah mengajarkan doa pada Ummu Salamah,

"ALLOHUMMA’JURNII FII MUSHIBATII WA AKHLIF LII KHOIRON MINHAA"

 (Ya Allah, berilah ganjaran terhadap musibah yang menimpaku dan berilah ganti dengan yang lebih baik) 

Saat berdoa, Ummu Salamah masih ragu, akankah ada orang yang lebih baik dari suaminya. Qadarullah, suatu hari Rasulullah lah meminang Ummu Salamah. 

2. Kisah Romantis 12: Ummu Habibah 

Ummu Habibah bernama asli Ramlah binti Abu Sufyan. Iya. Ummu Habibah berbeda dari ayahnya. Hidayah menyapanya bahkan sejak awal kenabian. 

Ummu Habibah dan suaminya Ubaidillah bin Jahsy berangkat ke Habasyah untuk hijrah. Najasy atau Raja Habasyah memang berkomitmen untuk melindungi semua migran di negaranya. 

Sayangnya suaminya, semakin menjauh dari Islam dan suka tenggelam dalam mabuk. Suatu hari ia bermimpi buruk tentang suaminya. Tak berapa lama mimpinya menjadi nyata. Suaminya meninggal dan menurut sebagian ulama meninggal dalam kekafiran.

Setelahi masa iddah Ummi Habibah selesai, Najasy mendapat surat dari Rasulullah tentang mengirim wakil untuk melamar Ummu Habibah. 

Najasy pun memberi tambahan hadiah untuk mahar yang dikirim oleh Rasulullah.

Setelah beberapa waktu, Ummu Habibah pun menyusul Rasulullah ke Madinah. 

Sebelum terjadinya Fathu Mekkah (Penaklukan Kota Mekkah) yang dilatarbelakangi oleh pelanggaran perjanjian Hudaibiyah oleh Bani Bakr (Sekutu Quraisy) yakni pihak Abu Sufyan yang menyerang mata air Bani Khuza'ah (pihak Rasulullah). 

Akibat pelanggaran ini Abu Sufyan mencoba melobi Rasulullah melalui anaknya yakni Ummu Habibah.

Di saat masuk ke dalam rumah Ummu Habibah, Abu Sufyan duduk di sebuah bantal yang empuk.

Ummu Habibah yang melihat ayahnya duduk langsung berusaha merebut bantalnya.

"Ayah jangan duduk di bantal itu karena itu bantal yang biasa diduduki oleh suamiku Rasulullah".

Meski tersinggung Abu Sufyan berusaha merayu agar Ummu Habibah mau menyampaikan pesan politik ke Rasulullah terkait pelanggaran perjanjian. 

Dengan tegas Ummi Habibah menolak. Urusan politik silakan langsung saja berhubungan dengan Rasulullah.


3. Kisah Romantis 13: Zainab binti Jahsy

Dahulu ketika memutuskan untuk mengambil anak angkat orang Arab akan memberikan namanya pada nama belakang anaknya. 

Misalnya dulu ketika Rasulullah mengangkat Zaid bin Haritsah kerap disebut Zaid bin Muhammad.

Zaid lah, golongan Sahabat yang disebut langsung namanya di Al Quran. Sebabnya? Ini berkenaan langsung dengan Zainab binti Jahsy.

Zainab binti Jahsy sebenarnya masih sepupu dengan Rasulullah dari pihak ibu Zainab. Zainab juga saudara kandung dengan Ubaidillah bin Jahsy (Suami Ummu Habibah sebelum menikah dengan Nabi). Sayangnya meninggal dalam keadaan kafir.

Bersaudara pula dengan Abdullah bin Jahsy yang menjadi Syahid di Perang Uhud. Kisahnya bersama Saad bin Abi Waqash. Mereka berdua saling menyebutkan doa dan saling mengaminkan.

Saad berdoa terlebih dahulu, agar dihadapkan dengan musuh terkuat dan terkaya sehingga musuhnya mati dan ia mendapat bagian ghanimah. 

Sementara Abdullah bin Jahsy berdoa agar dipertemukan dengan musuh terkuat dan musuhnya berhasil membunuhnya, memotong hidung dan telinganya, mengeluarkan isi perutnya. 

Ternyata sesuai dengan doanya, Abdullah bin Jahsy syahid sesuai dengan doa yang ia sebutkan.

Kembali ke Zaid bin Haritsah dan Zainab binti Jahsy. 

Keduanya menikah karena Rasulullah. Namun sayang, keduanya bercerai karena tidak menemukan kecocokan karena tidak sekufu. 

Itulah pentingnya menikah dengan yang sekufu agar menghadirkan sakinah dalam rumah tangga.

Padahal keduanya orang shalih dan shalihah. Selesai Iddah dari Zaid bin Haritsah Allah lah yang menurunkan Surat Al Ahzab 37. Yang menyebut Zaid dan perintah untuk menikahi Zainab (mantan istri Zaid).

"Dan (ingatlah), ketika kamu berkata kepada orang yang Allah telah melimpahkan nikmat kepadanya dan kamu (juga) telah memberi nikmat kepadanya: "Tahanlah terus isterimu dan bertakwalah kepada Allah", sedang kamu menyembunyikan di dalam hatimu apa yang Allah akan menyatakannya, dan kamu takut kepada manusia, sedang Allah-lah yang lebih berhak untuk kamu takuti. Maka tatkala Zaid telah mengakhiri keperluan terhadap istrinya (menceraikannya), Kami kawinkan kamu dengan dia supaya tidak ada keberatan bagi orang mukmin untuk (mengawini) isteri-isteri anak-anak angkat mereka, apabila anak-anak angkat itu telah menyelesaikan keperluannya daripada isterinya. Dan adalah ketetapan Allah itu pasti terjadi."

Dari ayat inilah status anak angkat kemudian berubah besar menurut Islam dari kebiasaan zaman jahiliyah.

Zainab binti Jahsy sendiri terkenal sebagai Ummul mukminin yang tangannya paling panjang (dermawan).

Bahkan ketika mendapat bagian dari Baitul maal untuk Istri Rasulullah, ia membagikan semua bagiannya di hari itu juga untuk orang lain yang membutuhkan hingga tak bersisa. Sementara ia sendiri menghidupi dirinya setelah Nabi wafat dengan tangannya sendiri (menganyam gerabah).

Begitu zuhudnya hidupnya, juga bersih hatinya diakui oleh Aisyah binti Abu Bakar.

Ketika fitnah tersebar tentang Aisyah sehingga Nabi mendiamkannya, Hamnah (Saudara Zainab) merasa ini adalah kesempatan untuk adiknya Zainab agar menjadi istri yang paling disayangi Nabi. Namun Zainab menjaga dirinya. Ia bahkan mengingatkan saudaranya untuk bertindak lurus.

Begitulah 3 Kisah  Romantis Peradaban yang kali ini Emak ceritakan. Akan ada kisah lainnya. Tungguin Emak di postingan berikutnya ya...


blogger parenting
blogger parenting Emak anak 5. belajar terus jadi istri dan emak yang baik..

Posting Komentar untuk "Kisah Romantis Peradaban 3"